Mohon tunggu...
Bayu Wahyudin
Bayu Wahyudin Mohon Tunggu... Lainnya - Mahasiswa HI uinjkt

Kita gaperlu tau semuanya, dikit-dikit aja. Karena kalo udah tau semuanya, kita gak bakalan mau nyari tau.

Selanjutnya

Tutup

Kebijakan

NAFTA di Mata Meksiko dan Proteksionisme AS Pada Masa Pandemi Covid-19

26 Mei 2020   14:30 Diperbarui: 26 Mei 2020   14:28 836
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Pemerintahan. Sumber ilustrasi: FREEPIK/Freepik

North America Free Trade Agreement (NAFTA) merupakan sebuah organisasi regional/kawasan Amerika Utara yang anggotanya terdiri dari Amerika Serikat, Kanada dan Meksiko. Organisasi ini fokus pada penigkatan kerja sama ekonomi – khususnya kerja sama perdagangan bebas – antar negara anggota. Hal ini dikarenakan NAFTA dianggap mampu menciptakan wilayah perdagangan bebas terbesar di dunia, menghasilkan pertumbuhan ekonomi serta membantu untuk meningkatkan standar hidup bagi orang-orang dari ketiga negara anggota.  Didirikanya NAFTA pada tahun 1994, untuk menghapus semua tarif dan mengurangi hambatan non-tarif di antara ketiga negara tersebut, kemudian selama tiga tahun proses negoisasi dan ratifikasi. Pada tahun 1997 diatur kebijakan pertama mengenai produk perdagangan antara AS, Kanada dan Meksiko. Selanjutnya, pada tahun 1998 dan 2002 diatur mengenai perdagangan antara Kanada dan Meksiko sebagai upaya meningkatkan pesentase perdagangan pada keduanya.

Kemunculan berbagai blok-blok atau kawasan regional di berbagai belahan dunia telah mendukung semakin menguatnya liberalisasi pasar, eskpor-impor dan foreign direct investment. Adanya regionalisasi perdagangan ini dianggap mampu untuk meningkatkan kemampuan ekonomi dan digadang-gadang mampu mendongkrak kesejahteraan negara-negara anggota yang terlibat. Situasi ini kemduian menuntut negara-negara di suatu kawasan ini untuk berperan lebih aktif dan serius. Maka didirikanlah suatu institusi ataupun kesepakatan yang sifatnya lebih formal dan resmi yang tujuan utamanya memperkuat kerja sama ekonomi antar negara-negara di suatu kawasan.

Sebagai sebuah institusi regional di bidang ekonomi, khsusnya perdagangan bebas, maka NAFTA dapat dijelaskan lebih tepat menggunakan salah satu paradigma dalam hubungan internasional, yakni neoliberlaisme. Paham ini sebagai sebuah kritik keras terhadap neorealisme yang sama sekali tidak memprediksi perang dingin akan berakhir dengan damai. Selain itu, prinsip utama yang disokong oleh neoliberalisme berangkat dari cara melihat realitas lingkungan politik dan ekonomi internasional yang pada dasarnya sangat terinstitusionalisasi, dan organisasi internasional memainkan peran penting dalam hal distribusi internasional kesejahteraan dan kekuasaan. Kaum neoliberalis selanjutnya juga melihat institusi yang dalam hal misalnya NAFTA, menjadi mediator dan alat mencapai kerjasama antar aktor di dalam sistem internasional. Meskipun NAFTA ini sifatnya regioanl, namun dampak yang dapat dirasakan dari institusi ini sudah mencapai level global. Banyak kebijakan dalam NAFTA yang justru mempengaruhi iklim ekonmi dunia. Oleh karena itu, NAFTA merupakan bagian yang tak terpisahkan dari sistem internasional yang ada.

            Jika berbicara mengenai dampak, selain secara global, tentunya NAFTA memiliki dampak yang paling signifikan terhadap negara-negara anggotanya. Dari tiga negara anggota, Meksiko merupakan salah satu negara yang paling diuntungkan. Peningkatan cukup signifikan oleh negara yang beribu kota di Meksiko City ini. Sedangkan bagi Kanada dan AS, keduanya tentu juga mendapat segudang keuntungan, tapi karena mereka merupakan dua negara yang telah unggul sebelumnya, jadi peningkatan itu tidak terlalu kentara.

Oleh karena itu, bagi Meksiko NAFTA ini sangat penting. Sebuah tinjauan dalam Jurnal Perspektif Ekonomi (2001) mengungkapkan bahwa NAFTA adalah manfaat bersih bagi Meksiko. Pada tahun 2003, 80% dari perdagangan di Meksiko dilaksanakan hanya dengan AS. Surplus penjualan komersial, dikombinasikan dengan defisit seluruh dunia, menciptakan ketergantungan AS terhadap ekspor dari Meksiko. Studi lain pada tahun 2015 juga mengungkapkan, kesejahteraan Meksiko meningkat 1,31% sebagai akibat dari penurunan tarif NAFTA, dan bahwa perdagangan itra-blok Meksiko meningkat 118%. NAFTA juga ditengarai menjadi faktor pemicu semakin meningkatnya masyarakat kelas menengah di Meksiko sarta menjadi stimulus terhadap peningkatan taraf pendidikan pada masyarakatnya. Berbagai manfaat tersebut diperkuat oleh seorang ilmuwan politik asal Universitas Tufts Daniel w. Drezner, yang mengatakan bahwa NAFTA telah memudahkan Meksikountuk berubah menjadi negara demokrasi yang nyata dan menjadi negara yang memaklumkan dirinya sebagai negaar amerika utara yang selama ini terkenal wilayah yang sejahtera.

Namun, soliditas negara-negara anggota NAFTA belakangan kembali goyah. Semenjak Donald Trump memimpin AS, terjadi perubahan kebijakan perekonomian negara uncle sam ini. Dimana AS melalui kebijakan Trump menerapkan kebijakan ekonomi yang lebih proteksionis. Hal salah satunya diakibatkan oleh kondisi negara-negara dunia yang saat ini tengah mengalam penigkatan perekonomian, khsususnya China. AS seolah tidak ingin ada yang menyainginya dalam mencapai raksasa perekonomian global. Alhasil, kebijaka AS ini berimbas pada keharmonisan kerja sama yang selama ini sudah terjalin dalam NAFTA. Bahkan Meksiko dan Kanada sempat geram dengan kebijakan AS yang kerap mengintervensi kedua negara melalui ancaman keluar dari NAFTA. Keinginan AS untuk hengkang dari NAFTA sebetulnya sah-sah saja, akan tetapi Kanada dan Meksiko tidak menghendakinya karena itu bisa mengganggu stabilitas perekonomiannya. Buktinya, ketika AS bergelagat untuk keluar dari NAFTA telah menyebabkan mata uang kedua negara melemah, hingga akhirnya ketiga negara ini menyepakati NAFTA versi baru dengan istilah USMCA (united states-mexico, canada agreement). 

Selain itu, isu teranyar mengenai wabah Covid-19 yang melanda dunia juga telah mengancam laju perekonomian dunia, termasuk AS dam Meksiko. Trump belum kelar dengan kebijaka perekonomian proteksionisnya, harus memikirkan lagi bagaimana caranya supaya ekonomi negaranya tidak collapse atau palin tidak menurun akibat wabah ini. Pada masa sulit ini, para ahli memperkirakan ekonomi AS hanya akan tumbuh sebesar 1% pada kuartal pertama tahun ini. Meskipun demikian Trump tetap mengutamakan perhatiannya terhadap penanganan wabah Covid-19 ketimbang ancaman stabilitas ekonominya.

Mohon tunggu...

Lihat Konten Kebijakan Selengkapnya
Lihat Kebijakan Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun