Nahasnya peristiwa kelam itu datang. Pada suatu malam sepulang dari luar kota, kendaraan yang dikemudikan Bapak Gede seorang diri tergelincir di jalan tol. Ayah angkatku tewas di tempat.Â
Ibu angkatku ada di rumah. Mendengar kabar duka tersebut, ibu histeris dan shock berat. Aku yang saat itu baru berusia 15 tahun berusaha membantu untuk membereskan semua.Â
Tidak ada sanak saudara dari kedua orang tua angkatku. Pengakuan kedua orang tua angkatku, mereka tidak punya sanak saudara akibat menikah beda keyakinan. Sehingga sanak saudara dari kedua belah pihak menjauh dan tidak mau mengakui pertalian darah lagi.
Akibat rasa shock yang mendalam membuat ibu nyaris seperti orang linglung. Kadang menangis, kadang tertawa, kadang terdiam. Aku sayang sekali dengan ibu angkatku. Apapun akan kulakukan demi dapat menyembuhkan beliau.Â
Oya sepeninggal ayah angkatku kami berdua menghidupi diri dari menjual sedikit demi sedikit harta peninggalan ayahku. Aku yang masih duduk dibangku SMA nyambi bekerja menjadi pembantu toko sembako depan sekolah. Tugasku membantu pemilik toko yang ku panggil "Babe" untuk merapikan dan menghitung barang dagangan.Â
Jadi aku bekerja di toko sepulang sekolah. Biasanya menjelang senja aku sudah tiba di rumah. Bagaimana dengan ibu angkat ku selama aku bekerja?Â
Ada Mbak Teni tetangga sebelah rumah yang bersedia mengawasi ibu, selama aku bekerja. Mbak Teni ini sudah kuanggap sebagai kakak. Orangnya baik dan dapat dipercaya. Jadi Mbak Teni yang akan mengantarkan makanan dan minuman ke ibu selama aku masih nyambi kerja di toko.Â
Hebatnya lagi Mbak Teni melakukan itu semua dengan sukarela. Mbak Teni tidak mau menerima uang pemberianku untuk mengganti lauk pauk dan makanan yang diberikan ke ibu. Kata Mbak Teni, ia cukup senang bisa membantu dengan cara seperti itu. Mbak Teni hidup seorang diri sejak ditinggal suaminya yang pergi merantau ke luar negeri dan tak berkabar sampai saat ini.
Kenangan akan kedua orang tua angkatku sangat membekas sekali. Mereka sangat baik dan memperlakukanku bak anak kandung. Aku tidak pernah minta apapun. Namun mereka dengan senang hati membelikan apa saja untukku.Â
Aku merasa, merekalah orang tua kandung sebenarnya. Aku pun sudah tak peduli dan tak mau tahu lagi siapa orang tua biologisku yang dulu membuangku ke tempat sampah. Mungkin mereka bukan jenis manusia .Â
"Huhh sebal rasanya jika ingat hal itu."