Mohon tunggu...
Bangun Sayekti
Bangun Sayekti Mohon Tunggu... Apoteker - Pensiunan Pegawai Negeri Sipil

Lahir di Metro Lampung. Pendidikan terakhir, lulus Sarjana dan Apoteker Fakultas Farmasi Universitas Gadjah Mada di Yogyakarta.

Selanjutnya

Tutup

Humaniora

Apa Salah Binatang Ini (2)

22 Juni 2021   21:19 Diperbarui: 22 Juni 2021   21:29 152
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Humaniora. Sumber ilustrasi: PEXELS/San Fermin Pamplona

Jadi amatlah kurang bijak bila seseorang lebih - lebih pemuka agama apapun predikatnya, atau sebutannya apakah: pemuka agama, ulama, kiai, ustad, imam, penyampai risalah; Yang baru menemukan satu pernyataan dalam satu ayat langsung dikemas menjadi topik bahasan, dan disampaikan kepada masyarakat luas; Tanpa melalui check and recheck terlebih dahulu dengan ayat lain senada yang ada dalam Al Qur'an. Oleh karena itu mengaji Al Qur'an yang pada dasarnya merupakan perintah, dan petunjuk Allah hendaklah berulang dari awal hingga akhir, dan bertingkat untuk mengetahui kedalaman makna yang terkaandung didalamnya dari sareat (lahiriah), tarekat (batiniah), hakekat (kejiwaan), dan akhirnya hingga makripat (roso pangroso).

Hendaklah beliau - beliau tadi selalu ingat, jangan sampai risalah yang disampaikan kepada umat justru melampaui kuasa Allah. Karena hal ini akan dapat merugikan diri sendiri, dan umat yang telah terlanjur mempercayai bahwa setiap apa yang dikatakan adalah benar adanya.                                               

Seperti halnya vaksinasi meningitis bagi calon jama'ah haji, dan vaksinasi Rubella sampai saat ini masih menimbulkan pro, dan kontra dimasyarakat hanya karena media pembuat vaksinnya mengandung unsur babi, padahal yang diharamkan, atau dilarang adalah memakan daging babi.

Hendaklah selalu diingat ( Jawa = eling ) bahwa Allah yang menciptakan babi, mengapa manusia mengharamkannya? Apakah manusianya sudah merasa dirinya lebih kuasa dari Allah Swt. Tuhan Yang Maha Kuasa? 

Daging Babi. Untuk menguji sampai seberapa teguh seseorang mengimani, atau mempercayai Al Qur'an sebagai pedoman hidupnya, mari dengan mengedepankan kejujuran, dan menggunakan roso pangroso kita kaji bersama mengapa daging babi haram untuk dimakan? Atau dengan kata lain, mengapa Allah meng-haramkan atau melarang daging babi untuk dimakan. 

Untuk mengawali kajian, mari dibuka kembali ingatan kita akan pelajaran di sekolah menengah dahulu. Kalau mau mencermati pelajaran ilmu hewan atau zoologi di sekolah dulu, agaknya orang tidak akan mengalami kesulitan untuk memahami, mengapa daging babi diharamkan atau dilarang untuk dimakan.

Dalam pelajaran ilmu hewan dikatakan, bahwa didalam daging babi terdapat benih cacing pita. Benih cacing pita ini kalau sudah terdapat dalam usus manusia akan menetas, menjadi cacing pita yang sulit untuk diberantas. Karena dikepalanya terdapat pengait, agar terus dapat mengaitkan dirinya dalam usus manusia.

Walau orang yang menderita penyakit cacing pita, diberi obat dengan maksud untuk membunuh cacingnya, si cacing tidak akan serta merta musnah. Karena yang mati, dan lepas hanya bagian badan cacingnya saja. Sedangkan kepala cacing pita tetap hidup, dan tetap mengait di dalam usus penderita, dan selanjutnya dapat tumbuh menjadi cacing pita normal kembali.                                                   

Kalau sudah begini kondisinya sangat menyusahkan, dan merugikan. Karena makanan yang dimakan seseorang bukannya tubuh yang memanfaatkan, tetapi justru sang cacing pita yang menikmati. Akibatnya, penderita cacing pita badannya menjadi semakin kurus, tetapi perutnya buncit. Karena makanan yang dimakan-nya, sang cacing pitalah yang menikmati. Oleh karena itu Allah memberi perintah, dan petunjuk agar se-seorang tidak memakan daging babi. Atau dengan kata lain daging babi haram untuk dimakan, agar orang terhindar dari penyakit tersebut.

Tetapi yaitu, namanya manusia. Meskipun firman Allah telah menyatakan, dan  sudah dijelaskan demikian tetap saja menyangkal, atau membantah, atau ngeyel. Karena memang demikian adanya kodrat manusia, senangnya membantah apalagi yang menyampaikan orang kebanyakan seperti penulis ini. Surat Al Kahfi ayat 54. Dan sesungguhnya Kami telah mengulang - ulangi bagi manusia dalam Al Quran ini ber-macam - macam perumpamaan. Dan manusia adalah makhluk yang paling banyak membantah. 

Tetap saja mereka bersikukuh, babinya dikatakan haram. Bukan hanya itu yang dinyatakan haram, uang hasil penjualan babi pun dikatakan haram hukumnya. Bukankah pernyataan seperti itu menggambarkan kalau orang yang menyatakan sudah merasa lebih kuasa, dari Allah Swt. Tuhan Yang Maha Kuasa? Hendaklah berhati - hati bila akan melontarkan pendapat, atau pernyataan jangan sampai apa yang dinyatakan, atau dikatakan melampaui kuasa Allah.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
  4. 4
  5. 5
Mohon tunggu...

Lihat Konten Humaniora Selengkapnya
Lihat Humaniora Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun