[Mas yang baik, Â sampai kapan kau begini, Â sudah aku beri jawaban aku tak mampu, Â hanya satu yang kucinta, aku tak bisa]
[Salikah yang manis yang selalu menghiasi hatiku, Â engkau boleh mempunyai harapan dan keinginan hanya satu cinta, Â lantas bagaimana aku yang tanpa maukupun rasa itu ditumbuhkan dalam hatiku, Â akupun tak kuasa menepisnya, Â ini juga bukan mauku, Â sakit Salikah saat aku memaksakan hatiku menjauh darimu. Kita memang tak lagi muda, Â bukan lagi nafsu yang berbicara, Â akupun bukan lelaki yang sekuat masa muda, Â tapi bila cinta itu ada. Entah mengapa Tuhan menumbuhkan rasa ini, Â aku sudahÂ
berusaha membunuhnya. Salikah, Â tidakkah kau merasa betapa menderitanya hatiku]
Salikah menatap nanar layar ponselnya, Â membaca kata demi kata dari lelaki yang memujanya. Â Menetes air mata pilu yang ditahannya.
"Yang Maha Cinta, Â tolonglah hambaMu." Salikah menangis tersedu dalam malam. "Aku tak kuasa atas kehendakMu ya Robb, Â meski aku punya pinta padaMu."
Malam ini kembali penuh haru biru,  tangis sendu Salikah,  juga rasa pilu lelaki pemujanya  di langit yang berbeda,  saling berdoa pada yang berhak atas dirinya dan alam semeata, mohon petunjuk dan kemudahan bisa melewati rasa yang mendera.
Salikah masih banyak cinta untukmu. Jangan kau tutup hatimu
Untuk Salikah Menolak
Malang, Â 19 01 19