Mohon tunggu...
basuki rahardjo
basuki rahardjo Mohon Tunggu... Dosen

Menulis, tekun, menjalankan syari'at agama secara kaffah, menambah pergaulan

Selanjutnya

Tutup

Healthy

DIABETES MELITUS (DM), Menggerogoti (Suatu Testimoni III)

13 Oktober 2025   07:02 Diperbarui: 13 Oktober 2025   07:02 15
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Kesehatan. Sumber ilustrasi: FREEPIK/Schantalao

A. Dampak Diabetes Melitus 

       Pertengahan tahun 2018, pagi hari saya

  mendorong sepeda roda tiga cucu saya di

  depan rumah. Sampai di depan Taman

  Pendidikan Al-Qur'an Barokah di depan

  rumah saya, saya merasakan badan seakan

  mau pingsan, dan saya....... berteriak,

  terdengar oleh para guru Taman Pendidikan

  Al-Qur'an Barokah: Ibu Fitri, Ibu Upik, dan

  yang satu sudah pindah lupa namanya. Saya

  dipapah bertiga, dan ada seorang laki-laki

  tetangga (Mas Tony) yang ikut mengganti

  memapah saya ke rumah yang sudah setengah

  sadar.

       Malamnya, dada terasa sesak sekali, sulit 

 bernafas,  kurang lebih jam 23.00 dibawa ke

 RSUD Ir. Sukarno Sukoharjo. Diperiksa dokter

 jaga, laku diberi selang oxygen dan katanya

 akan dikonsultasikan kepada dokter spesialis.

       Dua jam tidak ada kejelasan dokter

 spesialis, saya menyuruh perawat untuk

 mencabut selang oxygen, dengan alasan akan

 periksa ke rumah sakit lainnya. Pada jam 02.00

 dini hari langsung dibawa ke Rumah Sakit

 Indriyati Solo Baru. Masuk bangsal IGD

 diperiksa dokter dan cek covid, diselang

 oxygen, tiga kali masuk laboratorium

 dan scan. Semua dilakukan untuk cek jantung,

paru-paru, dan darah.

       Kurang lebih jam 10.00 pagi harinya hasil

 pemeriksaan sudah selesai. Saya harus

 opname di lantai 15, dengan fasilitas BPJS,

 Alhamdulillah,.........penanganannya begitu

 profesional, cepat, dan ditangani semuanya

 oleh dokter spesialis. Rumah sakit tidak

 membedakan bahwa saya pasien tanggungan

 BPJS.

       Setelah masuk kamar opname, kurang lebih

 jam 12.00 saat kunjungan dokter pasien rawat

 inap, sudah datang obat resep dokter. Dokter

 Spesialis Paru-paru memberi obat furosemid,

 sehingga tiga puluh menit sekali tidak bisa

 menahan kencing.  Alhamdulillah sesak nafas

 mulai berkurang. Dokter memberitahu hasil

 laboratorium yang menyatakan, jika paru-

 paru saya mengandung kelebihan air,

 sehingga mengalami sesak nafas, dan saya

 harus mengurangi minum, paling banyak 1

 setengah liter per hari, dengan juga termasuk

 dihitunh jika makan makanan berkuah.

       Di samping itu,  diberi tahu jika jantung

 saya membengkak dan dipesan akan ditangani

 dokter spesialisnya sendiri. Selang beberapa

 saat, ada dokter yang masuk, akan tetapi

 sebetulnya memeriksa pasien kamar sebelah.

 Kamar opname kelas 4 luas dan lumayan

 mewah, berisi dua pasien. Dokter tersebut

 mendatangi saya, dan bertanya: "ini pak

 Basuki ya.....?."  Saya menjawab: "iya...Pak

 Dokter.".  

       "Begini Pak Basuki.......!. Saya tadi

 diberitahu dokter Spesialis Paru-paru untuk

 menengok pasien bernama Basuki di ruang 06

 lantai 15. Saya jelas belum kenal Pak Basuki,

 tapi saya kok tergerak untuk segera menemui

 Bapak ya." Setelah itu dokter menanyakan

 nama lengkap saya dan menanyakan keluhan.

 Saya menjawab seperlunya, dan mengenalkan

 bahwa adik saya spesialis mikrobiologi di RS

 Karyadi Semarang.

       Dokter berkata lagi: "Nanti saya

 perintahkan perawat agar Bapak dapat

 langsung saya periksa di ruang praktek, saya

 kok tertarik untuk menangani Bapak." Begitu

 dokter berkata, sehingga saya tidak

 sadar.....meneteskan air mata, karena terharu

 mendengarnya. Ternyata ada dokter luar biasa

 pengabdian dan dedikasinya, wakaupun saya

 pasien BPJS.

       Betul. Stelah dokter kunjungan selesai, saya

 didorong dengan kursi roda, menuju lantai dua

 di mana beliau disiapkan ruangan prakteknya .

 Ruanganya mewah, semua kursi empuk., dan

  pasiennya banyak. Oleh karena saya pasien

 rawat inap, tidak begitu lama menunggu

 antrian. Setelah itu diperiksa perawat di

 samping alat canggih, yang tingginya 

 seukuran kulkas, di bagian atas ada layar

 monitornya. Setelah urutan antrian sampai,

 saya diperiksa, yang ternyata dokternya lebih

 ramah lagi di ruang praktek. Dengan agak

 ndhagel menggoda saya: "Bapak ini pensiunan

 ya?, nampaknya kurang santai, cobalah kalau

 malam sok makan di angkringan, sambil

 makan Sega Kucing, ngobrol dengan

 pengunjung lain, badan akan sehat Pak!.

  tapi jangan makan singkong dulu ya Pak!.:

  (padahal kesenangan saya). Dokter

 menghidupkan alat laboratorium canggih

 yang dipakai perawat tadi, dan saya

 diterangkan dari monitor yang ada.

       "Alat ini canggih Pak, jujur Bapak tidak bisa

 diperiksa oleh alat ini, karena sekali periksa

 biayanya lebih Rp25.000.000,00, tapi saya kok

 tertarik menangani Bapak. Jadi Bapak nanti

 tetap saya gratiskan!."

       Beliau lalu menyarankan, jika saya masih

 mengajar sebaiknya mengundurkan diri saja,

 lihat dan momong cucu untuk menenangkan

 diri. Dokter menyatakan, jantung saya

 mengalami pembengkaan, dan detaknya

 lemah, hanya tinggal 31 %, dan beliau 

 menunjukkan video  gerak jantung saya,

 sambil berdiri beliau mengelus sekitar

 kemiri kaki saya yang membengkak sebagai

 akibatnya.

       Saya langsung syok......bagaimana tidak

 kemampuan jantung tinggal sepertiga dari

 kemampuannya. Saya lalu bertanya:n"kira-

kira bagaimana jantung saya ke depan Pak

 Dokter?."

       "Tenang saja Pak, nanti dikasih obat, dan

 patuhi pantangannya." (tidak boleh makan

singkong, buah mangga, semangka, nangka,

 dan anggur). Saya diberi obat dan opname

selama lima hari, sesak nafas telah hilang, kaki

 membengkak sudah mulai kempes.

 Selanjutnya saya harus rajin kontrol maksimal

 sebulan sekali untuk satu keluhan. Setiap hari,

 di rumah saya olah raga jalan kaki kurang

 lebih 2 kilomèter, sementara kaki saya yang 

 membengkak sudah sepenuhnya menghilang.

       Kurang lebih setahun dirawat jalan, tangan

 saya Tremor, kepala di scan, sehingga opname

  selama tiga hari.  Hasil scan menunjukkan

 tidak terdapat gejala apapun. Di saat opname,

 Dokter Spesialis syaraf (dr. Pieter) berkata

 menyatakan ada bekas syaraf di otak yang

 pernah  gejala gegar. Betul!. Karena pada tahun

 1976 saya  pernah jatuh ketika naik Vespa,

 koma selama satu hari satu malam, dirawat di

 rumah sakit selama tiga hari, dan dinyatakan

 ada gejala gegar otak.

