San Siro tidak lagi bergemuruh seperti dulu. Trofi tak lagi rutin singgah ke lemari klub yang pernah menjadi penguasa Eropa. Beberapa tahun terakhir, AC Milan seperti kehilangan arah---berjuang di papan atas, namun terlalu sering terpeleset pada momen krusial. Namun kini, sebuah kabar membangkitkan harapan lama yang hampir padam: Massimiliano Allegri resmi kembali ke kursi pelatih Rossoneri.
Bagi banyak Milanisti, kembalinya Allegri bukan sekadar pergantian taktik. Ia adalah simbol kepercayaan yang hendak dibangun ulang. Sebuah sinyal bahwa manajemen tak lagi berjudi dengan nama-nama baru, tapi memilih sosok berpengalaman yang tahu cara menenangkan ruang ganti, menyusun sistem yang solid, dan---terpenting---pernah menang bersama Milan.
Luka Lama, Musim Penuh Luka
Musim 2024/2025 ditutup dengan kepedihan. Di bawah arahan Sergio Conceio, Milan terseok-seok di Serie A, tersingkir lebih awal dari Eropa, dan kehilangan arah permainan. Pemain kunci seperti Rafael Leo akhirnya memilih pergi. Pelatih tak mampu memaksimalkan potensi skuad muda. Identitas permainan Milan tak terlihat. Dan di luar lapangan, konflik internal antara direksi dan eks-pemain legendaris seperti Paolo Maldini turut mencoreng citra klub.
Dalam situasi seperti itu, nama Allegri terasa seperti oase. Ia pernah merasakan tekanan di Milan. Ia tahu bagaimana memenangi liga saat klub dihuni para legenda seperti Zlatan Ibrahimovi, Clarence Seedorf, dan Alessandro Nesta. Tapi kini, tantangan berbeda. Ia harus memulai kembali, bukan dari puncak, melainkan dari dasar proses rekonstruksi.
Allegri: Antara Realitas dan Harapan
Banyak yang mengaitkan Allegri dengan gaya pragmatis. Ia bukan pelatih yang menjanjikan tiki-taka atau permainan atraktif ala Pep Guardiola. Namun, Allegri tahu cara meraih hasil, dan tahu cara menangani tekanan media Italia yang terkenal kejam. Itu menjadi modal berharga, apalagi di tengah ekspektasi tifosi Milan yang nyaris selalu meledak-ledak tiap awal musim.
Allegri akan dihadapkan pada skuad muda dengan potensi besar namun minim pengalaman. Nama-nama seperti Francesco Camarda, Davide Bartesaghi, dan Jan-Carlo Simic perlu ditangani secara sabar. Di sisi lain, pilar utama seperti Mike Maignan, Theo Hernndez, dan Fikayo Tomori harus dipertahankan agar stabilitas tim tidak goyah di tengah musim.
Lebih dari itu, Allegri akan menjadi penghubung antara warisan masa lalu dan masa depan klub. Di pundaknya, tersimpan harapan agar Milan bisa bersaing lagi di Liga Champions dalam 2--3 tahun mendatang.
Tantangan di Era RedBird