Mohon tunggu...
Martha Weda
Martha Weda Mohon Tunggu... Freelancer - Mamanya si Ganteng

Nomine BEST In OPINION Kompasiana Awards 2022, 2023. Salah satu narasumber dalam "Kata Netizen" KompasTV, Juni 2021

Selanjutnya

Tutup

Sosbud Artikel Utama

Pandangan dan Kebiasaan yang Dianggap Normal, namun Bisa Menjadi Pemicu Pelecehan Seksual

14 Juni 2021   16:37 Diperbarui: 15 Juni 2021   09:48 643
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Ilustrasi pelecehan seksual (Sumber: Kompas.com)

Sebagian orang juga menganggap hal ini biasa. Bagian dari hiburan.

Padahal bacaan dan tontonan cabul sangat mempengaruhi pikiran kita. Lama-kelamaan pikiran kita pun penuh dengan adegan-adegan seksual yang telah kita serap dari bacaan dan tontonan-tontonan cabul tersebut. 

Ketika kepala sudah sesak dengan bayangan-bayangan cabul, namun tak ada tempat penyaluran, kejahatan seksual pun bisa saja terjadi.

7. Memandang seks bukan sebagai hal yang sakral

Dari awal manusia diciptakan, Tuhan menciptakan seks untuk maksud yang mulia. Agar manusia dapat berkembang biak, melestarikan keturunannya, dan juga untuk memberi kebahagiaan tertinggi bagi pasangan suami dan istri.

Jadi seks sesungguhnya bersifat sakral, dan hanya boleh dilakukan suami dan istri.

Tetapi yang berkembang kini, oleh sebagai orang, seks dipandang sebagai komoditi hiburan, dan bisa dilakukan siapa saja tanpa perlu ikatan resmi pernikahan. 

Betapa banyak anak-anak muda sekarang yang sudah mengenal seks bahkan dari usia belasan tahun. Lalu menjalani kehidupan seks bebas sepanjang masa mudanya.

Anak-anak muda jaman ini juga banyak yang melihat fenomena seks bebas sebagai hal yang wajar, sebagai bagian dari gejolak darah muda. 

Pandangan keliru inilah yang menurut saya perlu dikembalikan kembali pada norma sebenarnya. Terutama untuk para generasi muda. Juga guna mencegah potensi semakin maraknya kejahatan seksual.

Peran orang tua, guru, tokoh-tokoh agama, dan pihak-pihak terkait sangat diperlukan untuk menanamkan nilai-nilai moral yang benar pada para generasi muda ini.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
  4. 4
  5. 5
  6. 6
Mohon tunggu...

Lihat Konten Sosbud Selengkapnya
Lihat Sosbud Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun