Jakarta -- Perusahaan transportasi daring Gojek menegaskan bahwa salah satu pengemudi ojek online yang hadir dalam pertemuan dengan Wakil Presiden Gibran Rakabuming Raka adalah mitra aktif mereka sejak 2015.
Direktur Public Affairs & Communications GoTo, Ade Mulya, menjelaskan bahwa Kantor Wakil Presiden memang menghubungi sejumlah perusahaan aplikator untuk menghadirkan perwakilan mitra. Pertemuan itu berlangsung di Istana Wapres pada Minggu (31/8) dan bertujuan untuk mendengar langsung suara para pengemudi.
"Dialog ini penting agar aspirasi mitra bisa tersampaikan secara langsung. Kami pastikan peserta yang hadir adalah benar mitra aktif Gojek yang sehari-hari bekerja dan dipercaya komunitasnya," kata Ade dalam keterangan tertulis, Selasa (2/9).
Ia juga menyebut salah satu peserta yang ramai jadi sorotan publik, Mohamad Rahman Tohir atau Cang Rahman, benar terdaftar sebagai mitra Gojek sejak 2015. Dalam kesempatan itu, sejumlah aspirasi disampaikan, mulai dari solidaritas untuk keluarga mendiang Affan Kurniawan driver ojol yang meninggal akibat insiden dengan kendaraan taktis Brimob hingga harapan agar kondisi tetap aman dan damai.
Ade menekankan, bagi Gojek, ruang dialog dengan pemerintah adalah kesempatan berharga. "Suara tulus dari mitra adalah fondasi terkuat untuk mencari solusi bersama demi masa depan yang lebih baik," ujarnya.
Tudingan dari Asosiasi Ojol
Namun, klarifikasi ini muncul setelah adanya pernyataan dari Ketua Umum Asosiasi Pengemudi Ojek Online Garda Indonesia, Raden Igun Wicaksono. Ia mengaku tidak mengenal para pengemudi ojol yang hadir bersama Wapres. Menurutnya, mereka bukan bagian dari asosiasi resmi yang selama ini terdaftar di pemerintah.
Igun bahkan sempat menduga ada kemungkinan rekayasa dengan menghadirkan orang yang tidak benar-benar mewakili pengemudi ojol. "Banyak rekan merasa kecewa, karena yang hadir tiba-tiba mengatasnamakan ojol padahal kami tidak tahu asal-usulnya," kata Igun.
Jangan Berpikir Negatif, Utamakan Dialog
Meski menuai perdebatan, masyarakat diimbau agar tidak terburu-buru menilai negatif. Dalam era keterbukaan informasi seperti sekarang, sering kali muncul kabar simpang siur yang justru memperkeruh suasana.