Ketahanan pangan merupakan salah satu isu sosial yang perlu mendapat perhatian serius.
Di tengah meningkatnya harga pangan dan ketimpangan ekonomi, kelompok masyarakat miskin semakin sulit mendapatkan akses terhadap makanan yang cukup dan bergizi.
Untuk mengatasi hal ini, gereja sebagai lembaga sosial dapat mengambil peran dengan menginisiasi program terminal pangan, yaitu program distribusi bahan makanan bagi jemaat atau masyarakat yang membutuhkan.
Program ini bukan sekadar bentuk kepedulian sosial, tapi juga memiliki dampak yang lebih luas dalam mendukung agenda global, khususnya dalam Sustainable Development Goals (SDGs) atau Tujuan Pembangunan Berkelanjutan.
SDGs adalah komitmen global yang disepakati oleh negara-negara di dunia, termasuk Indonesia, untuk menciptakan kehidupan yang lebih baik bagi semua orang tanpa meninggalkan siapa pun.
Melalui tulisan ini, kita akan membahas bagaimana program terminal pangan di gereja dapat menjadi solusi efektif dalam menjangkau masyarakat miskin, serta bagaimana inisiatif ini berkontribusi terhadap pencapaian SDGs.
Peran Gereja dalam Mengatasi Kerawanan Pangan
Gereja memiliki posisi yang strategis dalam pelayanan sosial karena jangkauan komunitasnya yang luas serta nilai-nilai ajaran yang menekankan kasih, kepedulian, dan solidaritas.
Dengan adanya program terminal pangan ini, gereja dapat:
Pertama, menyediakan akses terhadap makanan bagi jemaat atau masyarakat miskin. Banyak keluarga miskin kesulitan mendapatkan makanan yang cukup dan bergizi.