Mohon tunggu...
Tiyang polos
Tiyang polos Mohon Tunggu... Jagain warung

Ingin berpetualang baru dan mencari saudara baru sekaligus merangkai kata demi kata menjadi sebaris kalimat yang tidak begitu berguna

Selanjutnya

Tutup

Cerpen

Panggung yang mengubur

8 Juni 2025   03:04 Diperbarui: 8 Juni 2025   03:04 68
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Cerpen. Sumber ilustrasi: Unsplash

"ah 10 bulan lagi..." gumam Sungapto, sambil memasukkan puntung rokoknya ke asbak yang udh penuh isinya. Sungapto sudah lama berambisi menjadi Bupati di kabupaten Sirepan. Ia sudah bosan jadi kepala desa 2 periode sedangkan asetnya tidak bertambah secara signifikan. Sungapto sudah merancang berbagai cara agar bisa menang telak tanpa ada dua putaran mengingat saingannya cukup kuat, ada lulusan sarjana pertanian namanya Komar, sudah malang melintang dalam bidang pertanian baik regional maupun nasional. Satu lagi Arman seorang insinyur lulusan kampus ternama di Yogyakarta, ia dikenal orang yang ramah, cerdas dan pandai dalam merangkul semua golongan bahkan sosmednya dia followersnya udah jutaan kayak artis-artis di televisi.

Sungapto tetap membusungkan dada, 

"mereka belum tahu siapa Sungapto, nih kepala desa yang berprestasi, kalian hebat klo sampai bisa mengalahkan saya" ucap dia di depan cermin besarnya yang kerap kali ia ajak monolog tentang karirnya, rumah tangganya, dan lain-lainnya.

******

"pak hari ini agendanya ada peresmian Panti Asuhan dan gedung pertemuan warga yang dulu bapak yang meletakkan batu pertama" kata ajudan Sungapto.

"okay, hey ambilkan koperku yang di atas meja itu" ucap Sungapto ke ajudannya

Sungapto lalu ambil beberapa gepok uangnya lalu ia masukkan dalam amplop coklat tebal.

"hmm pas banget ini buat aku kampanye dari sekarang, toh ini bukan pelanggaran kan aku menjalankan tugas dinas. Kalaupun nanti ada teguran dari Panitia pengawas, tinggal aku "sogok" selesai tuh masalah" batin Sungapto.

"siapkan mobilnya kita berangkat"

"baik pak"

Ajudan itu bergegas ke garasi mengeluarkan mobil hitam mewah dengan nopol  B 1305 MUL.

Sungapto dengan seragam dinas kebanggaannya keluar dari ruangannya tak lupa peci hitam hadiah dari penasehat spiritualnya agar terlihat lebih berwibawa dimata orang-orang. 

45 menit kemudian Sungapto tiba di tempat tujuan.

"assalamualaikum pak selamat datang di tempat kami" ucap kepala yayasan sambil menggenggam erat tangan pak Sungapto 

"mari pak silahkan duduk" 

Panitia menyambut dengan penuh keramahan yang tulus kedatangan Pak Sungapto dan rombongan.

"tolong panggilin pak ketua yayasan ke sini saya pingin ngobrol empat mata" pinta pak Sungapto pada ajudannya

Tak lama kemudian ketua yayasan dan pak Sungapto ngobrol di ruang tertutup.

"besok kan sebentar lagi pemilihan Bupati, mohon bantuan pak ketua untuk mengoordinir warga di sini untuk memilih saya"

"ini ada sedikit uang jajan buat pak ketua, jikalau nanti saya menang dalam pemilihan, saya kasih bonus, jangan khawatir" ucap Sungapto sambil menyalakan cerutunya

"iy pak siap akan saya bantu semaksimal mungkin" jawab pak ketua 

*****

Sungapto berdiri di podium untuk memberikan sambutan, dan diakhir sambutannya dia meminta dukungan warga untuk memilihnya di pemilihan Bupati kelak 

"bapak ibu insya Allah saya besok akan maju di pemilihan Bupati mohon dukungannya bapak ibu saudara semua, jikalau nanti saya menang saya akan buka lapangan kerja, menumpas korupsi,  memperbaiki jalan-jalan yg rusak, sekolah-sekolah rusak, bantuan buat fakir miskin, serta mengembangkan kabupaten kita agar semakin sejahtera, tidak ada lagi fakir miskin di lingkungan kita" ucap Sungapto dengan berapi-api..

Lalu disambut tepuk tangan sebagian warga, sedang sebagian warga lainnya menggunjing dosa-dosanya 

"kemarin aja katanya mau bantu pupuk buat kita-kita yg petani, eh ampe sekarang mana? Gk ada" celetuk Sanusi yang masih satu RT dengan Sungapto 

"iya bener rombongan kita yang katanya warga kurang mampu katanya mau dibuatkan KIS gratis, nyatanya mana??" timpal warga lainnya.

Masih banyak janji-janji Sungapto yang belum ditunaikan selama dia 2 periode menjabat sebagai lurah.

*****

Sungapto, beserta tim parpol pendukungnya sudah resmi mendaftar di KPU. Ia senang sekali langkah selanjutnya ia tinggal lebih gencar lagi kampanye ke "kantong-kantong suara" yang belum mengenal profilnya.

Tim suksesnya Sungapto sangat rapi dalam membuat konsep untuk meraih kemenangan pilihan Bupati ini. Tim sukses tahu betul kelemahan rakyat Indonesia terutama wilayah desa suka dengan orang yang sederhana, merakyat, tidak Hedon. Jadilah seorang Sungapto yang sesuai polesan tim suksesnya.

Dan ternyata berhasil berdasarkan survei sementara Sungapto dan pasangannya mampu unggul 59,5% dibanding calon lainnya.

Sungapto makin semangat dalam menggelontorkan uang pribadinya untuk kampanye pemilihan Bupati ini. 

"uang saya yang keluar gak seberapa bila dibandingkan nanti pemasukan saya bila sudah jadi bupati, proyek-proyek akan aku mark-up, anggaran bisa aku "sunat" juga" batin Sungapto sembari menyisir rambutnya yang udah klimis efek dri minyak rambut pemberian kekasih gelapnya minggu lalu.

******

5 hari sebelum pencoblosan Sungapto mendengar kabar dari tim internalnya bahwasanya KPU mendiskualifikasi keikutsertaannya dalam pemilihan Bupati karena terindikasi ia menggunakan ijazah palsu.

"ah sialan, padahal dulu kata yang jualan, ijazah itu asli, bangsat...!!!" 

Sungapto marah besar mukanya merah sampai keringat dingin mulai bercucuran dan ia pingsan lalu istri tercintanya segera mendekatinya 

"pak ..pak bangun pak..." teriak istrinya 

Keluarga pun segera bergegas membawanya ke rumah sakit terdekat.

Satu jam kemudian setelah diperiksa dokter spesialis. 

Keluarga diperbolehkan masuk

"gimana dok, kondisi suami saya" 

Tanya istri Sungapto penuh kecemasan 

"hmm gimana? udah gak papa, bapak cuman kecapekan ya, iya cuman lelah biasa itu" jawab dokter dengan logat khas jawanya.

"tapi suami udh siuman, dok?"

"sudah..tapi belum" jawab sang dokter sambil membenahi bajunya.

Sang istri Sungapto hanya melongo...

*****

Apakah ini karma karena Sungapto lebih sering bohong ke rakyatnya ? Hanya Tuhan yang tahu

Bahkan banyak warganya yang bilang Sungapto (sukanya ngapusi tok) kalo diterjemahkan sukanya membohongi saja

Follow Instagram @kompasianacom juga Tiktok @kompasiana biar nggak ketinggalan event seru komunitas dan tips dapat cuan dari Kompasiana. Baca juga cerita inspiratif langsung dari smartphone kamu dengan bergabung di WhatsApp Channel Kompasiana di SINI

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
  4. 4
  5. 5
Mohon tunggu...

Lihat Konten Cerpen Selengkapnya
Lihat Cerpen Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun