Dalam tata ruang, ketiga prinsip ini diwujudkan melalui pengaturan lingkungan, orientasi bangunan, dan tata kelola desa hingga kota.
Tri Mandala dalam Tata Ruang
Tri Mandala adalah konsep penataan ruang horizontal yang menekankan pentingnya membagi area menjadi tiga zona dengan tingkat kesucian berbeda:
-
Utama Mandala: zona inti yang paling suci, biasanya diperuntukkan bagi pura, pelinggih keluarga, atau ruang persembahyangan. Zona ini bukan hanya pusat ritual, tetapi juga simbol orientasi spiritual masyarakat Bali. Penempatan Utama Mandala sering dikaitkan dengan arah kaja (gunung) sebagai simbol kesucian, atau kelod (laut) sebagai simbol pelepasan.Â
Madya Mandala: zona tengah yang berfungsi sebagai ruang sosial, tempat rumah tinggal, bale banjar, maupun aktivitas keseharian masyarakat. Madya Mandala melambangkan keseimbangan antara sakral dan profan, sehingga menjadi ruang interaksi yang paling dinamis.Â
Nista Mandala: zona luar yang bersifat profan, biasanya digunakan untuk dapur, kandang, tempat usaha, atau lahan aktivitas non-sakral. Secara simbolik, Nista Mandala mewakili dunia luar yang perlu dijaga agar tidak mengganggu harmoni ruang sakral dan sosial.Â
Konsep ini menjaga agar ruang suci, sosial, dan profan tidak tumpang tindih.
Tri Angga dalam Struktur Bangunan
Jika Tri Mandala mengatur ruang secara horizontal, maka Tri Angga mengatur bangunan secara vertikal. Konsep ini membagi struktur bangunan ke dalam tiga bagian utama:
Utama Angga (kepala): bagian atas bangunan, yaitu atap atau puncak, yang melambangkan kesucian dan hubungan dengan Tuhan. Dalam arsitektur tradisional Bali, atap tidak hanya berfungsi sebagai pelindung, tetapi juga sebagai simbol orientasi spiritual. Bentuk atap yang meruncing, misalnya, menggambarkan hubungan manusia dengan alam semesta.Â
Madya Angga (badan): bagian tengah bangunan, yaitu ruang utama tempat manusia beraktivitas. Bagian ini melambangkan kehidupan sehari-hari, di mana manusia menjalani interaksi sosial, budaya, maupun spiritual. Ruang ini juga menjadi simbol keseimbangan: ia menghubungkan antara yang suci (Utama Angga) dan yang profan (Nista Angga).Â
-
Beri Komentar
Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!