Mohon tunggu...
Egy Fernando
Egy Fernando Mohon Tunggu... Lainnya - Mahasiswa Fakultas Ilmu Sosial dan Ilmu Politik

Pendiam dan Pemalu. Menulis artikel hanya karena niat dan iseng.

Selanjutnya

Tutup

Humaniora Pilihan

Mengenal Buruh: Gemuruh Suara Buruh

1 Mei 2020   17:36 Diperbarui: 1 Mei 2020   17:35 369
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

Dalam menjalani aktivitas sehari-hari, khususnya dalam dunia pekerjaan pernahkah kita mendengar istilah "kartu absensi" atau "mengisi absen" terlebih dahulu sebelum memulai pekerjaan yang hendak kita lakukan? Kata "absen" dalam KBBI memiliki arti yakni, "tidak masuk (sekolah, kerja dan sebagainya); tidak hadir".

Pembuatan istilah tersebut juga termasuk ke dalam hegemoni bahasa yang dibuat oleh pemilik perusahaan, seolah-olah mereka menganggap bahwa buruh sangatlah tidak diperlukan bahkan tidak dianggap kehadirannya di mata perusahaan, lalu menjurus pada pemberian upah atau gaji yang tidak sebanding dengan kinerja buruh.

Seharusnya buruh atau pekerja diberikan didikan dalam penggunaan bahasa yang lebih baik seperti pemberian nama "kartu presensi" dalam mengurus atau mengisi kehadirannya, dikarenakan arti "presensi" sendiri dalam KBBI adalah "kehadiran" yang dimana lebih layak atau memiliki konotasi positif dalam hal administrasi perusahaan.

Akibat dari hegemoni bahasa yang tercipta, buruh-buruh yang selama ini bekerja dengan sepenuh hati hanya dipandang sebelah mata oleh perusahaan dan mereka memberikan upah kepada buruh hanya berdasarkan tingkat kehadiran bukan karena hasil ketekunan buruh bekerja. Upah bukan lagi hasil dari keringat buruh dan ketekunan dalam melakukan pekerjaan, melainkan sekedar sumbangan atas penilaian sebelah mata dari suatu perusahaan.

Sumber: kaltim post
Sumber: kaltim post

Dibalik penderitaan dan ketertindasan yang dialami oleh buruh terdapat Kapitalisme yang memegang kendali penuh dihampir seluruh sistem perekonomian di dunia ini. Kapitalisme adalah momok kesenjangan dan ketimpangan antara buruh, majikan dengan alat produksi. Kapitalisme membuat sistem dimana orang kaya akan semakin kaya dan yang miskin akan semakin sengsara.

Kapitalisme mendidik pengusaha untuk terus mementingkan kekayaan dengan cara mengambil profit yang begitu besar serta menguasai hak milik modal dan alat produksi dari tiap tetesan keringat jerih payah buruh.

Kapitalisme membentuk desain sosial terhadap masing-masing individu untuk terus mencari kekayaan dengan cara bersaing dalam memperebutkan ataupun mengembangkan pekerjaannya masing-masing. Masyarakat memiliki pemikiran bahwa daripada susah menjalani persaingan dalam mengembangkan pekerjaan sendiri, lebih baik mendaftar sebagai kaum pekerja saja dan menjalani pekerjaan dengan mematuhi majikan.

Dalam pencarian pekerjaan tersebut seseorang telah ditanamkan target untuk memiliki penghasilan yang besar demi mencukupi kehidupannya, akibatnya yang terjadi banyak diantara kita termasuk buruh itu sendiri yang rela menghabiskan seluruh waktu dan tenaganya demi mendapatkan pencapaian yang berupa upah tersebut.

Kita menjual cita-cita dan mimpi demi sebuah upah yang nilainya belum tentu cukup berarti, lalu merelakan kebebasan kita diambil alih oleh korporasi demi sebuah kepemilikan material pribadi. Ironisnya upah yang diberikan tidak sebanding dengan hasil penjualan produksi. Contohnya, buruh sepatu belum tentu bisa membeli sepatu yang telah di produksi dari perusahaannya sendiri. Bahkan upah yang diterima saja dibawah dari harga sepatu tersebut.

Melihat dari perlakuan yang membuat buruh untuk terus bekerja dalam jangka waktu yang panjang disertai dengan upah yang tidak layak dan tidak adil untuk diberikan maka dapat disimpulkan bahwa Kapitalisme hanya sedang melakukan tindak eksploitasi terhadap masyarakat dan sumber daya alam.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
  4. 4
Mohon tunggu...

Lihat Konten Humaniora Selengkapnya
Lihat Humaniora Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun