Setelah itu, ia hanya diam. Tidak marah, tidak mencaci. Ia hanya menatap kosong dinding rumah. Dalam hatinya bergemuruh satu kalimat:
"Aku ingin mempertahankan, tapi mungkin Tuhan sudah menulis takdir yang berbeda."
---
Suatu pagi, Nia menelpon.
"Pak, maaf ya, hari ini Nia nggak bisa nemenin kontrol. Ada rapat penting banget."
"Nggak apa-apa. Nanti Bapak minta tolong Mas Nur nganterin."
"Baik, Pak. Hati-hati ya."
Setelah menutup telepon, Gino mengambil buku catatan kesayangannya, hadiah ulang tahun dari Nia. Di halaman terakhir ia menulis:
Sudah Penuhkah Bekalmu?
Hidup ini hanya permainan,
hidup ini hanya senda gurau.