Setiap manusia lahir dan tumbuh besar membawa tumpukan kenangan. Begitupun aku, kamu dan mereka. Namun banyak orang membawa kenangan sepanjang hayatnya untuk disimpan dalam ruang pikiran. Hari ini tepat 20 tahun yang lalu di minggu pertama Oktober, peristiwa itu hadir kembali. Berputar dan berkelindan tanpa jelas akan berhenti sampai mana.Â
Kenangan namaku. Seorang anak berjenis kelamin laki-laki. Lahir 20 tahun yang lalu di sebuah tempat yang tidak layak untuk seorang manusia dilahirkan.Â
Aku ditemukan di bak sampah dekat pasar inpres kecamatan. Kata orang, tubuhku masih berkulit merah dan hanya diselimuti daun pisang. Tangisan-ku melengking nyaring di pagi buta mengagetkan orang yang berkegiatan di pasar inpres.
Seketika orang - orang mengerumuni tubuh kecilku. Seorang petugas keamanan pasar menggendong tubuhku. Pagi itu pula aku sudah berada di rumah seorang bidan.Â
Bu bidan memandikan tubuhku, memakaikan baju bayi, membedong kemudian menyusuiku dengan sebotol susu formula. Sekitar jam 12 siang, Bu bidan kedatangan petugas kepolisian dan seorang petugas dinas sosial. Entah apa yang mereka bicarakan. Sesaat kemudian tubuhku digendong petugas dinas sosial dan aku berpisah dengan Bu bidan yang bahkan namanya sampai hari ini aku tidak pernah tahu.Â
Petang hari aku tiba di sebuah rumah besar. Banyak anak kecil dan bayi beserta orang dewasa yang hilir mudik. Kedatanganku dan petugas dinas sosial disambut seorang Ibu Tua. Aku diserahkan ke Ibu Tua dan ia menggendongku untuk ditidurkan di box bayi. Lambat laun aku terbiasa ada di rumah besar ini.Â
Rumah besar ini adalah panti asuhan yang menampung bayi dan anak - anak terlantar.Â
"Huhh...aku sebal jika mendengar kata terlantar."Â
Entah dosa apa seorang anak sampai dibilang "terlantar" ? Memangnya siapa yang menyebabkan anak terlantar itu lahir ke dunia? Bahkan kalau boleh memilih tak satupun anak mau dilahirkan dengan kata "terlantar". Kalau boleh memilih tak satupun anak yang minta dilahirkan ke dunia oleh orang tua yang entah siapa namanya dan seperti apa wujudnya dengan tega membuang dan menelantarkan anak mereka.
Selama di panti asuhan aku menjadi anak penurut. Tidak nakal dan selalu mematuhi aturan yang dibuat ibu dan pengasuh panti. Oya aku di panti asuhan hanya tinggal sampai usia 4 tahun saja.Â
Selanjutnya ada keluarga Bapak Gede yang mengadopsiku. Kedua orang tua angkatku tidak punya keturunan. Aku diadopsi dengan harapan dapat menjadi penolong dan teman mereka di hari tua.Â