A. Dampak Diabetes MelitusÂ
    Pertengahan tahun 2018, pagi hari saya
 mendorong sepeda roda tiga cucu saya di
 depan rumah. Sampai di depan Taman
 Pendidikan Al-Qur'an Barokah di depan
 rumah saya, saya merasakan badan seakan
 mau pingsan, dan saya....... berteriak,
 terdengar oleh para guru Taman Pendidikan
 Al-Qur'an Barokah: Ibu Fitri, Ibu Upik, dan
 yang satu sudah pindah lupa namanya. Saya
 dipapah bertiga, dan ada seorang laki-laki
 tetangga (Mas Tony) yang ikut mengganti
 memapah saya ke rumah yang sudah setengah
 sadar.
    Malamnya, dada terasa sesak sekali, sulitÂ
 bernafas,  kurang lebih jam 23.00 dibawa ke
 RSUD Ir. Sukarno Sukoharjo. Diperiksa dokter
 jaga, laku diberi selang oxygen dan katanya
 akan dikonsultasikan kepada dokter spesialis.
    Dua jam tidak ada kejelasan dokter
 spesialis, saya menyuruh perawat untuk
 mencabut selang oxygen, dengan alasan akan
 periksa ke rumah sakit lainnya. Pada jam 02.00
 dini hari langsung dibawa ke Rumah Sakit
 Indriyati Solo Baru. Masuk bangsal IGD
 diperiksa dokter dan cek covid, diselang
 oxygen, tiga kali masuk laboratorium
 dan scan. Semua dilakukan untuk cek jantung,
paru-paru, dan darah.
    Kurang lebih jam 10.00 pagi harinya hasil
 pemeriksaan sudah selesai. Saya harus
 opname di lantai 15, dengan fasilitas BPJS,
 Alhamdulillah,.........penanganannya begitu
 profesional, cepat, dan ditangani semuanya
 oleh dokter spesialis. Rumah sakit tidak
 membedakan bahwa saya pasien tanggungan
 BPJS.
    Setelah masuk kamar opname, kurang lebih
 jam 12.00 saat kunjungan dokter pasien rawat
 inap, sudah datang obat resep dokter. Dokter
 Spesialis Paru-paru memberi obat furosemid,
 sehingga tiga puluh menit sekali tidak bisa
 menahan kencing.  Alhamdulillah sesak nafas
 mulai berkurang. Dokter memberitahu hasil
 laboratorium yang menyatakan, jika paru-
 paru saya mengandung kelebihan air,
 sehingga mengalami sesak nafas, dan saya
 harus mengurangi minum, paling banyak 1
 setengah liter per hari, dengan juga termasuk
 dihitunh jika makan makanan berkuah.
    Di samping itu,  diberi tahu jika jantung
 saya membengkak dan dipesan akan ditangani
 dokter spesialisnya sendiri. Selang beberapa
 saat, ada dokter yang masuk, akan tetapi
 sebetulnya memeriksa pasien kamar sebelah.
 Kamar opname kelas 4 luas dan lumayan
 mewah, berisi dua pasien. Dokter tersebut
 mendatangi saya, dan bertanya: "ini pak
 Basuki ya.....?."  Saya menjawab: "iya...Pak
 Dokter.". Â
    "Begini Pak Basuki.......!. Saya tadi
 diberitahu dokter Spesialis Paru-paru untuk
 menengok pasien bernama Basuki di ruang 06
 lantai 15. Saya jelas belum kenal Pak Basuki,
 tapi saya kok tergerak untuk segera menemui
 Bapak ya." Setelah itu dokter menanyakan
 nama lengkap saya dan menanyakan keluhan.
 Saya menjawab seperlunya, dan mengenalkan
 bahwa adik saya spesialis mikrobiologi di RS
 Karyadi Semarang.
    Dokter berkata lagi: "Nanti saya
 perintahkan perawat agar Bapak dapat
 langsung saya periksa di ruang praktek, saya
 kok tertarik untuk menangani Bapak." Begitu
 dokter berkata, sehingga saya tidak
 sadar.....meneteskan air mata, karena terharu
 mendengarnya. Ternyata ada dokter luar biasa
 pengabdian dan dedikasinya, wakaupun saya
 pasien BPJS.
    Betul. Stelah dokter kunjungan selesai, saya
 didorong dengan kursi roda, menuju lantai dua
 di mana beliau disiapkan ruangan prakteknya .
 Ruanganya mewah, semua kursi empuk., dan
 pasiennya banyak. Oleh karena saya pasien
 rawat inap, tidak begitu lama menunggu
 antrian. Setelah itu diperiksa perawat di
 samping alat canggih, yang tingginyaÂ
 seukuran kulkas, di bagian atas ada layar
 monitornya. Setelah urutan antrian sampai,
 saya diperiksa, yang ternyata dokternya lebih
 ramah lagi di ruang praktek. Dengan agak
 ndhagel menggoda saya: "Bapak ini pensiunan
 ya?, nampaknya kurang santai, cobalah kalau
 malam sok makan di angkringan, sambil
 makan Sega Kucing, ngobrol dengan
 pengunjung lain, badan akan sehat Pak!.
 tapi jangan makan singkong dulu ya Pak!.:
 (padahal kesenangan saya). Dokter
 menghidupkan alat laboratorium canggih
 yang dipakai perawat tadi, dan saya
 diterangkan dari monitor yang ada.
    "Alat ini canggih Pak, jujur Bapak tidak bisa
 diperiksa oleh alat ini, karena sekali periksa
 biayanya lebih Rp25.000.000,00, tapi saya kok
 tertarik menangani Bapak. Jadi Bapak nanti
 tetap saya gratiskan!."
    Beliau lalu menyarankan, jika saya masih
 mengajar sebaiknya mengundurkan diri saja,
 lihat dan momong cucu untuk menenangkan
 diri. Dokter menyatakan, jantung saya
 mengalami pembengkaan, dan detaknya
 lemah, hanya tinggal 31 %, dan beliauÂ
 menunjukkan video  gerak jantung saya,
 sambil berdiri beliau mengelus sekitar
 kemiri kaki saya yang membengkak sebagai
 akibatnya.
    Saya langsung syok......bagaimana tidak
 kemampuan jantung tinggal sepertiga dari
 kemampuannya. Saya lalu bertanya:n"kira-
kira bagaimana jantung saya ke depan Pak
 Dokter?."
    "Tenang saja Pak, nanti dikasih obat, dan
 patuhi pantangannya." (tidak boleh makan
singkong, buah mangga, semangka, nangka,
 dan anggur). Saya diberi obat dan opname
selama lima hari, sesak nafas telah hilang, kaki
 membengkak sudah mulai kempes.
 Selanjutnya saya harus rajin kontrol maksimal
 sebulan sekali untuk satu keluhan. Setiap hari,
 di rumah saya olah raga jalan kaki kurang
 lebih 2 kilomèter, sementara kaki saya yangÂ
 membengkak sudah sepenuhnya menghilang.
    Kurang lebih setahun dirawat jalan, tangan
 saya Tremor, kepala di scan, sehingga opname
 selama tiga hari.  Hasil scan menunjukkan
 tidak terdapat gejala apapun. Di saat opname,
 Dokter Spesialis syaraf (dr. Pieter) berkata
 menyatakan ada bekas syaraf di otak yang
 pernah  gejala gegar. Betul!. Karena pada tahun
 1976 saya  pernah jatuh ketika naik Vespa,
 koma selama satu hari satu malam, dirawat di
 rumah sakit selama tiga hari, dan dinyatakan
 ada gejala gegar otak.
    Selanjutnya diperiksa dokter spesialis
 penyakit dalam (dr. Budi), kaitannya gula
 darah saya yang berkecenderungan tinggi.
 Sementara mata saya mulai kabur, dan dirujuk
 untuk ke dokter spesialis mata. Semua
 gangguan kesehatan diakibatkan adanya
 komplikasi gula darah yang tinggi,
 karena diabetes melitus.
    Mulai saat itu, saya ditangani empat
 dokter Spesialis (fasilitas BPJS), antara lain:
 Jantung, Syaraf, Penyakit Dalam, dan Mata,
 sehingga seminggu sekali diharuskan kontrol
 berganti-ganti spesialis tersebut. Dikasih obat
 sejumlah 13 jenis, tanpa berhenti, sesuai pesan
 dokter masing-masing, jika ingin sembuh.
    Dokter Syarah merupakan dokter yang
 menghentikan obat yang pertama kali, setelah
 saya dirawatnya kurang lebih satu tahun,
 sehingga mengurangi obat yang diminum.
    Pada pertengahan tahun 2022, mata saya
 dioperasi, karena glukoma dan katarak,
 sehingga harus dioperasi dengan syaratÂ
 memperhatikan gula darah saya turun. Saat
 dioperasi kadar gula mendekati normal, yaitu
 145, dengan diet ketat, terutama nasi dingin
 (Sega Wadang), banyak sayur, dan saya tetap
 puasa Daud secara rutin.
B. Kesehatan Mendekati Normal
     Alhamdulillah.......dokter spesialis dalam
 menyatakan saya dianggap memenuhi syarat
 untuk dikembalikan ke Puskesmas rujukan,
 karena mendekati normal, November 2022
 setelah tekanan darah saya 120/69 dari
 tekanan darah rendah 80/57, dan terakhir
 kadar gula 189 pasca makan.
    Sementara dokter spesialis jantung (dr.
 Tsagita), merawat saya yang ang paling lama,
 kurang lebih 3 tahunan. Selama itu saya rekam
 medis jantung yang Rp25.000.000, 00
 sekali periksa, sebanyak 3 kali. Pertama
 detak jantung tinggal 31 %, rekam
 jantung kedua sudah naik menjadi 67 %, dan
 saat rekam terakhir sudah mendekati 100 %,
 namun dokter menyatakan harus rutin kontrol
 paling tidak 3 bulan sekali. Dokter
 menghentikan obat akhir Desember 2023.Â
    Dokter jantung menunjukkan rekam medis
 di monitor, bahwa pembengkakan jantung
 saya sudah normal. Syaraf-syaraf utama
 (koroner) tonjolan-tonjolan yang
 menghambat lancarnya darah sudah larut, dan
 kecantalan darah sudah normal. Mulai saat itu
 saya sudah tidak diresepkan untuk minum
 obat, hanya dipesan selalu menjalani pola
 hidup sehat, dan kontrol 3 bulan sekali.
    Tinggal dokter spesialis mata yang
 merawat saya karena setelah dioperasi mata
 saya kadang silau kalau ke luar rumah. Setelah
 diperiksa, memang ada sedikit pendarahan
 yang kelihatan jika diperiksa dengan peralatan
 perawatan mata. Diputuskan jika tidak ada
 perubahan ke arah kesembuhan akan
 dilakukan operasi laser dengan berbagai
 pertimbangan dampak buruknya. Sampai saat
 (Oktober 2025) ini keadaan mata malahan
 tidak mengalami kekaburan yang berarti,
 mungkin karena kadar gula yang semakin
 mendekati normal. Periksa terakhir  awal
 bulan September 2025 kadar gula darah saya,
 Alhamdulillah......146, yang oleh dokter di
 Puskesmas diberi obat glimepiride, satu tablet
 sehari.
C. Â Minum obat 13 jenis, selama 3 tahun
    Dengan Bismillahirrohmanirrohim, obat
 yang diresepkan ke saya rutin diminum
 dengan tertib, antara lain:
1. Bisoprolol, obat hipertensi dan gagal
 jantung, pelebar pembuluh darah, pencegah
 stroke, serangan jantung, gangguan ginjal.
 Pantangan jika sedang minum obat tidak boleh
 menyopir/mengendarai kendaraan;
2. Simvastatin, Â menurunkan kolesterol
 jahat, menghindari serangan jantung, dan
 mengurangi potensi stroke;
3. Candesartan, menurunkan  darah pada
 hipertensi, gagal jantung yang memudahkan
 jantung memompa darah. Pantangan nyopir,
 dengan peringatan jenis obat keras resep
harus dengan resep dokter;
4. Warfarin, pengencer darah yang
 mengidentifikasi penggumpalan darah,
 peringatan obat keras;
5. Furosenid, mengurangi tumpukan cairan
 karena jantung bermasalah, jaringan parut
 hati dan paru-paru, gagal ginjal. Obat ini
 bereaksi sangat cepat dalam hitungan 5 menit.
 Obat keras, efeknya penurunan tekanan darah,
 dering di telinga, dan kepekaan terhadap
 sinar matahari;
6. N0trokaf Retard, menghindari angin duduk
 (angin pektoris), penyempitan atau flak di
 aliran darah (berdasarkan hasil laboratorium
 Rp25.000.000,00 sekali periksa), merilekkan
 pembuluh darah dan gagal ginjal. Jenis obat
 keras resep dokter;
7. Spironolaction, penurun tekanan darah,
 pengobatan gagal jantung, menghambat
 penyerapan garam atau air berlebih.
 Pantangan tidak boleh menyopir, jenis obat
 keras resep dokter;
8. Lanzoprazole, obat asam lambung, ketika
 cairan asam lambung naik ke kerongkongan,
 nyeri dan rasa terbakar di ulu hati. Jenis obat
 sangat keras, resep dokter;
9. Ponylin MR 60 Mg Tab. Mengontrol gula
darah, gangguan hati dan gagal ginjal (type 2);
10. Metformin, menurunkan kadar gula darah
 type 3;
11. Gabapentin, meredakan kejang pada
 epilepsi dan nyeri syaraf;
12. Megabal, nyeri syaraf, obat kebas atau
 kesemutan parah;
13. Flamer gel, mengatasi traumatik otot sendi,
 rematik jaringan lunak.
D. Pasca Sakit
    Setelah dirawat dokter selama 3,6 tahun
 saya kembali dirujuk ke Puskesmas di
 Bendosari Kecamatan saya. Saya memenuhi
 anjuran semua dokter spesialis yang merawat
 saya, dengan segala pantangannya.
1. Melanjutkan Rutin Puasa Daud
   Oleh karena sudah rutin Puasa Daud (sejak
 2008), alhamdulilah........ saya termotivasi
 meneruskannya dengan lebih khusuk.
 Motivasi dilandasi pertimbangan kesehatan
 saya yang semakin membaik, karena: jantung,
paru-paru, mata, pembengkakan jantung,
 pembengkakan kaki normal, dari komplikasi
dampak Diabetes Melitus (DM).Â
    Namun sampai saat ini kesemutan yang
 masih lumayan parah dan sulit dinormalkan.
 Kata dokter, pucuk syaraf di kaki sebagian
telah tidak berfungsi, sehingga aliran darah
 tidak lancar mencapainya. Obat?.....kata dokter
 belum ada, sehingga untuk mengurangi
 tambahnya parah, harus rajin olahraga
 terutama jalan kaki.
2. Pola Makan SehatÂ
    Kebiasaan saya makan nasi wadang dingin,
 saya lanjutkan, dengan mengkonsumsi banyak
 sayuran dan buah-buahan yang bukan
 pantangan. Misalnya, buah pir, salak, kurma.
 alpukat, blimbing, jeruk dan buah naga.
 Sayuran, misalnya: jepan, brokoli, bunga kol
 pare, kacang panjang, terong, kecambah,
 bawang putih, kemangi, seledri, dan loncang.Â
    Jika tidak puasa, saya hanya makan dua kali
 sehari, sarapan pagi dan makan malam.
 Minum rutin di pagi hari: campuran larutan
 dari bubuk kayu manis, bubuk daun kelor,
 bubuk jahe merah, bubuk kunyit, dengan satu
 sendok gula aren semut, atau satu sachet
 tropikana slim stevia. Kadang bergantian
 minum teh hijau campur teh hitam, jeruk
 lemon, tawar, atau minum air tawar,
 tergantung selera yang sedang terlintas.
3. Tetap minum Obat yang diperlukanÂ
    Untuk menjaga lonjakan gula yang kadang
 susah diprediksikan, tetap minum obat yang
 dianjurkan dokter. Untuk kembali normal
 diperlukan waktu 3 tahun 6 bulan, sehingga
 pola hidup harus selalu dijaga tanpa henti.
Alhamdulillah hi Rabbal'alamin, mudah-
mudahan keluarga dan para sahabat semua
 terhindar dari gerogotan Diabetes Melitus
 yang benar-benar terasakan, komplikasinya
 menyerang organ-organ tubuh yang lainnya.
E. Umur Tertua Penderita Diabetes MelitusÂ
    Bob Krause, kakek yang pada tahun 2023
 merupakan Kakek Tertua dinobatkan (98
 tahun) sebagai penderita Diabetes Melitus.
 Tinggal di San Diego, Amerika Serikat. Dia
 telah bergelut dengan Diabetus melitus sejak
 umur 5 tahun, yang menyebabkan Ibu dan
 Adiknya meninggal pada usia relatif muda.
    Oleh karena itu dia berprinsip: "Hidup
 bukan untuk kesenangan makan, tapi makan
untuk hidup." Dia makan dua kali sehari, pagi
 semangkuk jenis buah anggur, malam
 sepiring salad dengan daging non lemak.
 Kasus di Indonesia tertua penderita diabetes
 melitus berumur 79 tahun, dan masih
 bertahan hidup, akan tetapi nama dan
 alamatnya dirahasiakan.
    Saat ini saya sudah berumur 72 (sebetulnya
 yang benar 74 tahun, terukir di rangka jendela
 rumah warisan orang tua), dan berkeinginan
 bertahan hidup seijin Allah SWT. Selalu
 berusaha untuk tetap sehat, melakukan olah
 raga jalan kaki sambil ke masjid yang agak
 jauh dari rumah, minimal satu kilometer
 sekali jalan, sehingga pulang pergi sepanjang
 dua kilometer.Â
    Olahraga ini bagi saya nampaknya efektif.
 Selalu aktif bersilaturahmi dengan para
 sahabat sebagai pensiunan, dan meluangkan
 waktu untuk membaca dan menulis, untuk
 menjaga imun tubuh agar tetap bugar. Data
 terakhir catatan rekam medis saya, per 19
 September 2025, kadar gula sewaktu 143, saat
 umur saya 72 tahun 3 bulan 24 hari, tekanan
 darah 120/60, jam 13.10.Â
Wallahu A'lam Bisyawab.Â
Sukoharjo
Senin, 13 Oktober 2025. 06.58.
   Â
Follow Instagram @kompasianacom juga Tiktok @kompasiana biar nggak ketinggalan event seru komunitas dan tips dapat cuan dari Kompasiana. Baca juga cerita inspiratif langsung dari smartphone kamu dengan bergabung di WhatsApp Channel Kompasiana di SINI