Mohon tunggu...
Nurjihan nabilahsari
Nurjihan nabilahsari Mohon Tunggu... Mahasiswa - Mahasiswa Ilmu Komunikasi

Mahasiswa yang tertarik akan dunia film, jurnalistik, dan art.

Selanjutnya

Tutup

Ilmu Sosbud Pilihan

All about The City of Music

20 Desember 2022   08:05 Diperbarui: 20 Desember 2022   08:26 139
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Ilmu Sosbud dan Agama. Sumber ilustrasi: PEXELS

Berbicara tentang gerak-gerik musik yang ada di kota Malang sungguh membutuhkan tenaga lebih untuk bisa lebih memahami. Di kota Malang dari seiring berjalannya waktu, musik terus berkembang dari tahun ke tahun era ke era. Penyebaran dari musik di kota malang ini bisa dibilang cukup luas, sehingga membutuhkan waktu yang tidak singkat untuk menceritakan dan menjelaskan gerak-gerik musik di kota Malang secara keseluruhan.

Genre musik yang berada di kota Malang sungguh sangat melekat dengan adanya komunitas. Setiap komunitas yang berada di kota Malang memiliki ciri khas dengan mengikuti beberapa genre yang bermacam-macam, tidak hanya itu saja komunitas- komunitas musik di kota Malang ini menunjukkan berbagai macam genre yang mendominan di kalangan masyarakat Malang.

Malang kota musik?

"Malang Kota Musik" begitulah yang saya baca dibeberapa artikel, mereka menyatakan bahwa malang adalah kota musik. Jiwa penasaran saya akhirnya semakin menjadi-jadi, pasalnya selama ini saya hanya mengetahui bahwa malang merupakan kota wisata bukan kota musik.

"Faktanya kancah musik di kota Malang memang punya sejarah yang panjang. Coba saja ketik di mesin penelusur dengan kata kunci seperti GOR Pulosari, Radio Senaputra, Malang Underground, Malang Total Suffer Community, Malang Sub Pop sampai Houtenhand di mana kalian pasti bakal menemukan kisah dinamika music di kota Malang sekaligus bukti jika dari dulu sampai sekarang arena music di kota Malang selalu hidup dan dihidupkan dari generasi ke generasi. Narasi-narasi music di kota Malang juga bisa ditemukan atau diakses lewat arsip yang telah dikumpulkan oleh Rekam Jaya mulai tahun 1996-2022" -- ucap mas Sammack EO dari Toko Rekam Jaya

Menurut sejarah kota Malang sejak dahulu lebih akrab dikenal sebagai kota dengan music rock. Namun, seiring berjalannya waktu dan kondisi kota Malang yang saat ini masyarakatnya sendiri mayoritas pendatang dari berbagai daerah. Sehingga kondisi kota malang juga berubah karena adanya percampuran dari beberapa daerah, ras, suku, dan budaya.  


Tetapi Malang juga memiliki musisi yang cukup terkenal yaitu Sylvia Saartje, beliau adalah penyanyi Wanita pertama dengan kelahiran tahun 1956 yang membawakan lagu bergenre rock. Ketenaran Sylvia Saartje ini sehingga beliau dijuluki sebagai "Lady Rocker".

Seberapa besar Komunitas Musik di Malang?

Sangat banyak komunitas musik yang berada di kota Malang. Sebelum saya membahas mengenai komunitas yang berada di kota Malang, saya akan memberitahu genre yang sangat melekat dengan kota malang yaitu genre underground. 

Mengapa saya bilang bahwa genre underground sangat melekat dengan kota malang, karena genre underground merupakan genre yang dikenalkan pertama kali di Indonesia oleh Kota Malang, dari dikenalkannya musik bergenre underground oleh Kota malang pada saat itu banyak band-band yang berasal dari kota lain ikut terinspirasi sehingga saling berlomba-lomba untuk unjuk kemampuannya di berbagai event underground. 

Pertumbuhan penduduk dikota malang yang semakin meningkat, sehingga banyaknya remaja di Kota Malang yang ingin mencari wadah untuk mengekspresikan diri sehingga ikut mengembangkan genre underground dengan cara bergabung dengan komunitas underground. 

Tapi jika dilihat dari arena independen mungkin bisa dibilang komunitas bernama Total Suffer Community yang menjadi gerbang awal terbentuknya komunitas musik underground (bawahtanah) di kota Malang. Untuk sampai saat ini komunitas musik di kota Malang semakin beragam dengan basis massa yang besar pula. Sebut saja Malang Sub Pop, Malang Pop Punk, Titik Dua Kolektif, Malang Sub Noise, Heartfelt Collective, Progression, Malang City Hardcore dan masih banyak lagi.

Selain komunitas underground yang sangat melekat dengan Kota Malang, kini banyak komunitas music yang bermunculan. Seperti Komunitas Musik Malang Blues Colony (MBC) yang ditujukan untuk masyarakat yang memiliki rasa terhadap music bergenre blues di area Malang, musik yang berada di Kota Malang ini memiliki latar belakang yang membuat penulis tertarik untuk mencari tau mengenai perkembangan musik yang berada di Kota Malang musik Blues dikarenakan aliran genre musik lain seperti pop,rock dan jazz mempunyai nama yang cukup kuat di Kota Malang dan eksistensinya sangat terasa hingga saat ini di bandingkan musik blues eksistensinya sangat minim di Kota Malang.

Pada tahun 2000an komunitas Jazz di Kota Malang mulai bermunculan, seperti komunitas Malang Jazz Forum, Ngalam jazz Community, dan Rompok Bolong. Beberapa komunitas yang telah saya sebutkan merupakan sebuah komunitas yang bertujuan sebagai wadah berkumpulnya masyarakat Malang yang peduli mengenai perkembangan music bergenre Jazz.

Sudut Pandang Masyarakat

Hilman, begitulah sapaan seorang founder Rekam Jaya dan co-founder Toko Rekam Jaya. Pada tahun 2018 merupakan awal tahun dibentuknya Rekam Jaya, oleh kawan-kawan yang banyak bekerja di balik layar music kota Malang; mulai dari pemilik label rekaman, pengelola media musik, fotografer gig sampai illustrator. 

Aktifitas awal Rekam Jaya itu sendiri yaitu pengarsipan media mandiri musik seperti fanzine, tabloid, majalah, newsletter, selebaran dan lain sebagainya -- yang tujuannya arsip yang telah dikumpulkan akan didigitalisasi dan bisa diakses oleh siapapun. 

Pada awal tahun 2019, Rekam Jaya juga sempat menerbitkan media dalam bentuk Koran sampai digital yang berisi kabar perihal aktifitas musik di kota Malang dan termasuk juga menerbitkan data arsip yang telah dikumpulkan oleh Rekam Jaya. 

Di akhir tahun 2019 barulah Rekam Jaya membuka sektor baru, yakni kongsi dagang dan distribusi rilisan fisik bernama Toko Rekam Jaya. Toko Rekam Jaya sendiri dibentuk oleh kawan-kawan yang memang selama ini bergerak di sektor produksi dan distribusi rilisan fisik yang masih bertahan sampai sekarang.

"kalau dilihat dari sejarahnya kota Malang sejak dulu memang lebih akrab dengan musik rock. Namun, seiring berjalannya waktu dan kondisi kota, arena musik di kota Malang mulai ditumbuhi beragam jenis musik. Mulai pop sampai keroncong. 

Menurut sudut pandang saya mengenai musik di Malang, sampai sekarang apresiasi terhadap musisi kota Malang masih sangat baik. Terbukti dari bagaimana atmosfir setiap panggung musik yang diadakan oleh tiap komunitas yang selalu ramai dan seru. Termasuk dari pembelian rilisan fisik maupun merchandise yang selalu laku" -- ucap Hilman

Setelah melihat perkembangan musik di kota Malang, yang cukup menarik perhatian saya yaitu music keroncong yang terdapat di Kawasan Heritage Kayutangan kota Malang. 

Semenjak direnovasinya jalan kayutangan, kini kayutangan bukanlah lagi sekedar bangunan kuno saja melainkan kita dapat menikmati jalanan dengan lampu-lampu yang menghiasi jalanan sembari mendengarkan live musik dan menikmati makanan yang terjual disana.

Live musik keroncong , di jalan kajoetangan -- Oleh band keroncong yang Bernama "Kroncarsong". Band keroncong yang yang didirikan oleh siswa SMA yang berada di malang dengan beranggotakan 5, tetapi saat ini hanya sisa 3 orang yang bisa bertahan.

" kalau untuk fikiran kenapa musik keroncong karena pertama ingin tampil beda dengan yang lain kedua semoga musik kroncong ini bisa di nikmati oleh seluruh kalangan biar kita bisa bikin image kalau musik keroncong ini bukan musik jadul dengan kemasan lebih modern" -- Ucap Emanuel sebagai penanggung jawab dari Kroncarsong

Menurut Emanuel sebagai penanggung jawab dari Kroncarsong ini sendiri, peminat dari music keroncong sendiri bisa dibilang cukup banyak karena mereka membawakan music yang berbeda dengan yang lain. Kalo dari segi daya tarik pendengarnya dan pemain musiknya sendiri pun cukup banyak. Dibalik banyaknya daya tarik akan musik keroncong ini, tetapi sangat jarang terdapat pangung untuk mereka bisa menampilkan karya-karyanya.

"Kesulitannya sendiri lebih ke panggung untuk kita tampil yang sangat jarang ada , peminat musik keroncong terbilang banyak tapi penyelengara nya jarang-jarang ada yang mau. Mungkin bisa aja karena jumlah personil kita beda dengan band-band pada umum nya , band lain bisa 5orang sedangkan kita main 10orang mungkin untuk event-event perorangan susah dicari nya, ya semoga aja kedepan nanti setelah pandemi ini bisa ada lagi komunitas yang menyediakan event-event khususnya untuk keroncong ini agar ada wadah untuk anak-anak tetap bisa berkarya" -- ucapnya

"Arena musik di kota Malang akan selalu hidup dan dihidupkan agar bisa dirayakan bersama-sama" -- Hilman

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
Mohon tunggu...

Lihat Konten Ilmu Sosbud Selengkapnya
Lihat Ilmu Sosbud Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun