Mohon tunggu...
B Budi Windarto
B Budi Windarto Mohon Tunggu... Guru - Pensiunan
Akun Diblokir

Akun ini diblokir karena melanggar Syarat dan Ketentuan Kompasiana.
Untuk informasi lebih lanjut Anda dapat menghubungi kami melalui fitur bantuan.

Lahir di Klaten 24 Agustus 1955,.Tamat SD 1967.Tamat SMP1970.Tamat SPG 1973.Tamat Akademi 1977

Selanjutnya

Tutup

Humaniora

Uang Logam 200 Rupiah Seberat Buldozzer 200 Ton!

22 November 2021   08:59 Diperbarui: 22 November 2021   09:19 42
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Humaniora. Sumber ilustrasi: PEXELS/San Fermin Pamplona

Bacaan Senin 22 November 2021

Luk 21:1 Ketika Yesus mengangkat muka-Nya, Ia melihat orang-orang kaya memasukkan persembahan mereka ke dalam peti persembahan 2 Ia melihat juga seorang janda miskin memasukkan dua peser ke dalam peti itu. 3 Lalu Ia berkata: "Aku berkata kepadamu, sesungguhnya janda miskin ini memberi lebih banyak dari pada semua orang itu. 4 Sebab mereka semua memberi persembahannya dari kelimpahannya, tetapi janda ini memberi dari kekurangannya, bahkan ia memberi seluruh nafkahnya."

Renungan

Tim Densus 88 Mabes Polri bersama Polda Lampung menggeledah rumah empat terduga teroris di tiga lokasi yang berbeda di Provinsi Lampung. Di dua tempat berbeda  Densus 88 Mabes Polri menyita 1.200 kotak amal saat kembali menggeledah kantor lembaga pendana teroris. Diduga ada lebih dari 2.000 kotak amal yang disebar di kawasan Lampung. Dalam satu bulan Densus 88 menyebut lembaga ini bisa mengumpulkan Rp 70 juta untuk kegiatan terorisme.

Bacaan Injil hari ini menarasikan persembahan seorang janda miskin. Yesus melihat banyak orang kaya memberikan persembahan dengan jumlah nominal besar sesuai yang dimilikinya. Ini wajar. Yesus melihat juga perbuatan amal janda miskin. Walaupun hanya dua peser jumlah yang tidak berarti, ia telah memberikan seluruh nafkahnya untuk persembahan sosial. Yesus memuji kemurahan hati dan kerelaannya untuk melepas miliknya yang sangat sedikit demi kemuliaan Allah. Bukankah sedikit-sedikit  menjadi bukit. Bukankah serupiah menjadikan sembilan ratus sembilan puluh sembilan rupiah menjadi genap seribu rupiah?

Sebelum perikope persembahan janda miskin itu, Yesus mengingatkan murid-murid-Nya untuk waspada terhadap ahli-ahli Taurat. Mereka suka berjalan-jalan memakai jubah panjang dan suka menerima penghormataan di pasar. Mereka suka duduk di tempat terdepan di rumah ibadat dan tempat perjamuan. Mereka menelan rumah janda-janda dan mengelabui mata orang dengan doa yang panjang-panjang.  Murid-murid-Nya mesti waspada. Aroma dosa dapat menyelinap, bergerilya masuk dan merasuki kehidupan beragama. Salah satunya lewat "kotak sorga"

Yesus mengingatkan para pengelola persembahan dana amal. Lihatlah - seperti Yesus melihat  - bahwa ada uang seluruh nafkah janda miskin itu di dalam kotak persembahan. Dengan menilep atau menyalahgunakan isi "kotak sorga",  para pengelolanya, bagai ahli-ahli Taurat yang menelan rumah janda-janda. Yesus mengingatkan "Mereka itu pasti akan menerima hukuman yang lebih berat" (Luk 20:47). Siapa yang menghukum?

Pada saat-Nya, para pengumpul kotak amal keagamaan itu akan menghukum diri sendiri. Saat meninggal, mereka melihat uang logam 200 perak janda miskin itu bagai bulldozer 200 ton datang mendekat menggilasnya. Seakan kepala terbungkus tas kresek yang rapat mengikat  lehernya, dengan tersengal-sengal kekurangan napas, mereka berteriak-teriak "Tolooong ... toloooooong ...toloooong ..." Teriakan abadi, tiada henti. Sebuah penderitaan panjang tak bertepi. Lepas dari yang maha suci.

Maka waspadalah. Wahai para tokoh, aktivis dan pemuka agama yang menyalahgunakan bidang agama untuk kejahatan, akan dituntut lebih berat pertanggungjawaban moralnya. Pada saat-Nya, uang logam 200 perak bagai bulldozer 200 ton datang mendekat dan menggilas!

Apakah diri ini termasuk tokoh, aktivis, pemuka agama yang menggunakan agama sebagai bumper dan kedok kejahatan?

Mohon tunggu...

Lihat Konten Humaniora Selengkapnya
Lihat Humaniora Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun