Mohon tunggu...
Bernardinus EliasTan
Bernardinus EliasTan Mohon Tunggu... Guru - Pemula

Seorang pendidik sekolah dasar di kota Palembang.

Selanjutnya

Tutup

Cerpen

Tiba di Rumah (Part 4)

15 Desember 2018   21:06 Diperbarui: 15 Desember 2018   21:31 79
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Cerpen. Sumber ilustrasi: Unsplash

Ketika sudah sampai di halaman depan Robi segera berlari-lari kecil sambil memanggil ayah dan ibunya, dan dengan sigap langsung memeluk dan bersujud kepada kedua orang tuanya, lalu Robi pun mengenalkan teman-temannya yang ikut menemaninya pulang ke rumah. Pulang ke rumah orang tua saat liburan sudah menjadi kebiasaan bagi anak rantau yang menempuh pendidikan di kota, sama halnya dengan Robi yang harus merantau jauh demi memperoleh pendidikan yang baik.

Setelah mengenalkan teman-temannya dengan ayah dan ibunya, Robi pun segera mengajak Budi, Sinta, Andi, dan Ranti berkeliling sembari melepas lelah setelah menempuh perjalanan yang cukup jauh jaraknya.

"Ayo, kita jalan-jalan, berkeliling desa"

"Ia mas.., aku sangat ingin berkeliling mengitari pedesaan dan menikmati udara yang segar"

"Kami juga mau ikut.."

Sore itu mereka berlima menghabiskan waktu di beberapa tempat yang sungguh-sungguh indah dan sudah pasti tidak akan terlupakan. Sebelum kembali ke rumah Robi mengajak teman-temannya untuk membeli buku di toko buku langganannya ketika masih duduk di bangku SMA. Setelah selesai membeli buku, mereka segera pulang ke rumah.

"Fiuh.., hari yang melelahkan.."

"Mas Robi.., ayo makan malam dulu, kami semua telah siap tinggal dirimu saja mas yang kami tunggu"

Robi langsung menemui mereka dan bergabung di meja makan, mereka makan dengan lahap sekali, mungkin karena kelelahan setelah perjalanan p anjang yang harus mereka tempuh dan ditambah lagi jalan-jalan bersama yang cukup melelahkan mereka.

"Setelah makan kita mau ngapain lagi, mas..?"

"Iya, mas, kita enaknya ngapain ya?"

"Mungkin lebih enak kalau kita membaca buku saja, setelah itu istirahat.."

Ranti merupakan seorang kutu buku juga, bahkan koleksi buku bacaan di rumahnya lebih banyak dari punya Robi.

"Boleh juga idenya tuh..?" ucap Robi.

Setelah mereka sepakat, akhirnya mereka segera menyelesaikan makan malamnya dan setelah bersih-bersih, mereka langsung menuju ruang baca dan mulai membaca buku yang mereka beli sore tadi di toko buku ketika mereka hendak berjalan pulang.

Dengan raut wajah yang sedikit lebih serius Budi dan Andi mencoba untuk memahami isi dari buku yang mereka berdua baca, sedangkan Sinta dan Ranti membaca buku komik yang merupakan salah satu buku favorit Sinta.

Mereka berdua membaca sambil tertawa terbahak-bahak, bahkan sampai meneteskan air mata, karena ceritanya begitu kocak. Robi hanya bisa senyum-senyum saja ketika melihat ekspresi wajah mereka yang begitu lucu dan sangat ekspresif ketika membaca buku yang mereka senangi. Dari situ, Robi mendapat sebuah pelajaran berharga bahwa dengan membaca buku bersama teman, maka kita dapat mengetahui sifat dan karakter dari teman kita itu dari raut muka mereka ketika sedang serius membaca.

Robi melihat kearah jam yang tergantung di dinding, dan jam tersebut menunjukkan waktu sudah mulai tengah malam, seketika itu juga, Robi mengajak teman-temannya untuk beristirahat, karena malam sudah mulai larut dan besok juga mereka harus bangun pagi-pagi untuk jogging bersama.

"Kuk..kuk..ru..yuk....."

Ayam jago peliharaan kesayangan ayah mulai berkokok, itu menandakan bahwa hari sudah pagi. Robi dan teman-temannya segera bangun dan dengan segera bersiap untuk jogging pagi.

Orang tua Robi selalu berpesan, "agar tetap sehat, maka harus rajin berolahraga". Dimana pun Robi berada dia selalu menhyempatkan diri untuk berolah raga biarpun hanya sebentar, yang penting badan tetap sehat. Itulah mengapa badan Robi terlihat sangat atletis.

"Ayo..kita jogging bersama..?"

Orang tua Robi yang melihat tingkah laku anaknya dan teman-temannya hanya bisa tersenyum kecil. Mereka merasa senang bahwa Robi ternyata masih ingat dengan pesan-pesan yang pernah diberikan ketika robi masih kecil.

"Robi.., kalau kamu mau sehat dan panjang umur, kamu harus rajin berolah raga"

"Iya.., Robi, kamu tidak boleh menjadi anak yang malas, kamu harus rajin dalam segala hal"

"Iya.., yah, bu, Robi senang...sekali mendengarnya"

Kenang ayah dan ibu Robi ketika melihat anaknya sedang bersiap untuk jogging. Robi adalah anak yang selalu bersemangat dalam hal apapun, sangat jelas terlihat ketika Robi mengajak teman-temannya berolah raga ataupun membaca buku. Ia selalu menjadi buah bibir dimana pun berada.

"Andi.., kok kamu tidak pakai sepatu?"

"Ia mas, aku tidak membawa sepatu.., kemarin aku kelupaan.."

"Nih.., kamu pakai saja sepatu ini.."

"Wah..terima kasih mas, aku tidak menyangka kamu sebaik ini"

"Sudah..sudah.., cepetan pakai sepatunya, nanti keburu siang.."

Andi merasa senang ketika dirinya dipinjamkan sepatu oleh Robi. Ia merasa bahwa Robi adalah orang yang sangat perhatian sekali, tapi kenapa sampai sekarang Robi masih belum punya seorang pacar, pikir Andi sambil memakai sepatu pinjamannya.

"semua sudah siap kan? Ayo kita mulai joggingnya.."

Mereka mulai jogging hari itu dengan memutari wilayah sekitar rumah orang tua Robi, sambil bersiul-siul kecil. Setelah badan mereka mulai terasa panas, mereka menurunkan temponya dengan stabil dan segera kembali kerumah untuk senam di halaman depan.

Setelah selesai berolah raga mereka segera mandi dan sarapan, lalu mereka mulai berdiskusi tentang kegiatan apa yang akan mereka lakukan setelah mereka selesai sarapan.

Sarapan telah selesai, kini saatnya mereka belajar dan bermain di sanggar seni dan budaya yang berada di belakang rumah orang tuanya Robi. Disana, mereka belajar seni tari tradisional dan beberapa kesenian lainnya yang menjadi ciri khas daerah asal Robi.

"Mas Robi, setelah seni tari kira-kira apa lagi ya, yang akan kita pelajari?"

"Iya, ya, kita sudah berada disini selama tiga jam tapi baru seni tari yang dipelajari.., kalian mau belajar seni apa lagi nih..."

"Iya juga mas, mungkin lebih baik kalau kita belajar seni musik..."

Setelah berdiskusi beberapa menit akhirnya mereka memutuskan untuk belajar seni musik di sanggar seni dan budaya, dengan tujuan agar mereka juga menguasai kesenian lain selain seni tari.

Beberapa alat musik tradisional dari beberapa daerah di Indonesia mereka pelajari. Mereka belajar seni musik tidak sendiri, tetapi mereka dibantu dan diajarkan langsung oleh pemilik sanggar yang juga Ayahnya Robi.

Setelah belajar dan berlatih di sanggar seni dan budaya, tanpa dirasa waktu sudah mulai sore. Mereka segera kembali pulang ke rumah untuk mandi dan makan malam. Sembari menunggu makan malam, mereka menyempatkan diri untuk membaca beberapa buah buku yang belum selesai mereka baca.

"Anak-anak, ayo kita makan.., Ayah juga..! kita makan bersama malam ini.."

"Iya bu.., sebentar lagi, kami mau menyelesaikan dulu bacaannya..?"

"Jangan lama-lama nanti keburu dingin makanannya...."

Akhirnya Robi dan teman-temannya selesai membaca buku, begitu pula dengan Ayah, dan mereka pun makan malam bersama sambil sesekali bersenda-gurau.

Tiba-tiba Ayah bertanya kepada Andi, Sinta, Budi, dan Ranti.

"Bagaimana kuliah kalian?".

"Kuliah kami baik-baik saja Om.., tapi kami ada sedikit kesulitan ketika diminta dosen untuk menulis puisi atau pantun.."

"Oh..ya, kenapa tidak bilang saja dengan Robi? Dia itu, penulis puisi yang terbaik di sekolahnya dulu.."

"Oh, iya ya, Om... aku kok nggak kepikiran ya dari dulu?"

"Hahaha..."

Tanpa dirasa makanan sudah habis dan mereka membantu Ibunya Robi untuk membersihkan sisa-sisa makanan yang ada di atas meja. Setelah makan malam selesai mereka ngumpul diruang keluarga dan menonton TV bersama-sama sampai waktu menunjukkan pukul 22.30 WIB, dan mereka semua istirahat malam.

                                                                                                                                                                              Palembang, 28 Juni 2017

                                                                                                                                                                             "Jangan jadi orang yang malas, karena dampak buruk menanti..."

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
  4. 4
  5. 5
Mohon tunggu...

Lihat Konten Cerpen Selengkapnya
Lihat Cerpen Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun