Mohon tunggu...
basuki rahardjo
basuki rahardjo Mohon Tunggu... Dosen

Menulis, tekun, menjalankan syari'at agama secara kaffah, menambah pergaulan

Selanjutnya

Tutup

Healthy

DIABETES MELITUS (DM), Menggerogoti (Suatu Testimoni II)

12 Oktober 2025   09:31 Diperbarui: 12 Oktober 2025   09:31 23
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Kesehatan. Sumber ilustrasi: FREEPIK/Schantalao

A. Terapi Setrum Aki

       Setelah terapi Setrum Aki di Karanganyar

 (Bp. Suwardi) yang pasiennya cukup banyak,

 terapisnya memesan agar saya tiga kali

 seminggu datang untuk diterapi. Selanjutnya

 saya menepati pesannya, sehabis Subuh saya

 sudah dari rumah untuk perjalanan kurang

 lebih 30-an menit menuju rumah terapisnya. 

       Terapi berjalan lancar, yang Alhamdulillah

 selesai diterapi badan menjadi enteng dalam

 menyetir mobil, dan tidak merasakan

 kesakitan. Sambil diterapi, saya dipesan tidak

 boleh minum obat dokter dulu, dan tidak

 diperbolehkan diet, apalagi disuntik insulin.

 Menurut pengalamannya, pasien yang sudah

 disuntik insulin, akan sulit sekali diterapi

 untuk menurunkan kadar gulanya. Katanya

 pankreas sebagai organ sumber isulin

 mestinya diaktifkan, jika tidak maka akan

 jadi mengering.  Ibarat sumber mata air yang

 jarang ditimba airnya, maka lama-kelamaan

 airnya mengering.

       Saya justru dipesan banyak minum dengan

 gula, dan terapisnya siap menggarapnya untuk

 menurunkan gula darah. Beliau bercerita 

 mengibaratkan: "Jika akan memasak ikan

 asin, maka ikan asin sebaiknya dicuci dengan

 air hangat dicampur garam, sehingga garam

 akan ikut melarutkan kandungan garam  ikan

 asin. DM menyebabkan penyerapan gula darah

 terhambat, maka untuk melarutkan darah

 yang kental akibat kandungan gula tidak

 terserap, akan dilarutkan oleh cairan gula

 yang diminum." 

       Adapun pantangan pengidap DM, tidak baik

 minum dan makan yang  panas-panas, dan

 pedas-pedas. Oleh terapisnya, bahkan perut

 dibuat agar tidak tahan pedas, untuk ikut

 nembantu mengatasinya. Makan nasi

 dianjurkan hanya 5 sendok nasi dingin (sega

 wadang), menurutnya jika kebiasaan makan

 nasi sudah sedikit, maka DM 50 % sudah

 sembuh.

       Pada terapi yang ketiga, baru memegang

 kaki kanan saya, beliau menimpuk pelan kaki

 saya, dan berkata: "Mana gula darahnya, gula

 darahmu sudah tidak ada. Jika mau terapi

 sebulan sekali saja untuk mengecek

 perkembangannya. Sekarang kamu boleh

 pulang, tidak usah terapi." Komentar begitu

 sambil mengingatkan pantangan-pantangan

 yang harus dihindarinya. Di samping itu,

 harus segera cek gula darah, untuk melihat

 situasi kadar gula.

       Setelah cek gula darah, kadar gula saya

 yang tadinya 525, alhamdulillah sudah anjlok

 ke 196. Selanjutnya, beliau  meminta

 sebulan sekali saja untuk diterapi, akan tetapi

 dua minggu sekali saya tetap mendaftar untuk

 diterapi, oleh karena saya benar-benar

 merasakan pengaruh yang signifikan terhadap

 penurunan kadar gula. Saya seakan kecanduan

 diterapi, walau di bagian-bagian tubuh

 tertentu sangat sakit disetrum, namun sekian

 menit berikutnya akan terasa nyaman, yang

 menimbulkan ketagihan. 

       Logika yang diterangkan oleh terapisnya,

 ibarat saluran air, yang di tempat tertentu ada

 sumbatan sampahnya. Jika sampah lancar

maka mengalir deras. Begitu juga aliran darah

 jika ada sumbatan penyempitan darah, maka

 jika  disetrum akan kesakitan dan alat ujung

 terapi terus ditekan, tidak lama kemudian

 sumbatan akan meleleh?, sehingga aliran

 darah lancar, dan pasien akan merasakan

 nikmatnya disetrum.

B. Menularkan Pengalaman

       Selanjutnya, oleh karena saya

 merasakan penurunan gula darah yang

 signifikan, saya mengajak beberapa teman

 yang mengeluh karena tinggi gula darahnya.

 Di IAIN Surakarta (saat itu belum

 beralis status menjadi UIN), saya

 menceritakan kepada Rektor IAIN (Dr. H.

 Imam Sukardi, M. Ag), Drs. Wardoyo, M. Hum

 (Dosen Ushuluddin), dan Joko S. (Sopir IAIN).

       Di Universitas Veteran Bangun Nusantara

 Sukoharjo: Drs. Bambang Partono, M. Pd.

 (Rektor), Bagyo (Staf Perpustakaan) juga

 berkenan melakukan terapi. Prof. Dr. H.

 Ujianto, MS (Rektor UNTAG Surabaya) beserta

 istri (Tutik Ujianto) dan beberapa tetangganya

 dari Nganjuk juga melakukan terapi.

       Dari Universitas SAHID Surakarta ada juga

 dua orang (namanya lupa), dan dari Semarang

 Perumahan Tlogosari ada dua orang  (tetangga

 adik saya) yang diberitahukan oleh  adik saya,

 ikut melakukan terapi.  Tetangga saya ada dua

 yang ikut terapi, dengan saya antar sendiri,

 karena dari keluarga tidak mampu. Menurut

 ceritera yang ikut terapi menyatakan

 manfaatnya, sehingga ada juga yang

 kecanduan seperti saya, namun ada juga yang

 tidak melanjutkan terapi, karena bagi yang

 tidak tahan, disetrum dengan aki memang di

 bagian-bagian tertentu akan merasakan

 kesakitan, walaupun beberapa menit

 kemudian akan merasakan kenikmatan. Di

 samping itu beberapa di antaranya tidak tahan

 pantangannya.

       Rektor IAIN Surakarta saat terapi, kadar

 gulanya 600, saya antar sendiri memakai

 Honda Jazz Pink pribadi miliknya (jadi tidak

 memakai mobil dinas), dan saya yang

 menyopir. Saat terapi, karena teman akrab

 saya ikut masuk di ruang terapi. Sama dengan

 saya, saat terapi pertama, dia menjerit-jerit

 karena kesakitan, sehingga saya goda: "Rektor

 kok jerit-jerit, apa tidak malu!." Saya cukup

 heran mensyukuri nikmat Allah SWT,...........

 lha kok teman saya sekali saja tetapi, gula

 darahnya sudah anjlok menjadi di kisaran 130

 dari yang tadinya 600.

       Akhirnya, dia kecanduan, dan sebulan

 sekali pasti mengajak saya untuk terapi,

 walaupun kadar gulanya sudah dinyatakan

 normal, dengan ngampiri saya di Sukoharjo.

 Jika mengajak terapi dia bilang: "Bos.....(dia

 panggil saya bos), rindu mBah Wardi, ayo

 terapi!." Berangkatlah kami, kadang diantar

 sopir pribadi.

       Setelah itu saya mengantar Drs. Budi

 Santosa Rahardjo (dosen Ushuluddin

 Almarhum), yang mengeluh jika pundaknya

 kesakitan jika dipakai olah raga. Dia saya antar

 sendiri memakai mobil lawas  saya (Mercy

 Tiger tahun 1980) dua atau tiga kali. 

       Pada kasus sebaliknya, dua teman dari

 IAIN Surakarta yang ikut melakukan terapi,

 menyatakan tidak kuat menahan sakit jika di

 terapi, baru sekali dua kali di terapi,

 meneruskan obat jalan dari dokter yang

 merawatnya. Dia adalah Drs. Wardoyo, M.

 Hum., yang pernah terapi dua kali pernah

 bertemu dengan saya di depan gedung

 LemLit IAIN Surakarta, dan berkata:  "Pak

 Bas, aku menyerah tidak kuat terapi di tempat

 mBah Suwardi. Sekarang saya obat jalan

 dokter lagi, aku sudah mulai impoten!."

     Selanjutnya, saya dengar Pak Wardoyo ini ke

 luar masuk RSUD Boyolali beberapa kali, dan

 tidak lama kemudian.......Inna lillahi wa Inna

 ilaihi Raji'un,....... Alhamdulillah saya dapat

 takziah dan ikut bersama teman-teman

 mensholatkannya. Takdir telah berjalan

 sebagaimana Garis Allah SWT.

C. Menjadi Konsultan

       Pada tahun 2008, saya diajak teman akrab

 saya (Prof. Dr. H. Ujianto. MS.) yang saat itu

 Rektor UNTAG Surabaya, ke Sampit 

 Kalimantan Tengah,  dan  diangkat menjadi

 Wakil Rektor I Universitas Darwan Ali Sampit

 di Seruyan Kalimantan Tengah. Dalam jabatan

 itu merangkap Konsultan Bidang Akademik di

universitas yang bersangkutan.

       Saya melakukan diet (rutin Puasa,

 Daud,makan sedikit, tidak makan yang panas,

 dan pedas-pedas), namun tidak diet gula. Oleh

 karena jauh, saya tidak bisa melakukan terapi,

 analisa saya, saya terlalu mementingkan

 pekerjaan, sehingga mengabaikan potensi

 penggerogotan DM saya. Pisah dengan

 keluarga, pola makan minum saya tidak

 terkontrol, di pagi hari kadang hanya minum

 energen. Lauknya sering over ikan laut karena

 dekat laut dan pelabuhan ikan.

