Mohon tunggu...
BASUKI TRI ANDAYANI
BASUKI TRI ANDAYANI Mohon Tunggu... Lainnya - Praktisi Komunikasi

Praktisi Humas (Public Relations) salah satu perusahaan yang bergerak dalam bidang jasa keuangan sejak November 2013. Pemegang sertifikat kompetensi : 1. Expert Public Relations (BNSP-2015), 2 Executive Public Relations (BNSP-2021). Peraih penghargaan : 1. Best Presenter PR Indonesia Award 2021, 2. Tokoh PR Berpengaruh 2021 versi MAW Talks, 3. Tokoh Pemimpin PR Berpengaruh 2021 Kategori Korporasi, 4. Top Ten Corporate Communications of The Year 2022 BCOMSS Awards Kementerian BUMN, 5. Indonesian Most Prominent PR Persons Award 2022 versi The Iconomics 6. Indonesian Top PR Leader Award 2022 versi Warta Ekonomi

Selanjutnya

Tutup

Financial

Dari Recehan Jadi Jutawan

28 Februari 2020   18:21 Diperbarui: 28 Februari 2020   18:25 159
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Finansial. Sumber ilustrasi: PEXELS/Stevepb

Kita pasti pernah mengalami, punya uang receh terasa tidak bergengsi. Apalagi saat dompet masih terasa tebal. Melihat uang receh kembalian belanja terasa sebal. Tak jarang kita membiarkan recehan 100, 500, atau 1000 tersapu bersama sampah di lantai.

Benarkah uang receh tak berguna? Nanti dulu! Uang receh tetap punya arti, seperti pepatah "Sedikit demi sedikit lama-lama menjadi bukit".

Saya merasakan betul hal itu. Sebelum saya memiliki rekening tabungan emas, dulu saya sering tak peduli dengan uang receh. Setiap saya memperoleh kembalian dari mini mart atau warung tetangga, saya sering menaruh kembalian dimana saja. Baru merasa perlu receh ketika mengalami masuk angin atau flu. Buat apalagi selain kerokan.

Kini saya menjadi orang yang sangat peduli dengan uang receh. Setiap saya mendapatkan uang logam recehan, selalu saya kumpulkan ke dalam celengan. Setelah terkumpul, saya setorkan untuk menambah rekening tabungan emas yang saya punya.

Kok bisa? Iya, karena menabung emas bisa dilakukan dengan uang Rp.10.000-an. Dulu nabung emas rasanya berat. Kalau beli di toko dalam bentuk perhiasan, berat emas yang dibeli minimal 1 gram. Harganya paling tidak Rp.500 ribuan.

Sekarang uang bisa punya emas, berapapun uang yang dimiliki. Caranya dengan menabung di rekening Tabungan Emas Pegadaian. Berapapun uang yang disetor langsung dikonversikan dalam berat gram emas. Kalau harga emas pergram Rp.700 ribu, kita dapat menabung dengan berat minimal 0,01 gram atau Rp.7 ribu rupiah saja.

Setelah saldo emas terkumpul, emas dapat dicetak dalam bentuk emas batangan atau perhiasan. Atau kalau tidak ingin repot menyimpan di rumah, biarkan saja nilainya terus bertambah. Sejarah membuktikan harga emas cenderung naik dari waktu ke waktu. Dengan menabung emas nilai uang kita terjaga dari inflasi.

Saya ingat betul, tahun 1998 saat saat saya menikah, harga emas per gram Rp.175 ribuan. Sekarang tahun 2020 berada pada kisaran harga Rp.750 ribuan. Dalam kurun waktu 22 tahun, harga emas naik Rp.575 ribu atau naik 4 kali lipat.

Mulai hari ini, mari kita peduli dengan uang receh. Gedung yang tinggi dan megah, terbangun dari butiran pasir yang seakan tak berguna ketika sedikit. Begitupun uang receh, jika ia dikumpulkan dan ditabung dapat mengubah dari recehan jadi jutawan.

Mohon tunggu...

Lihat Konten Financial Selengkapnya
Lihat Financial Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun