Tren buy now pay later (BNPL) alias beli sekarang, bayar nanti makin digemari masyarakat Indonesia. Data terbaru menunjukkan, layanan paylater yang dijalankan perusahaan multifinance tumbuh pesat hingga 56,26% secara tahunan (YoY), mencapai Rp8,56 triliun per Juni 2025.
Ketua Umum Asosiasi Perusahaan Pembiayaan Indonesia (APPI), Suwandi Wiratno, menyebut pertumbuhan ini sebagai bukti bahwa BNPL memberi kemudahan bagi masyarakat untuk memenuhi kebutuhan tanpa harus punya jaminan --- selama pinjamannya di bawah Rp50 juta.
"BNPL itu memudahkan siapa pun yang ingin memenuhi kebutuhan dana cepat tanpa agunan. Tapi, jangan sampai kemudahan ini bikin orang jadi konsumtif dan terjebak cicilan," ujarnya.
Risiko di Balik Kemudahan
Meski pertumbuhannya tinggi, Suwandi mengingatkan bahwa layanan BNPL tetap punya risiko. Ia menegaskan setiap perusahaan pembiayaan wajib menerapkan kriteria konsumen yang ketat agar tidak asal memberi pinjaman.
"Pemain BNPL juga tidak bisa memberikan pinjaman sembarangan. Rata-rata, peminjam tetap harus punya pekerjaan tetap dan dinilai mampu membayar," tambahnya.
Kebijakan ini sejalan dengan penerapan POJK Nomor 42/2024 tentang manajemen risiko bagi lembaga pembiayaan berbasis teknologi (PVML).
Multifinance Tumbuh Lebih Cepat dari Bank
Data OJK mencatat, pembiayaan BNPL di sektor multifinance terus meroket sepanjang 2025. Dari Januari senilai Rp7,12 triliun, naik jadi Rp8,58 triliun pada Mei, lalu sedikit turun di Juni menjadi Rp8,56 triliun.
Menariknya, pertumbuhan BNPL di multifinance ini hampir dua kali lipat dibandingkan perbankan. Meski secara nominal masih lebih kecil, laju kenaikannya jauh lebih cepat.