       Setiap hari mengkonsumsi ikan laut (udang

 atau lobster, udang sembah, kepiting/

 rajungan, belut laut, ikan senangin yang

 mahal itu, telang, pipih, pari, hiu mini,  telur

 ikan, dan kerang-kerangan, serta berbagai

ikan laut yang lain).

       Pola makan saya berubah, karena saya

 bergaul dengan para pelaut, produsen ikan

 asin/terasi, yang saya sering membawa

 sekedar buah-buahan atau makanan kecil,

 sambil saya omong-omong soal ikan dan suka

 duka menjadi pengepul ikan dan nelayan.

       Bergaulnya saya dengan mereka, sambil

 seakan mewawancara, menghasilkan dua

 novel anak, dan cerita pendek. Adapun akibat

 pola makan saya yang berubah, dampaknya

 telapak kaki saya mulai kesemutan parah, dan

 tidak kunjung sembuh atau mereda.

D. Kembali Mengajar di IAIN Surakarta 

       Sepulang dari Sampit, mulai aktif di IAIN

 Surakarta kembali, dengan kaki kesemutan

 yang parah, dan jika sore hari membengkak.

 Ini.....sudah takdir saya, ketika saya datang

 untuk terapi di tempat mBah Wardi

 Karanganyar, tiga kali tidak bisa bertemu,

 karena terapisnya (mBah Wardi) sering sakit

 dan dirawat di rumah sakit, maklum umur

 sudah mendekati 90 tahun.

       Tiga tahun (2013-2015) saya diamanahi

 menjadi Wakil Dekan III Fakultas Ékonomi dan

 Bisnis Islam (FEBI) yang sudah beralih

 status menjadi UIN RM Said Surakarta.

 Kembali sibuk, dan kadang melupakan

 kesehatan., tidak diet, akan tetapi lama tidak

 terapi strum aki.

       Pada akhir tahun 2015 alhamdulillah habis

 masa jabatan, selanjutnya aktif mengajar dan

 membuat proposal Pendirian Pusat Studi

 Kependudukan, Lingkungan Hidup dan

 Pedesaan, dan saya diserahi sebagai

 kepalanya. Pusat Studi itu kurang mendapat

 dukungan, terutama dari bagian administrasi,

 untuk sekedar menyiapkan ruang beserta isi

 kantornya. Padahal saya sudah menjalin

 kerjasama dengan Biro Pusat Statistik

 Sukoharjo untuk mengolah data penduduk

 Sukoharjo dalam bentuk profil.

       Saat itu menjelang Sensus 2020, saya juga

 menyiapkan relawan untuk  membantu Sensus

 Penduduk 2020, yang mulai dilakukan di bulan

 Mei. Saya bilang ke Rektor akan

 menyumbangkan 97 buah buku dan jurnal

 yang fokusnya Studi Kependudukan, akan

 tetapi karena ruang kerja tidak jelas, buku

 tersebut saya berikan siapa yang ingin

 membutuhkan.

E. Memasuki Usia Pensiun

       Tanggal 26 Mei 2018 memasuki masa

 pensiun, setelah menerima penghargaan: 

1. Dosen Teladan Tingkat Propinsi Kal-Teng;

2. Satya Kencana 20 tahun dari Megawati

    Sukarnoputri;

3. Satya Lencana 30 tahun dari SBY;

4. Sebanyak 7 SK atau Sertifikat Nasional

     Lomba Penulisan Tingkat Nasional; 

5. Beberapa pengalaman menjadi: Ketua

    Jurusan, Kepala Biro, Kepala Bagian,

    Pembantu Dirèktur, Pembantu Ketua, Wakil

    Rektor, Wakil Dekan dan Kepala Pusat Studi.

       Selanjutnya menjadi Dosen Luar Biasa,

   yang belakangan disebut Dosen Tidak Tetap,

   dengan Mata Kuliah tetap Pendidikan 

   Kewarganegaraan. Sementara itu gula darah

   selalu di atas 300 sampain325, kaki

   kesemutan parah, yang di malam hari sering

   kambuh dengan rasa sakit luar biasa,  kadang

   jujur sampai saya menangis. Selama itu

   pula, saya tidak pernah kontrol untuk

   memeriksakan perkembangan gangguan DM

   yang menggerogoti kesehatan saya.

   Disambung ke Testimoni III.

Sukoharjo

Minggu, 12  Oktober 2025. 09.26.

       

      

Follow Instagram @kompasianacom juga Tiktok @kompasiana biar nggak ketinggalan event seru komunitas dan tips dapat cuan dari Kompasiana. Baca juga cerita inspiratif langsung dari smartphone kamu dengan bergabung di WhatsApp Channel Kompasiana di SINI

HALAMAN :
Mohon tunggu...

Lihat Konten Healthy Selengkapnya
Lihat Healthy Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun