Mohon tunggu...
Baskoro Endrawan
Baskoro Endrawan Mohon Tunggu... Freelancer - Keterangan apa ?

Like to push the door even when it clearly says to "pull" You could call it an ignorance, a foolish act or curiosity to see on different angle :)

Selanjutnya

Tutup

Politik Pilihan

Antara Bedjo Untung, Komunisme, JFK dan Tanah Papua

21 September 2017   18:49 Diperbarui: 21 September 2017   19:36 7512
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
komunisme ; sumber ; poster idalliedexpress.com

Catatan pertanyaan penting . Bagaimana sebuah perusahaan Freeport Indonesia Inc bisa berdiri atau disahkan bahkan saat situasi politik di Indonesia pun belum pulih atau bahkan stabil ? 

10 Januari 1967 -Penetapan Indonesian Foreign Investment Law dan pada 5 April 1967, dimulainya awal kontrak kerjasama antara Freeport Indonesia, Inc dan Pemerintah Republik Indonesia mengenai eksplorasi, dan pembagian hasil tambang Papua Barat. Namun tentu upaya eksplorasi tidak dapat segera dilakukan mengingat situasi geo politis yang belum stabil di daerah tersebut. Dan pada tahun 1969, PEPERA atau Penentuan Pendapat Rakyat di Papua Barat yang semula bernama Irian Barat dilakukan atas komando Jenderal Sarwo Edhi Wibowo

Segala hal yang berkaitan dengan Operasi Trikora dan PEPERA dapat anda lihat di laman ini . Dan perjanjian kerjasama poros Washington yang dimulai setelah terbunuhnya JFK , dengan Presiden John B Lyndon dan pertemuan penerusnya,  Presiden Gerald Ford dan Henry Kissinger dengan Presiden Soeharto pada 1975 di Camp David untuk 'hubungan selanjutnya' pada pembebasan Timor Timur, dapat dilihat di tautan ini.

President Ford and President Soeharto at Laurel Lodge, Camp David, 5 July 1975. Sumber :www.fordlibrarymuseum.gov
President Ford and President Soeharto at Laurel Lodge, Camp David, 5 July 1975. Sumber :www.fordlibrarymuseum.gov
Semua adalah bagian dari keseluruhan sejarah. Harus secara obyektif melihatnya, dan jangan melihat satu potong saja, namun keseluruhan potongan puzzle untuk menjadikannya satu rangkaian gambar yang jelas dan gamblang.  Paksakan diri untuk melihat lebih jauh ketimbang hanya beradu argumentasi seputar momok lagu genjer genjer dan kelamnya film G30SPKI sendiri.  Jangan sekedar menyalahkan mereka para pelaku sejarah yang ada pada saat itu.

Hormati mereka, dengan segala keputusan yang diambil, baik ataupun buruknya, tanpa terkecuali. 

Ambil pelajaran yang ada. Itulah gunanya sejarah, atau sejarah akan kembali mengulang kembali. 

 Cara 'jelek' lainnya adalah berupaya menggunakan kekuatan terkuat- dukungan ummat Islam -- untuk upaya menggempur isyu kebangkitan kembali Partai Komunisme Indonesia. Lagi lagi, tolong jangan benturkan Umat untuk satu kepentingan politik yang mengerucut pada 2019. Saat anda tak henti hentinya melakukan upaya ini, ya secara otomatis , "kami" yang tidak bernaung atas kepentingan apapun akan terus berusaha mematahkan. Apapun isu yang digoreng yang berpotensi menyebabkan perpecahan bangsa.

Menjadi lucu, karena melihat upaya 'mentah' penggiringan isyu Muslim lawan Komunisme ini ibarat melihat seorang ( konon) pemimpin Agama yang anti Amerika, eh ternyata naeknya Jeep Rubicon atau bahkan seorang Panglimanya yang entah kemana sekarang ini ternyata sempat diisyukan menjadi pengacara sebuah "Perusahaan Tambang yang Konon Terkemuka" ini?  Atau bahkan upaya propaganda tentang satu kebohongan yang dilakukan berulangkali dengan harapan akan menjadi sebuah kebenaran.

Ironisnya, itulah kata mutiara yang menjadi buah pemikiran Kang Lenin yang  jelas gak sodaraan dengan Mas Lennon. 

sumber : scepticsstackexchange.com
sumber : scepticsstackexchange.com
PS : Kalau masih sedikit penasaran bisa buka sedikit tulisan Lisa Pease disini untuk yang lengkapnya, atau disini yang versi Indonesia nya.

Kosongkan gelasnya dulu. Nanti tumpah isinya. 

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
Mohon tunggu...

Lihat Konten Politik Selengkapnya
Lihat Politik Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun