Mohon tunggu...
Banta Johan
Banta Johan Mohon Tunggu... Pekerja Sosial

Saya adalah seorang pekerja sosial. Saya menyukai kegiatan membaca dan menulis dan mempelajari banyak hal-hal.

Selanjutnya

Tutup

Otomotif

Transformasi Bus Trans Kutaraja Menjadi Transportasi Massal yang Berkearifan Lokal dan Berbudaya

13 September 2025   15:01 Diperbarui: 13 September 2025   15:01 12
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Foto Bus Trans Koetaradja (sumber foto: Google)

Sejak 2016, kehadiran Bus Rapid Transit (BRT) Trans Kutaraja di Banda Aceh dan di Aceh Besar merupakan sebuah terobosan penting Pemerintahan Aceh, khususnya Dinas Perhubungan Aceh dalam menjawab tantangan mobilitas perkotaan yang semakin kompleks. Sebuah langkah preventif dalam menangani kemacetan kota dan polusi udara. Namun kemudian sistem transportasi ini menghadapi berbagai tantangan operasional dan belum sepenuhnya mampu mencerminkan kearifan lokal, adat istiadat, dan identitas akar budaya masyarakat Aceh yang begitu kaya akan nilai-nilai.

Pada awal tahun 2025, Trans Kutaraja berhenti beroperasi. Memicu berbagai polemik dan tanggapan dan harapan masyarakat. Beragam komentar disampaikan oleh masyarakat di media sosial bahkan hingga percakapan ke warung-warung kopi. Ini membuktikan bahwa Trans Kutaraja sangat penting bagi mobilitas masyarakat Aceh, terutama di Kota Banda Aceh dan Aceh Besar.

Kepala UPTD Angkutan Massal Trans Kutaraja, M. Hanung Kuncoro menjelaskan bahwa terhentinya operasional Trans Kutaraja pada awal tahun 2025 disebabkan oleh berakhirnya kontrak pengelolaan antara Pemerintah Aceh dengan operator yang mengoperasikan layanan bus tersebut. Layanan Trans Kutaraja yang masih gratis ini didukung oleh APBA. Terhentinya layanan Trans Kutaraja membuat pengguna layanan terpaksa mencari alternatif lain, seperti ojek daring atau taksi, yang tentu saja lebih mahal dan kadang tidak nyaman. Oleh karena itu, dalam perkembangannya, kata Hanung, Dishub Aceh terus mengupayakan kembali beroperasinya Trans Kutaraja dan menempatkan atensi yang serius terkait hal ini.

"Pada waktu itu, kita bekerja keras untuk memastikan agar Trans Kutaraja dapat beroperasi kembali secepat mungkin. Alhamdulillah, pada 25 Februari lalu, bus ini telah beroperasi kembali," ujar Hanung. (Dishub Aceh, 2025).

Trans Kutaraja memiliki potensi dan dampak yang besar untuk dapat bertransformasi menjadi sebuah ruang publik yang berkearifan lokal dan berbudaya yang bergerak. Sebuah ruang dimana nilai-nilai kearifan lokal dan budaya Aceh dipraktikkan dalam kehidupan sehari-hari. Ruang transformasi ini memerlukan pendekatan holistik yang menyentuh aspek fisik (hardware), regulasi (software), dan budaya (heartware) dari sistem transportasi tersebut. Berbagai penelitian menunjukkan bahwa integrasi nilai-nilai kearifan lokal dan budaya justru menjadi kunci keberhasilan dan keberlanjutan sebuah proyek infrastruktur.

Empat Pilar Utama Transformasi dan Inovasi Trans Kutaraja Menuju Sistem Transportasi Berbasis Kearifan Lokal, dan Berbudaya Aceh

1. Desain dan arsitektur yang bernuansa kearifan lokal dan budaya Aceh dimana aspek fisik merupakan elemen paling visible dalam sistem transportasi. Halte-halte Trans Kutaraja harus direvitalisasi dengan arsitektur khas Aceh. Menurut Ismail (2019) dalam penelitiannya tentang arsitektur tradisional Aceh menjelaskan bahwa Rumoh Aceh bukan sekadar tempat tinggal tetapi representasi kosmologi dan nilai-nilai masyarakat Aceh. Elemen-elemen khas yang dapat diadopsi termasuk atap lancip (tunjang) yang tidak hanya estetis tetapi juga fungsional untuk iklim tropis dengan curah hujan tinggi, ornamen geometris bungong seulanga, dan konsep serambi (teras) yang dapat berfungsi sebagai area tunggu terbuka yang nyaman.

Halte tidak boleh sekadar menjadi tempat tunggu tetapi harus menjadi ruang budaya dan sejarah Aceh. Setiap halte bisa diberi nama berdasarkan gelar adat atau nama ulama besar Aceh (misal: Halte Teuku Umar, Halte Tgk Chik Di Tiro, Halte Cut Nyak Dhien) dan dilengkapi dengan biografi singkat. Setiap pemberhentian halte dapat memiliki tema budaya berbeda yang mencerminkan karakter wilayahnya. Misalnya, halte di dekat kawasan sejarah dapat menampilkan display informasi tentang sejarah Kesultanan Aceh, sementara halte di kawasan pendidikan dapat menampilkan prestasi akademik masyarakat Aceh.

Desain interior bus juga perlu ditransformasi dengan pendekatan budaya berdasarkan warna-warna tradisional Aceh seperti hijau, emas, dan merah maron yang memberikan kesan elegan dan religius, pengaturan tempat duduk yang memfasilitasi interaksi sosial namun tetap menjaga privasi, zona khusus berdasarkan nilai adab dan teumulia seperti area prioritas yang benar-benar nyaman dan terhormat, serta material interior yang mencerminkan kekayaan motif Aceh seperti motif rumoh Aceh, pinto Aceh, rencong dan tenun songket pada jok atau panel interior.

2. Pengalaman pengguna yang edukatif dan berbudaya dimana perjalanan dengan Trans Kutaraja harus menjadi pengalaman yang tidak hanya efisien tetapi juga mendidik dan memperkaya budaya. Sistem audio wisata budaya dapat memanfaatkan teknologi GPS, dimana sistem audio dalam bus dapat diaktifkan otomatis ketika melewati titik-titik penting seperti ketika melewati Komplek Museum Aceh, Museum Tsunami, sistem dapat memutar narasi tentang sejarah kebesaran Kesultanan Aceh, di kawasan Peunayong, penumpang dapat mendengar cerita tentang sejarah perdagangan dan sosial multikultural di Aceh, serta mendekati kawasan pendidikan seperti KOPELMA Darussalam, sistem dapat menyampaikan prestasi akademik dan tradisi keilmuan Aceh. Narasi dapat disampaikan dalam dua bahasa (Indonesia dan Aceh) dengan suara narator yang menyenangkan, menciptakan pengalaman edukatif yang mengedukasi penumpang tentang kekayaan kearifan lokal dan budaya mereka.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
Mohon tunggu...

Lihat Konten Otomotif Selengkapnya
Lihat Otomotif Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun