Strategi Pedagogis Kontekstual
Guru dapat menggunakan problem-based learning (mengurangi banjir akibat alih fungsi lahan), project-based learning (pembuatan kompos organik), atau inquiry-based learning (penelitian kualitas air sungai). Dengan begitu, pembelajaran IPA menghasilkan solusi nyata yang kontekstual.
Studi Kasus Positif
Beberapa sekolah di Bali sudah mencoba mengintegrasikan nilai THK ke dalam pendidikan.
SMP Negeri di Gianyar mengembangkan eco-school berbasis kearifan lokal. Pura sekolah ditempatkan di Utama Mandala, ruang kelas di Madya Mandala, dan taman serta tempat pengolahan sampah di Nista Mandala. Dengan ini, siswa belajar bahwa tata ruang sekolah adalah miniatur kosmos yang harus dijaga.
SMP Swasta di Tabanan menerapkan Tri Angga. Atap sekolah dilengkapi panel surya (Utama Angga), ruang kelas diisi kegiatan kolaboratif (Madya Angga), dan halaman bawah dilengkapi kolam biopori (Nista Angga). Sekolah ini menjadi laboratorium hidup bagi siswa untuk belajar IPA sekaligus nilai keberlanjutan.
Studi "Struktur, Tata Ruang dan Estetika Palinggih Padmasana di SMP Negeri 2 Singaraja" memperlihatkan bahwa sekolah tersebut menata palinggih (tempat suci) dalam lingkungan sekolah berdasarkan zona dan struktur yang sesuai dengan nilai religi dan estetika lokal.
Penutup
Mengkaji implementasi Tri Hita Karana dalam tata ruang Bali bukan sekadar mengenang budaya, tetapi kebutuhan nyata menghadapi krisis ekologis dan sosial. Kasus pembangunan vila di Canggu menunjukkan betapa harmoni sering dikorbankan demi kepentingan ekonomi. Padahal, jika tata ruang berpijak pada Tri Mandala dan Tri Angga, pembangunan dapat berlangsung tanpa merusak keseimbangan spiritual, sosial, dan ekologis. Di sisi lain, pendidikan berperan penting untuk mewariskan filosofi ini. Dengan mengintegrasikan Parahyangan, Pawongan, dan Palemahan ke dalam pembelajaran IPA, siswa memahami bahwa sains bukan hanya angka dan rumus, melainkan jalan menuju harmoni. Akhirnya, pendidikan berbasis kearifan lokal seperti THK menumbuhkan generasi yang cerdas secara intelektual, arif secara spiritual, peduli sosial, dan bijak ekologis. Inilah generasi yang mampu menjawab tantangan modern tanpa kehilangan akar budaya---generasi yang menjaga Bali tetap ajeg, lestari, dan harmonis.
Daftar Pustaka
Ardika, I. W. (2015). Tri Hita Karana: Landasan pembangunan berkelanjutan di Bali. Denpasar: Udayana University Press.