Isu potongan komisi maksimal 10 persen lagi hot banget di dunia ojol. Para driver yang tergabung di Asosiasi Pengemudi Ojol Garda Indonesia bahkan siap turun ke jalan buat nyuarain tuntutan itu. Tapi Grab Indonesia punya pandangan beda nih.
Chief of Public Affairs Grab Indonesia, Tirza Munusamy, bilang wacana komisi 10 persen ini nggak bisa asal potong. Menurutnya, sistem komisi itu bukan cuma angka, tapi nyangkut banyak hal: mulai dari keberlangsungan pendapatan mitra, harga yang tetap ramah di kantong penumpang, sampai biaya operasional platform.
"Struktur komisi saat ini masih punya banyak tantangan buat jaga keseimbangan ekosistem. Komisi itu cerminan dari investasi teknologi, proteksi mitra, dan layanan pelanggan," jelas Tirza.
Sekarang Grab menerapkan potongan sekitar 20 persen. Tirza menekankan, kalau tiba-tiba dipaksa turun jadi 10 persen, bisa kacau: layanan bisa menurun, insentif driver berkurang, sampai keberlangsungan jutaan orang di ekosistem Grab ikut terdampak.
Tirza juga ingetin kalau pasar transportasi online itu kompetitif. Ada kok platform lain yang nawarin potongan di bawah 20 persen. "Mitra bebas pilih platform yang sesuai," katanya. Intinya, Grab tetap pede sama kualitas dan dukungan jangka panjang buat driver.
Sementara itu, para pengemudi ojol tetap pada tuntutannya: potongan komisi maksimal 10 persen, penghapusan sistem slot atau aceng, plus dorongan penyusunan UU Transportasi baru.
Grab minta waktu buat kaji ulang, driver maunya potongan sekarang juga. Siapa yang bakal ngalah? Kita tunggu aja babak selanjutnya drama komisi ojol ini.
Follow Instagram @kompasianacom juga Tiktok @kompasiana biar nggak ketinggalan event seru komunitas dan tips dapat cuan dari Kompasiana. Baca juga cerita inspiratif langsung dari smartphone kamu dengan bergabung di WhatsApp Channel Kompasiana di SINI