       Selanjutnya diperiksa dokter spesialis

 penyakit dalam (dr. Budi), kaitannya gula

 darah saya yang berkecenderungan tinggi.

 Sementara mata saya mulai kabur, dan dirujuk

 untuk ke dokter spesialis mata. Semua

 gangguan kesehatan diakibatkan adanya

 komplikasi gula darah yang tinggi,

 karena diabetes melitus.

       Mulai saat itu, saya ditangani empat

 dokter Spesialis (fasilitas BPJS), antara lain:

 Jantung, Syaraf, Penyakit Dalam, dan Mata,

 sehingga seminggu sekali diharuskan kontrol

 berganti-ganti spesialis tersebut. Dikasih obat

 sejumlah 13 jenis, tanpa berhenti, sesuai pesan

 dokter masing-masing, jika ingin sembuh.

       Dokter Syarah merupakan dokter yang

 menghentikan obat yang pertama kali, setelah

 saya dirawatnya kurang lebih satu tahun,

 sehingga mengurangi obat yang diminum.

       Pada pertengahan tahun 2022, mata saya

 dioperasi, karena glukoma dan katarak,

 sehingga harus dioperasi dengan syarat 

 memperhatikan gula darah saya turun. Saat

 dioperasi kadar gula mendekati normal, yaitu

 145, dengan diet ketat, terutama nasi dingin

 (Sega Wadang), banyak sayur, dan saya tetap

 puasa Daud secara rutin.

B. Kesehatan Mendekati Normal

         Alhamdulillah.......dokter spesialis dalam

 menyatakan saya dianggap memenuhi syarat

 untuk dikembalikan ke Puskesmas rujukan,

 karena mendekati normal, November 2022

 setelah tekanan darah saya 120/69 dari

 tekanan darah rendah 80/57, dan terakhir

 kadar gula 189 pasca makan.

       Sementara dokter spesialis jantung (dr.

 Tsagita), merawat saya yang ang paling lama,

 kurang lebih 3 tahunan. Selama itu saya rekam

 medis jantung yang Rp25.000.000, 00

 sekali periksa, sebanyak 3 kali. Pertama

 detak jantung tinggal 31 %, rekam

 jantung kedua sudah naik menjadi 67 %, dan

 saat rekam terakhir sudah mendekati 100 %,

 namun dokter menyatakan harus rutin kontrol

 paling tidak 3 bulan sekali. Dokter

 menghentikan obat akhir Desember 2023. 

       Dokter jantung menunjukkan rekam medis

 di monitor, bahwa pembengkakan jantung

 saya sudah normal. Syaraf-syaraf utama

 (koroner) tonjolan-tonjolan yang

 menghambat lancarnya darah sudah larut, dan

 kecantalan darah sudah normal. Mulai saat itu

 saya sudah tidak diresepkan untuk minum

 obat, hanya dipesan selalu menjalani pola

 hidup sehat, dan kontrol 3 bulan sekali.

       Tinggal dokter spesialis mata yang

 merawat saya karena setelah dioperasi mata

 saya kadang silau kalau ke luar rumah. Setelah

 diperiksa, memang ada sedikit pendarahan

 yang kelihatan jika diperiksa dengan peralatan

 perawatan mata. Diputuskan jika tidak ada

 perubahan ke arah kesembuhan akan

 dilakukan operasi laser dengan berbagai

 pertimbangan dampak buruknya. Sampai saat

 (Oktober 2025) ini keadaan mata malahan

 tidak mengalami kekaburan yang berarti,

 mungkin karena kadar gula yang semakin

 mendekati normal. Periksa terakhir  awal

 bulan September 2025 kadar gula darah saya,

 Alhamdulillah......146, yang oleh dokter di

 Puskesmas diberi obat glimepiride, satu tablet

 sehari.

C.  Minum obat 13 jenis, selama 3 tahun

       Dengan Bismillahirrohmanirrohim, obat

 yang diresepkan ke saya rutin diminum

 dengan tertib, antara lain:

1. Bisoprolol, obat hipertensi dan gagal

 jantung, pelebar pembuluh darah, pencegah

 stroke, serangan jantung, gangguan ginjal.

 Pantangan jika sedang minum obat tidak boleh

 menyopir/mengendarai kendaraan;

2. Simvastatin,  menurunkan kolesterol

 jahat, menghindari serangan jantung, dan

 mengurangi potensi stroke;

3. Candesartan, menurunkan  darah pada

 hipertensi, gagal jantung yang memudahkan

 jantung memompa darah. Pantangan nyopir,

 dengan peringatan jenis obat keras resep

harus dengan resep dokter;

4. Warfarin, pengencer darah yang

 mengidentifikasi penggumpalan darah,

 peringatan obat keras;

5. Furosenid, mengurangi tumpukan cairan

 karena jantung bermasalah, jaringan parut

 hati dan paru-paru, gagal ginjal. Obat ini

 bereaksi sangat cepat dalam hitungan 5 menit.

 Obat keras, efeknya penurunan tekanan darah,

 dering di telinga, dan kepekaan terhadap

 sinar matahari;

6. N0trokaf Retard, menghindari angin duduk

 (angin pektoris), penyempitan atau flak di

 aliran darah (berdasarkan hasil laboratorium

 Rp25.000.000,00 sekali periksa), merilekkan

 pembuluh darah dan gagal ginjal. Jenis obat

 keras resep dokter;

7. Spironolaction, penurun tekanan darah,

 pengobatan gagal jantung, menghambat

 penyerapan garam atau air berlebih.

 Pantangan tidak boleh menyopir, jenis obat

 keras resep dokter;

8. Lanzoprazole, obat asam lambung, ketika

 cairan asam lambung naik ke kerongkongan,

 nyeri dan rasa terbakar di ulu hati. Jenis obat

 sangat keras, resep dokter;

9. Ponylin MR 60 Mg Tab. Mengontrol gula

darah, gangguan hati dan gagal ginjal (type 2);

10. Metformin, menurunkan kadar gula darah

 type 3;

11. Gabapentin, meredakan kejang pada

 epilepsi dan nyeri syaraf;

12. Megabal, nyeri syaraf, obat kebas atau

 kesemutan parah;

13. Flamer gel, mengatasi traumatik otot sendi,

 rematik jaringan lunak.

D. Pasca Sakit

       Setelah dirawat dokter selama 3,6 tahun

 saya kembali dirujuk ke Puskesmas di

 Bendosari Kecamatan saya. Saya memenuhi

 anjuran semua dokter spesialis yang merawat

 saya, dengan segala pantangannya.

1. Melanjutkan Rutin Puasa Daud

      Oleh karena sudah rutin Puasa Daud (sejak

 2008), alhamdulilah........ saya termotivasi

 meneruskannya dengan lebih khusuk.

 Motivasi dilandasi pertimbangan kesehatan

 saya yang semakin membaik, karena: jantung,

paru-paru, mata, pembengkakan jantung,

 pembengkakan kaki normal, dari komplikasi

dampak Diabetes Melitus (DM). 

       Namun sampai saat ini kesemutan yang

 masih lumayan parah dan sulit dinormalkan.

 Kata dokter, pucuk syaraf di kaki sebagian

telah tidak berfungsi, sehingga aliran darah

 tidak lancar mencapainya. Obat?.....kata dokter

 belum ada, sehingga untuk mengurangi

 tambahnya parah, harus rajin olahraga

 terutama jalan kaki.

2. Pola Makan Sehat 

       Kebiasaan saya makan nasi wadang dingin,

 saya lanjutkan, dengan mengkonsumsi banyak

 sayuran dan buah-buahan yang bukan

 pantangan. Misalnya, buah pir, salak, kurma.

 alpukat, blimbing, jeruk dan buah naga.

 Sayuran, misalnya: jepan, brokoli, bunga kol

 pare, kacang panjang, terong, kecambah,

 bawang putih, kemangi, seledri, dan loncang. 

       Jika tidak puasa, saya hanya makan dua kali

 sehari, sarapan pagi dan makan malam.

 Minum rutin di pagi hari: campuran larutan

 dari bubuk kayu manis, bubuk daun kelor,

 bubuk jahe merah, bubuk kunyit, dengan satu

 sendok gula aren semut, atau satu sachet

 tropikana slim stevia. Kadang bergantian

 minum teh hijau campur teh hitam, jeruk

 lemon, tawar, atau minum air tawar,

 tergantung selera yang sedang terlintas.

3. Tetap minum Obat yang diperlukan 

       Untuk menjaga lonjakan gula yang kadang

 susah diprediksikan, tetap minum obat yang

 dianjurkan dokter. Untuk kembali normal

 diperlukan waktu 3 tahun 6 bulan, sehingga

 pola hidup harus selalu dijaga tanpa henti.

Alhamdulillah hi Rabbal'alamin, mudah-

mudahan keluarga dan para sahabat semua

 terhindar dari gerogotan Diabetes Melitus

 yang benar-benar terasakan, komplikasinya

 menyerang organ-organ tubuh yang lainnya.

E. Umur Tertua Penderita Diabetes Melitus 

       Bob Krause, kakek yang pada tahun 2023

 merupakan Kakek Tertua dinobatkan (98

 tahun) sebagai penderita Diabetes Melitus.

 Tinggal di San Diego, Amerika Serikat. Dia

 telah bergelut dengan Diabetus melitus sejak

 umur 5 tahun, yang menyebabkan Ibu dan

 Adiknya meninggal pada usia relatif muda.

       Oleh karena itu dia berprinsip: "Hidup

 bukan untuk kesenangan makan, tapi makan

untuk hidup." Dia makan dua kali sehari, pagi

 semangkuk jenis buah anggur, malam

 sepiring salad dengan daging non lemak.

 Kasus di Indonesia tertua penderita diabetes

 melitus berumur 79 tahun, dan masih

 bertahan hidup, akan tetapi nama dan

 alamatnya dirahasiakan.

       Saat ini saya sudah berumur 72 (sebetulnya

 yang benar 74 tahun, terukir di rangka jendela

 rumah warisan orang tua), dan berkeinginan

 bertahan hidup seijin Allah SWT. Selalu

 berusaha untuk tetap sehat, melakukan olah

 raga jalan kaki sambil ke masjid yang agak

 jauh dari rumah, minimal satu kilometer

 sekali jalan, sehingga pulang pergi sepanjang

 dua kilometer. 

       Olahraga ini bagi saya nampaknya efektif.

 Selalu aktif bersilaturahmi dengan para

 sahabat sebagai pensiunan, dan meluangkan

 waktu untuk membaca dan menulis, untuk

 menjaga imun tubuh agar tetap bugar. Data

 terakhir catatan rekam medis saya, per 19

 September 2025, kadar gula sewaktu 143, saat

 umur saya 72 tahun 3 bulan 24 hari, tekanan

 darah 120/60, jam 13.10. 

Wallahu A'lam Bisyawab. 

Sukoharjo

Senin, 13 Oktober 2025. 06.58.


       

Follow Instagram @kompasianacom juga Tiktok @kompasiana biar nggak ketinggalan event seru komunitas dan tips dapat cuan dari Kompasiana. Baca juga cerita inspiratif langsung dari smartphone kamu dengan bergabung di WhatsApp Channel Kompasiana di SINI

Mohon tunggu...

Lihat Konten Healthy Selengkapnya
Lihat Healthy Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun