Mohon tunggu...
Bernadetha Wahyu A
Bernadetha Wahyu A Mohon Tunggu... Mahasiswa - Mahasiswa

Andai, sebuah kata yang diperlukan untuk membantumu menerima hal-hal yang sulit diterima.

Selanjutnya

Tutup

Puisi Pilihan

Terperangkap

25 Juni 2021   08:28 Diperbarui: 25 Juni 2021   08:38 84
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

Embun menjerap menusuk penglihatan
Entah sengaja atau terperangkap tak paham arti hidupnya
Menutupi semua kejadian-kejadian ngeri untuk menerpa raga bersembab merintih
Lahan perlahan, laju terkejar bayang diri
Meniti lintas demi keselamatan sang pengerti

Dahi berkerut semakin lusuh
Keringat semakin gemar bermain pada sekujur tubuh
Jarak pandang bagai elang meniti mangsanya
Kelihaian otot jari bergumam menanti peregangan
Harus siap siaga demi pedal yang memberontak diatur pawangnya

Eluh menetes di tengah ujung jari yang mati rasa
Semut juga berdatang merayap terlilit logam
Perubahan sedikit menentukan hidup dan mati
Kala eraman berdengung mengelilingi daun telinga
Saat itu pula hawa menusuk kulit tak karuan
Berharap datang seorang pahlawan menuntun hingga cahaya terang berdentum

Langit menghitam tanpa bintang satu pun
Terasa seperti ada mata-mata yang siap menerkam kapan saja
Gesekan ranting seakan-akan mengisyaratkan dia tak akan tiba
Sungguh jalan yang terjal
Menipu penikmat berkelana menyusuri pepohonan rindang
Detik ini juga, aku
Terperangkap dalam dunia mimpi tak beraga

Mohon tunggu...

Lihat Konten Puisi Selengkapnya
Lihat Puisi Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun