Mohon tunggu...
Berty Sinaulan
Berty Sinaulan Mohon Tunggu... Penulis, Pewarta, Pelatih Pembina Pramuka, Arkeolog

Pewarta, Pelatih Pembina Pramuka, Arkeolog, Penulis, Peneliti Sejarah Kepanduan, Kolektor Prangko dan Benda Memorabilia Kepanduan, Cosplayer, Penggemar Star Trek (Trekkie/Trekker), Penggemar Petualangan Tintin (Tintiner), Penggemar Superman, Penggemar The Beatles

Selanjutnya

Tutup

Lyfe Artikel Utama

Tertarikkah Anda dengan Film Bertema Pramuka?

18 Januari 2017   22:08 Diperbarui: 19 Januari 2017   10:43 4383
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

Film-film dengan tema Pramuka tidak banyak diproduksi di Indonesia. Bisa jadi karena produser dan sutradara film di Tanah Air mengira segmen penontonnya terlalu sempit. Padahal kalau dihitung dari jumlah anggota Gerakan Pramuka saat ini yang mencapai 20 juta, bila hanya 10 persen saja yang menonton film, jumlahnya telah mencapai angka 2 juta.

Tapi kenapa sedikit film dengan tema Pramuka? Sekadar catatan, sejak 2011 sampai sekarang baru ada empat film nasional dengan tema Pramuka. Keempat film itu adalah Lima Elang yang disutradarai Rudi Soedjarwo dan dirilis pada 2011, lalu Hasduk Berpola garapan Harris Nizam pada 2013, selanjutnya Laskar Semut Merah yang disutradarai Revo dan dirilis pada 2014, dan terbaru adalah Ayu Anak Titipan Surga garapan sutradara Guntoro Sulung pada awal 2017.

Selain asumsi yang tak tepat bahwa segmen penontonnya terlalu sempit, ada juga kecenderungan bahwa Pramuka dianggap kurang menarik, kurang gaul, hanya merupakan kegiatan ekstrakurikuler di sekolah. Tidak banyak yang bisa diangkat menjadi film menarik.

Para pemain utama film
Para pemain utama film
Bagi para Pramuka, anggapan itu jelas tidak benar. Tapi bagi masyarakat umum, bisa jadi anggapan itu memang beredar di kalangan masyarakat selama ini. Pramuka dianggap hanya kegiatan anak kecil, bahkan untuk kegiatan petualangan alam terbuka atau alam bebas pun, ketika sudah remaja dan jadi anak muda, banyak yang lebih memilih menjadi pencinta alam.

Tampaknya ada kesalahpahaman di kalangan masyarakat luas, yang menganggap bahwa Pramuka hanya kegiatan ekstrakurikuler sekolah semata dan kalau pun ada kegiatan di alam terbuka, kegiatannya serba tanggung. Ada juga yang menganggap Pramuka adalah aktivitas sosial yang dilakukan anak-anak dan remaja.

Salah satu adegan film
Salah satu adegan film
Sesungguhnya, Pramuka adalah kegiatan pendidikan yang mengutamakan pendidikan karakter. Kegiatannya bisa di alam terbuka, bisa dengan memanfaatkan gawai paling canggih, atau apa pun, asalkan dapat membina dan mengembangkan perilaku dan karakter positif bagi anak-anak sejak usia 7 tahun ketika masuk dalam golongan Pramuka Siaga sampai yang telah berusia 21-25 tahun di dalam golongan Pramuka Pandega.

Kalau saja ada penulis skenario yang jeli dan sutradara yang mumpuni, film dengan tema Pramuka sebenarnya bisa menjadi film menarik yang ditonton banyak orang. Bukan hanya dari kalangan Pramuka saja, tetapi dari seluruh lapisan masyarakat. Pertanyaannya, kenapa dari keempat film tema Pramuka yang telah disebutkan, tak ada satu pun yang bisa menembus jumlah penonton yang cukup tinggi?

Pada film Lima Elang, walaupun yang menggarap skenarionya adalah penulis skenario terkenal, Salman Aristo, dan sutradaranya Rudi Soedjarwo yang sukses dengan Ada Apa dengan Cinta (rilis 2002), tetapi dapat dikatakan film itu keluar pada masa yang salah. Tahun 2011, saat rilisnya Lima Elang, termasuk tahun paling suram dalam dunia perfilman Indonesia. Kalau tahun-tahun lainnya jumlah penonton film Indonesia masih di atas 1 juta orang untuk tiap filmnya, maka pada 2011 film yang paling laris pun, Surat Kecil untuk Tuhan (SkuT) yang disutradarai Harris Nizam, hanya meraih sekitar 750.000 penonton. Jangan bandingkan pula dengan film Indonesia terlaris, Warkop DKI Reborn: Jangkrik Boss! Part 1 yang rilis tahun lalu (2016) dan mencapai di atas 6 juta penonton.

Film
Film
Dari data yang sempat diperoleh, Lima Elang akhirnya hanya bisa menggaet sekitar 150.000 sampai 200.000 penonton saja. Jumlah penonton yang tak banyak juga dihasilkan oleh Hasduk Berpola dan Laskar Semut Merah. Walaupun saya tidak berhasil mendapatkan data tepatnya, namun kedua film itu pun diperkirakan hanya menarik kurang dari 300.000 penonton.

Harris Nizam yang sukses dengan SkuT sebagai pemuncak film terlaris di 2011, saat menyutradarai Hasduk Berpola, bahkan tidak masuk 15 besar film terlaris pada 2013. Pada tahun itu, di posisi ke-15 adalah film Air Terjun Pengantin Phuket dengan jumlah penonton sedikit di atas 200.000 orang. Uniknya para pemeran Lima Elang, sesudah film Pramuka ditayangkan, justru sukses dalam karier mereka sebagai kelompok penyanyi, dan bahkan dibuatkan filmnya, Coboy Junior The Movie, mengambil nama kelompok mereka. Film dari kelompok Coboy Junior yang rilis 2013 itu berhasil masuk deretan film terlaris ke-5 pada tahun tersebut, dengan jumlah penonton mencapai hampir 700.000 orang.

Hal serupa terjadi pada film Laskar Semut Merah. Pada 2014 saat film itu dirilis, yang menjadi film terlaris adalah Comic 8 dengan jumlah penonton sekitar 1,6 juta. Disusul oleh The Raid 2: Berandal yang mencapai sekitar 1,4 juta penonton. Setelah itu, film-film lainnya di bawah angka 1 juta penonton. Film di posisi ke-15 adalah Kamar 207 dengan sedikit di atas angka 300.000 penonton. Sedangkan Laskar Semut Merah tidak masuk dalam daftar 15 film terlaris pada 2014.

Para pemeran
Para pemeran
Kini, untuk Ayu Anak Titipan Surga, kita boleh berharap. Setelah sukses Warkop DKI Reborn: Jangkrik Boss! Part 1 dan sejumlah film lainnya pada 2016, semakin banyak penonton yang kembali menyaksikan film Indonesia. Ayu Anak Titipan Surga yang dirilis pada 12 Januari 2017 – berarti baru seminggu saat tulisan ini dibuat – sudah berhasil meraih sekitar 70.000 penonton.

 Ini menjadi bukti, bahwa sebenarnya film dengan tema Pramuka pun dapat meraih cukup banyak penonton. Tak heran bila Ketua Umum Persatuan Artis Film Indonesia (Parfi) 1956, Marcella Zalianty, optimistis untuk membuat juga film dengan tema Pramuka, seperti dikatakannya sewaktu acara nonton bareng Ayu Anak Titipan Surga di Bioskop Metropole XXI, Jakarta, 13 Januari 2017.

Di tengah suasana dan kondisi bangsa dan negara yang semakin tumbuh sikap-sikap intoleransi dan kecenderungan untuk mau menang sendiri, Gerakan Pramuka yang mendidik anggotanya untuk mempunyai karakter dan budi pekerti yang baik, sebenarnya bisa dimanfaatkan oleh para sineas untuk menjadi inspirasi untuk membuat skenario dan memproduksi film-film bermutu yang mencerahkan bangsa.

Siapa tahu, suatu saat akan ada film Indonesia dengan tema Pramuka yang mendunia juga seperti Up, sebuah film animasi dari Pixar Animation Studios yang didistribusikan oleh Walt Disney Pictures dan dirilis pada 2009. Kisah yang menceritakan Russel, seorang Pramuka yang berseragam lengkap dengan selendang Tanda Kecakapan Khusus-nya, berpetualang di Paradise Falls bersama pasangan Carl dan Ellie.

Tokoh Russel, si Pramuka, dalam film
Tokoh Russel, si Pramuka, dalam film
Film animasi pertama yang diputar di Festival Film Cannes yang terkenal itu, diputar di banyak negara dan menghasilkan ratusan juta dollar AS, serta tercatat sebagai film ke-34 dari 50 film terlaris sepanjang masa. Mungkinkah akan ada film Indonesia dengan tema Pramuka yang masuk deretan film Indonesia terlaris sepanjang masa? Bisakah film dengan tema Pramuka laris? Kita nantikan saja.

Follow Instagram @kompasianacom juga Tiktok @kompasiana biar nggak ketinggalan event seru komunitas dan tips dapat cuan dari Kompasiana. Baca juga cerita inspiratif langsung dari smartphone kamu dengan bergabung di WhatsApp Channel Kompasiana di SINI

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Lyfe Selengkapnya
Lihat Lyfe Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun