Bahkan kadang sering terjadi pula dalam forum-forum tertentu, dimana pembicara membuat lelucon-lelucon seksual dengan alasan agar peserta pertemuan tidak mengantuk.
Paling anehnya, banyak orang beranggapan bahwa lelucon-lelucon tidak senonoh ini merupakan hal biasa dan wajar sebagai media hiburan pelepas stress dan penat.
Padahal bila kebiasaan ini terus dibiarkan, hal-hal seksual yang menjadi bahan gurauan itu tanpa disadari tersimpan dalam pikiran, lalu akan muncul sewaktu-waktu bila ada stimulusnya.
Akibatnya, antara lain orang bisa saja menjadi gampang terangsang, bila teringat akan hal-hal seksual yang menjadi bahan candaan, atau melihat bagian-bagian seksual seperti yang sering menjadi bahan gurauan.
Bila tidak mampu lagi mengendalikan diri, hal tersebut akan menjadi pemicu terjadinya pelecehan seksual.
Satu hal lagi, karena memandang candaan tak senonoh ini hal biasa, akhirnya tindakan pelecehan seksual pun dianggap biasa. Seperti memegang bagian-bagian tubuh orang lain, mengeluarkan komentar-komentar tak senonoh pada lawan jenis, semua itu dianggap hal yang wajar.
Aneh memang. Begitu banyak topik atau tema diluar pornografi yang bisa kita jadikan lelucon, tetapi mengapa harus membuat lelucon-lelucon seksual yang sama sekali tidak ada faedahnya?
Jadi, sebaiknya setop semua candaan seksual, apapun alasan atau tujuannya.
4. Membuat dan membagi-bagikan konten seksual
Beberapa tahun yang lalu, saya memblokir pertemanan dengan seorang teman di Facebook. Alasannya bukan karena saya tidak suka padanya. Bukan juga karena saya ada masalah dengannya. Tetapi karena teman saya ini sering berbagi video dan gambar-gambar yang mengandung unsur seksual.
Di jaman yang semakin serba mudah ini, siapa saja bisa membuat konten lalu dibagikan ke sosial media. Lalu, tidak sedikit orang yang senang membuat konten-konten yang berbau porno, dan kemudian mempostingnya di media sosial, seolah hal itu hanya lelucon atau hiburan belaka.Â