Temanku dua hari yang lalu menelepon (nelpon minta ditelepon). Yah aku selalu siap sedia paket nelpon selama sebulan. Secara hiitungan ekonomi lebih hemat. Aku sudah bisa menebak apa yang akan diceritakan temanku ini. Kalo dia yang mau cerita entah itu jam 12 atau jam 2 aku pasti ladenin. Kenapa ??? karena dia pernah curhat ingin pergi ke psikiater konsultasi mengenai kesehatan mental dia. Sejak saat itu aku paham, temanku butuh teman untuk cerita minimal seseorang untuk mendengarkan keluhan dan kekonyolan dia.
Balik ke temanku tadi, dia sakit hati melihat mantan pacarnya berbahagia bersama wanita lain. Katanya pacar baru mantannya cantik, mereka terihat bahagia. Aku mendengarkannya dengan sangat sabar hingga dia berhenti bicara untuk menanyakan apakah aku mendengarkan ceritanya. Aku dengarin kok, hanya sedang menahan emosi agar tidak keluar perkataan sampah dari mulutku ini.
Oh ya, aku punya kecenderungan bisa menilai karakter seseorang hanya dari fotonya. Temanku kesal dengan kemampuanku ini karena kebanyakan isinya negatif walau kenyataanya selalu benar hahaha. Aku merasa sebagai cenayang... hahahha..
Temanku nangis, merasa ditipu, merasa diperdaya, merasa kok iya sih mantan pacarnya secepat itu move on. Temanku ini sudah sangat banyak mengalami trauma hubungan, mulai dari mantan yang selingkuh, mantan yang ternyata penyuka sesama jenis, mantan yang psikopatan, mantan baik hati, mantan yang punya mamak seram setengah mati, mantan yang kurang diajar menghormati.
"apa gunanya kau pandangi foto mantanmu dan stalking kehidupan dia setelah putus darimu?"..
temanku diam... mencoba mencari jawaban yang paling tepat buatku...
tapi gagal...
"Kalo pacar barunya lebih cantik darimu, kau pasti minder, kalo lebih jelek darimu  kau bakalah mencibir sambil minder, lagian ya  aku bukan tipe orang yang percaya bahwa hubungan manis itu selalu manis, hubungan bukan jeruk berastagi... manis dalam tiap gigitan"
dia diam... mencoba mencari jawaban...Â
"tapi aku penasaran " jawabnya
"ya itu yang bakal buat kau makin sakti hati, udahlah relakan saja..."