Mohon tunggu...
BEKA Bayu Krisna
BEKA Bayu Krisna Mohon Tunggu... Coach NLP/ Mind Management

Hobi : Membaca dan memberikan pelatihan Kepribadian : curosity sangat tinggi, komunikatif, humoris Topik konten yang paling disukai adalah komunikasi, mind management, marketing, ligkungan hidup

Selanjutnya

Tutup

Sosbud

Gen Z Sang Pembuka Jalan

16 September 2025   09:45 Diperbarui: 16 September 2025   09:45 9
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Sosbud. Sumber ilustrasi: KOMPAS.com/Pesona Indonesia

Gen Z Sang Pembuka Jalan

Dr.Drs.Bayu Kris, MSi

Label yang dulu sering ditempelkan pada generasi Z atau Gen Z yaitu sebagai generasi yang manja dan cepat bosan, nampaknya dengan kejadian demo mahasiswa yang berlangsung selama bulan Agustus-September hilang sudah. Gen Z sudah membuktikan bahwa label itu bukanlah identitas dirinya. Ini terbukti ketika tuntutannya yang dirangkum dalam konsep 17+8 kepada Pemerintah belum direspons mereka tidak  beranjak dan berhenti dari Gedung DPR.

Catatan kecil perjuangan Gen Z ini sayangnya ditunggangi sekelompok penjarah yang membuat citra demo menjadi rusak. Akan tetapi masyarakat tidak bodoh lagi, kini mereka sudah bisa membedakan mana yang pendemo dan mana yang penjarah.  Perilaku keduanya sangat berbeda, yaitu Gen Z bergerak dengan konsepsi sementara penjarah bergerak dengan provokasi. Tujuan demo yang dilakukan oleh Gen Z jelas yaitu keadilan sosial, keadilan ekonomi, dan keadilan politik. Tujuan penjarah adalah bagaimana mencuri, merusak, membuat panik dan ketakutan warga sipil.

Gen Z Kaya Literasi

Meski beberapa pakar mengatakan bahwa Gen Z dalam mempelajari sesuatu kurang mendalam hanya tingkat permukaan, namun harus diakui Gen  Z memiliki literasi yang lebih banyak daripada generasi-generasi sebelumnya. Mereka juga bisa mengakses literasi yang lebih cepat dan beragam dari trans disiplin ilmu.

Ini terbukti Gen Z Indonesia yang bisa meraih prestasi Internasional di antaranya adalah Tomy Yunus & Yohan Limerta dengan platform Cakap (edtech) -- mereka mendapatkan pengakuan nasional/internasional (termasuk Fortune Indonesia 40 Under 40) atas pengaruhnya di bidang pendidikan lewat teknologi.  Kimiko Kirana Rely Agusta  kelas 12 SMA Madania Bogor ini berhasil mendapatkan Beasiswa Garuda untuk berkuliah pada Jurusan Biokimia (Biochemistry) di University of Toronto, Kanada. Dan tentu masih banyak lagi Gen Z Gen Z  yang berprestasi di tingkat internasional.

Fakta ini membuktikan bahwa di dunia internasional Gen Z Indonesia bukanlah generasi abal-abal. Dengan kemampuan literasi ini tidak mengherankan jika Gen Z juga mempunyai kemampuan bicara yang lebih berisikan data yang lebih lengkap dibadingkan generasi sebelumnya. Tak mengherankan jika mereka mampu berdialog dengan pejabat kesekretaariatan presiden dengan sangat argumentatif.

Bukan hanya itu, melalui diskusi yang ditayangkan di televisi ( Rosi, Empat Meja-Kompas TV) para Gen Z ini bahkan sempat mengungguli anggota dewan komisi III dari fraksi Golkar. Mereka juga menunjukkan bahwa Gen Z berbicara bukan hanya berdasarkan opini tetapi fakta. Meminjam istilah Rocky Gerung, akal sehat mereka lebih jalan dalam menganalisis masalah daripada para seniornya yang sekarang sudah duduk sebagai anggota dewan.

Dengan kekayaan literasi dan kemampuan mengaksesnya, maka sebenarnya potensi Indonesia untuk mewujudkan impian Indonesia emas 2045 sangatlah besar. Mereka sudah bergerak sendiri dengan kekuatan mereka sendiri, dan siap bersaing dengan Gen Z dari negara-negara maju.

Manfaatkan Gairah Gen Z

Semangat dan perhatian Gen Z terhadap bangsa ini sungguh luar biasa, maka jika pemerintah cerdas gairah Gen Z ini  tidak akan disia-siakan. Berikan mereka ruang di mana mereka tidak canggung untuk berpartisipasi dalam mengelola pembangunan jangka pendek maupun jangka panjang. Gen Z sangat menonjol dalam ide-ide kreatifnya, kalau mereka dilibatkan dalam perumusan konsep kebijakan dengan tetap dalam kerangka pengawasan pemerintah, maka akan terwujud pembangunan yang lahir dari paduan energi Gen Z dan generasi sebelumnya.

Belum semua menerima pemikiran seperti ini, terutama pejabat-pejabat yang masih mengagung-agungkan senioritas.Tentu kita tidak ingin melibatkan "asal Gen Z", yang memperoleh pekerjaan karena nama besar orang tuanya atau karena fasilitas keluarganya. Kita ingin yang dibatkan adalah Gen Z yang memiliki kecerdasan, keterampilan, kemandirian, dan mental tangguh. Jangan sampai potensi mereka justru dihambat oleh senior-senior yang khawatir dalam persaingan. Dalam politik tak jarang yang terjadi adalah bagaiman yang berkualitas justru terpinggirkan oleh KKN.

Mari optimis wujudkan Indonesia Emas 2045 meskipun saat ini kita masih ditinggali beban berat dari pemerintahan sebelumnya. Namun dengan komitmen Presiden Prabowo saya yakin secara bertahap KKN ini juga bisa berkurang dengan dukungan Gen Z yang kuat sebagai pembuka jalan. Kalau melihat pada demo yang dilakukan Gen Z beberapa waktu yang lalu, saya yakin akan muncul Tan Malaka dan Syahrir baru.

Salam Indonesia Emas !

Follow Instagram @kompasianacom juga Tiktok @kompasiana biar nggak ketinggalan event seru komunitas dan tips dapat cuan dari Kompasiana. Baca juga cerita inspiratif langsung dari smartphone kamu dengan bergabung di WhatsApp Channel Kompasiana di SINI

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Sosbud Selengkapnya
Lihat Sosbud Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun