"Nia... maaf, kamu harus sabar ya. Tadi Bapakmu jatuh di toilet rumah sakit. Sekarang di ICU."
"Astaghfirullah... Aku langsung ke sana, Mas."
Nia berlari sekencang-kencangnya menuju mobil. Air matanya menetes sepanjang jalan.
"Bapak, bertahan ya... Nia udah di jalan, Pak," ucapnya dalam hati.
Tiga puluh menit kemudian, ia sampai di rumah sakit. Mas Nur sudah menunggunya di depan ruang ICU dengan wajah basah air mata.
"Nia... Bapakmu baru aja pergi. Dokter sudah berusaha, tapi nyawanya tak tertolong."
Nia terdiam. Lututnya lemas. Ia bersimpuh di lantai koridor, menahan tangis yang pecah bersama kenangan yang berjatuhan satu per satu.
---
Di rumah, di atas meja makan, masih tersisa semangkuk soto daging yang mulai dingin.
Aromanya perlahan hilang, seperti kehangatan seorang ayah yang berpulang diam-diam, meninggalkan cinta yang tak akan basi oleh waktu.
Follow Instagram @kompasianacom juga Tiktok @kompasiana biar nggak ketinggalan event seru komunitas dan tips dapat cuan dari Kompasiana. Baca juga cerita inspiratif langsung dari smartphone kamu dengan bergabung di WhatsApp Channel Kompasiana di SINI