Mohon tunggu...
Martha Weda
Martha Weda Mohon Tunggu... Freelancer - Mamanya si Ganteng

Nomine BEST In OPINION Kompasiana Awards 2022, 2023. Salah satu narasumber dalam "Kata Netizen" KompasTV, Juni 2021

Selanjutnya

Tutup

Sosbud Artikel Utama

Pandangan dan Kebiasaan yang Dianggap Normal, namun Bisa Menjadi Pemicu Pelecehan Seksual

14 Juni 2021   16:37 Diperbarui: 15 Juni 2021   09:48 643
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Ilustrasi pelecehan seksual (Sumber: Kompas.com)

Orang-orang atau pihak yang senang membuat dan berbagi hal-hal berbau porno ini menurut saya isi otaknya memang penuh dengan hal seperti itu. Jadi apa yang dibuatnya atau dibaginya di media sosial adalah gambaran dari isi kepalanya.

Kegiatan ini pun dapat menjadi pembuka jalan bagi terjadinya pelecehan seksual baik yang dilakukan oleh pembuat konten maupun penikmat konten tersebut.

5. Membuat karya fiksi berbau porno

Ini yang saya lihat akhir-akhir ini cukup berkembang. Dimana karya-karya fiksi seperti novel atau novelet, banyak yang isinya dibumbui dengan adegan-adegan seksual yang ditulis dengan sangat vulgar.

Peminat novel dewasa ini sepertinya cukup meningkat. Didukung dengan kemudahan memperoleh novel digital saat ini, pembaca novel semakin berkembang dan bisa menjangkau siapa saja terutama di dunia maya.

Sayangnya, sebagai pencinta dan penikmat novel, seringkali saya membaca beberapa novel, yang sebenarnya ceritanya sangat menarik dan ditulis dan dikemas dengan cara yang menarik pula, namun menjadi rusak citranya hanya karena adegan-adegan seksual yang diumbar dengan sangat vulgar di dalamnya.

Saya tidak tahu pasti apa tujuan penambahan adegan-adegan vulgar dalam novel. Apakah untuk menangguk pembaca sebanyak-banyaknya?

Padahal perlu disadari bahwa adegan-adegan vulgar yang ditampilkan dalam novel dapat merangsang hasrat seksual seseorang yang sedang membacanya.  Hal ini tidak terlalu menjadi masalah jika pembacanya seorang dewasa yang telah memiliki pasangan resmi. Hasratnya setelah membaca novel tersebut bisa disalurkan kepada pasangannya.

Lalu bagaimana bila pembacanya seorang lajang, atau bahkan seorang anak remaja, lalu belum memiliki pengendalian diri yang baik? Inilah menjadi pemicu awal terjadinya pelecehan seksual.

6. Membaca bacaan cabul dan menonton tayangan cabul

Hal ini berkaitan erat dengan dua poin sebelumnya. Cukup banyak diantara kita yang senang membaca buku-buku porno, atau menonton film-film porno (blue film).

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
  4. 4
  5. 5
  6. 6
Mohon tunggu...

Lihat Konten Sosbud Selengkapnya
Lihat Sosbud Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun