Di bawah langit yang sudah terlalu hafal suara klakson,
seorang remaja melangkah perlahan,
menjajakan berita dengan suara pelan,
di zaman di mana kabar bisa digulir dengan jempol semata.
Koran-koran itu ia peluk seperti harapan,
lembarnya menari ditiup angin sore yang malas.
Tak banyak yang berhenti,
tak banyak yang peduli.
Tapi ia terus berjalan---seolah yakin:
rezeki tak pernah tertukar.
Entah untuk siapa uang itu,
untuk makan, atau untuk buku sekolah,
atau mungkin untuk sekadar jadi manusia yang tak menyusahkan.
Ia bukan tak tahu dunia sudah berubah,
tapi mungkin hatinya masih percaya,
bahwa usaha tetap punya nilai,
meski tak viral,
meski tak instan,
meski cuma dibayar senyuman.
Follow Instagram @kompasianacom juga Tiktok @kompasiana biar nggak ketinggalan event seru komunitas dan tips dapat cuan dari Kompasiana. Baca juga cerita inspiratif langsung dari smartphone kamu dengan bergabung di WhatsApp Channel Kompasiana di SINI
Baca juga: Aku Bisa Apa
Baca juga: Kala
Baca juga: Teruntukmu
Beri Komentar
Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!