Mohon tunggu...
Bangun Sayekti
Bangun Sayekti Mohon Tunggu... Apoteker - Sarjana, Apoteker

Pendidikan terakhir, Fakultas Farmasi Universitas Gadjah Mada Yogyakarta: Sarjana lulus November 1975, Apoteker lulus Maret 1977. Profesi Apoteker, dengan nama Apotek Sido Waras, sampai sekarang. Pensiunan Pegawai Negeri Sipil tahun 2003, dengan jabatan terakhir Kepala Dinas Perindustrian Perdagangan dan Koperasi Kabupaten Lampung Timur. Dosen Jurusan Farmasi, Fakultas MIPA Universitas Tulang Bawang Bandar Lampung, Januari 2005 sampai dengan Desember 2015.

Selanjutnya

Tutup

Humaniora

Menggapai Kebenaran Sejati

20 Agustus 2020   11:25 Diperbarui: 20 Agustus 2020   11:24 350
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Humaniora. Sumber ilustrasi: PEXELS/San Fermin Pamplona

Selamat Tahun Baru 1 Suro 1954 / 1 Muharam 1442 H, semoga keselamatan dan rahmat Allah tercurah bagi kita semua, amiin.

Dalam rangka merayakan tahun baru ini, penulis mengadakan pengajian dialogis melalui WA yang diselenggarakan pada tanggal 19 Agustus 2020, hari Rabu malam, dimulai sekitar pukul 21.00 wib sampai dengan dini hari. Dengan peserta 3 grup WA dan 4 orang peserta perorangan. Berikut obrolan pengajiannya, semoga bermanfaat.

1. Tolong menggunakan roso pangroso untuk menjawabnya. Mana yang lebih saudara percaya kebenarannya, pernyataan: ustat, kiai, penyampai risalah, ulama, ulama besar, tokoh agama, pimpinan Ormas, pimpinan parpol, atau Al Qur'an. 

Respon peserta. Semuanya menjawab Al Qur'an, bahkan ada respon sebagai berikut: Izin pak, saya percaya Al Qur'an sebagai pedoman untuk penunjuk kebenaran. Dibandingkan hanya pernyataan.

Tolong dipegang teguh, pilihan saudara. Kalau sudah yakin Al Qur'an sebagai pedoman hidup kita, mari kita tanamkan dalam hati atau roso pangroso kita, bahwa Al Qur'an hakekatnya adalah sebagai sumber dari segala sumber kebenaran. 

Dengan demikian kita harus berani meninggalkan atau tidak mengikuti, manakala ada pernyataan di medsos atau dimanapun adanya yang tidak sesuai dengan Al Qur'an, siapapun orang yang mengatakan atau menyatakannya. Mari mulai saat ini membiasakan atau membudayakan, agar melihat segala sesuatu atas dasar "apa" yang dikatakan, dan bukan atas dasar "siapa" yang mengatakan. Ok?

2. Selama ini, dimana saudara menempatkan Al Qur'an? Silahkan dijawab, sebagaimana kebiasaan selama ini, tidak usah ragu - ragu. 

Respon peserta. Bervariasi: ada yang mengatakan di almari dekat tempat tidur, di rak buku, di meja belajar, di laci meja, di hati atau di dada.

3. Tolong saudara membaca Al Qur'an a.l. surat Asy Syu'araa ayat 192, 193, 194, dan ayat 195.

 Ayat 192. Dan sesungguhnya Al Quran ini benar-benar diturunkan oleh Tuhan semesta alam,    ayat 193. dia dibawa turun oleh Ar-Ruh Al-Amin (Jibril), ayat 194. ke dalam hatimu (Muhammad) agar kamu menjadi salah seorang di antara orang-orang yang memberi peringatan, ayat 195. dengan bahasa Arab yang jelas. OK? 

4. Dari rangkaian ayat -- ayat yang saudara baca tadi, dimana sejatinya tempat Al Qur'an itu? Silahkan direspon.

Respon peserta. Tempat Al Qur'an yang sejati, di dalam hati.

5. Nah disitulah tempat Al Qur'an yang sejati, sehingga dimanapun kita berada dan beraktivitas kita selalu membawa Al Qur'an, atau dengan kata lain dimanapun kita berada dan beraktivitas selalu dinaungi Nur Illahi. Jadi yang dapat ditempatkan di sembarang tempat tadi namanya "bukan Al Qur'an", tetapi "kitab Al Qur'an". Kitab Al Qur'an adalah buku yang isinya Al Qur'an, yang tidak lain merupakan pelajaran. Surat Yasiin ayat 69. Dan Kami tidak mengajarkan syair kepadanya (Muhammad) dan bersyair itu tidaklah layak baginya. Al Quran itu tidak lain hanyalah pelajaran dan kitab yang memberi penerangan.

Jadi tidak layak bukan bila Al Qur'an hanya sekedar dibaca, dilagukan, dihafalkan an sich, tanpa mengerti artinya.  OK?

Respon peserta. Banyak yang kemudian, sekarang terjebak dengan penghapalan Al Qur'an, bahkan masuk ke kurikulum dengan target tertentu. Namun melupakan intinya yaitu mengerti makna dan dilaksanakan. Modalnya yang penting diapalkan, dibaca trus dapat pahala, padahal belum ngerti maksudnya, apalagi melaksanakan.

6. Bila kita sudah percaya dan meyakini bahwa Al Qur'an tempat sejatinya di dalam hati, lalu sudahkah dikaji makna batiniyah atau makna yang tersirat di dalamnya?

Respon peserta. Dengan menempatkan Al Qur'an yang isinya pembelajaran menuju kebenaran, maka segala yang akan kita lakukan atau yang dibicarakan pasti dituntun menuju kebenaran.

Makna batiniyah, atau makna yang tersirat, atau makna yang tersembunyi di dalamnya, adalah kebenaran yang tidak bisa diingkari lagi bahwa setiap diri manusia apapun warna kulit dan bahasanya, apapun suku bangsa dan bangsanya, terdapat di dalamnya 30 jus surat -- surat yang terdiri dari 6.666 ayat -- ayat dari Al Qur'an. Lalu, bagaimana cara menempatkan Al Qur'an di dalam hati? Ya nanti kalau belum dho ngantuk, atau kita buat pertemuan rutin lain waktu. OK?

7. Al Qur'an itu apa? Silahkan dibaca a.l. surat Al Baqarah ayat 2; surat Luqman ayat 2 dan 3. Surat Al Baqarah ayat 2. Kitab (Al Quran) ini tidak ada keraguan padanya; petunjuk bagi mereka yang bertaqwa, surat Luqman ayat 2. Inilah ayat-ayat Al Quran yang mengandung hikmat, surat Luqman ayat 3. menjadi petunjuk dan rahmat bagi orang-orang yang berbuat kebaikan,

8. Sudah yakin bukan, bahwa Al Qur'an adalah petunjuk dan atau perintah Allah? Petunjuk dan atau perintah Allah itu sifatnya abstrak, jadi bisa ditempatkan di dalam hati. Dengan demikian Al Qur'an yang sejati, tidak mungkin dapat: terjadi salah cetak, dibakar orang, dirobek orang, untuk bungkus barang, untuk membuat terompet, dan lain - lain.

Bila sudah mengerti akan hal tersebut, kita ya tidak usah ikut -- ikutan orang, kayak kejadian beberapa tahun yang lalu. Ada tulisan Arab berbunyi bismillahirrohmanirrohim pada undangan tergeletak di tanah, lalu diambil diciumi dan ditempel -- tempelkan di jidat. Dengan gampangnya orang mengatakan melecehkan Islam, gara -- gara ada orang membuat terompet dari limbah percetakan yang bertuliskan dengan huruf Arab. Coba dibayangkan: Percetakan di Arab Saudi sana, limbahnya mesti bertuliskan huruf Arab semua; Dan orang Arab yang beragama Kristen/ Katolik kalau ngomong ya mesti pakai bahasa Arab, kalau nulis ya mesti menggunakan huruf Arab, mosok njuk arep nganggo huruf Jowo.

9. Mengapa Al Qur'an diturunkan, dengan bahasa Arab?

Respon peserta. Al Qur'an diturunkan, dan diwahyukan untuk kanjeng Nabi Muhammad yang dilahirkan sebagai bangsa Arab.

Karena turunnya di tanah Arab, dan yang menerima wahyu Al Qur'an adalah nabi Muhammad, yang nota bene beliau adalah orang Arab. Dengan demikian beliau akan dapat menyampaikannya kepada kaum Arab, dengan baik dan benar. Surat Yusuf ayat 2. Sesungguhnya Kami menurunkan nya berupa Al Quran dengan berbahasa Arab, agar kamu memahaminya. Surat Az Zukruf ayat 3. Sesungguhnya Kami menjadikan Al Quran dalam bahasa Arab supaya kamu memahami(nya). 

10. Dari penggalan surat Yasiin ayat 69 menyatakan, Al Quran itu tidak lain hanyalah pelajaran dan kitab yang memberi penerangan. Lalu apa arti dari kalimat tersebut?

Respon peserta. Pedoman untuk mengamalkan kebenaran, dalam kita menempuh kehidupan.

Artinya. Agar kita selalu memperoleh penerangan dari Allah atau  agar dinaungi Nur Illahi, kita wajib mempelajari atau mengaji supaya mengerti makna batiniyah Al Qur'an, kemudian kita pergunakan sebagai pedoman pengamalan atau pedoman pelaksaan tindakan, selama kita melakoni hidup dan kehidupan diatas dunia ini. Insya-Allah selamat kita di dunia, hingga ke akheratnya kelak.

Hanya sangat disayangkan, oleh umat Islam umumnya, mempelajari atau mengaji hanya diartikan sempit, dan disama artikan dengan membaca kitab Al Qur'an dalam bahasa Arab mendapat pahala sebagai bekal masuk sorga, walau tidak mengerti artinya tidak apa apa, kata orang. Bahkan ada pernyataan yang lebih ekstrim lagi, bila ada anaknya yang hafal Al Qur'an bisa sebagai jaminan untuk orang tuanya masuk sorga. Tanpa mau kros cek kebenarannya, langsung dilaksanakan tanpa berpikir panjang lagi.

Mari dikaji dengan roso pangroso. Benarkah mengaji yang dimaknai hanya dengan membaca kitab Al Qur'an dalam bahasa Arab, mendapat pahala, atau hadiah, atau ganjaran, atau gift, walau tidak mengerti artinya? Iya pasti mendapat pahala dari Allah Yang Maha Pengasih, bagi orang yang membaca tulisan Arab dari kitab Al Qur'an itu. Apa pahalanya? Pahalanya, ya pintar membaca tulisan Arab itu. Jangan mengharap pahala berupa sorga, itu namanya harapan yang jauh tak terhingga dan hampa belaka ............ sudah lintas batas, atau salin alam, atau ganti alam.

Respon peserta. Kasinggihan... Pepatah Jawa yang singkat tapi mendalam yg menyangkut tindakan dalam menempuh kehidupan yaitu "sing nandur,  bakal ngunduh". Al Qur'an memberikan tuntunan agar kita menanam kebaikan agar bisa ngunduh kebaikan.

Kita diciptakan sebagai makhluk yang paling sempurna, diantara makhluk -- makhluk lain ciptaan Allah. Mestinya harus berpikir dengan akal sehat, dan bertanya kepada diri sendiri. Setelah saya bisa membaca tulisan Arab, lalu akan saya pergunakan untuk apa? Tetapi karena sudah terlanjur percaya atau saking percayanya kepada orang dengan predikat: ustat, kiai, penyampai risalah, ulama, ulama besar, tokoh agama, pimpinan Ormas, pimpinan parpol, ya sudah gak usah dipikir pasti dapat pahala masuk sorga. Tidak terpikir lagi untuk mengembalikan kepada Al Qur'an yang merupakan kebenaran hakiki, dan yang dapat kita katakan sebagai sumber dari segala sumber kebenaran. 

Untuk membuktikan kebenarannya, mari kita kembalikan kepada Al Qur'an. Mari kita gunakan akal sehat, karena hanya orang yang berakallah yang dapat menerima pelajaran. Surat Az Zumar ayat 9. (Apakah kamu hai orang musyrik yang lebih beruntung) ataukah orang yang beribadat di waktu-waktu malam dengan sujud dan berdiri, sedang ia takut kepada (azab) akhirat dan mengharapkan rahmat Tuhannya? Katakanlah: "Adakah sama orang-orang yang mengetahui dengan orang-orang yang tidak mengetahui?" Sesungguhnya orang yang berakallah yang dapat menerima pelajaran. Surat Az Zumar ayat 18. yang mendengarkan perkataan lalu mengikuti apa yang paling baik di antaranya. Mereka itulah orang-orang yang telah diberi Allah petunjuk dan mereka itulah orang-orang yang mempunyai akal.

Kita dapat membaca tulisan Arab dari kitab Al Qur'an, tetapi tidak tahu artinya. Mungkinkah kita dapat melaksanakan Al Qur'an, yang nota bene adalah perintah dan petunjuk Allah? Tidak mungkin. Artinya kita sebagai orang yang bisa berkata, tetapi tidak mengerjakan apa yang dikatakan itu, iya to? Namun demikian kalau menurut orang -- orang tadi, ya tetap akan mendapat pahala dan masuk sorga.

Lalu bagaimana menurut Al Qur'an? Kalau menurut Al Qur'an, orang yang berkata tetapi tidak mengerjakan, termasuk orang yang dibenci Allah. Lalu ganjarannya atau pahalanya???? Silahkan disimpulkan sendiri.

Surat Ash Shaff ayat 2. Wahai orang-orang yang beriman, kenapakah kamu mengatakan sesuatu yang tidak kamu kerjakan? Surat Ash Shaaf ayat 3. Amat besar kebencian di sisi Allah bahwa kamu mengatakan apa-apa yang tidak kamu kerjakan.

Setelah mengetahui hal tersebut, apakah kebiasaan selama ini dengan membaca kitab Al Qur'an dalam bahasa Arab akan diteruskan, itu adalah hak prerogatif setiap orang. Mau diteruskan, ya monggo. Tetapi kalau penulis boleh memberi saran, seyogyanya mengikuti apa yang dikatakan Al Qur'an, insya-Allah selamat di dunia hingga ke akherat kelak.

Respon peserta. Nggih, temtu kita sedaya nggayuh supados slamet donya akhirat.. matur nuwun pencerahanipun, yang dalam bahasa Indonesianya: Iya, tentu kita semua ingin menggapai agar selamat di dunia dan di akherat.. terima kasih pencerahannya.

Matur nuwun untuk sangunya menghadapi tahun-tahun ke depan. Nyuwun pangestu, semoga kita semua pinaringan sehat, rezeki lumintu, guyup rukun, berkah bagi semua, amiin.

11. Bagaimana cara menggapai kebenaran sejati? Dilanjutkan lain waktu, karena sudah dini hari.

Sekian terima kasih.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
  4. 4
Mohon tunggu...

Lihat Konten Humaniora Selengkapnya
Lihat Humaniora Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun