Mohon tunggu...
Bangun Sayekti
Bangun Sayekti Mohon Tunggu... Apoteker - Sarjana, Apoteker

Pendidikan terakhir, Fakultas Farmasi Universitas Gadjah Mada Yogyakarta: Sarjana lulus November 1975, Apoteker lulus Maret 1977. Profesi Apoteker, dengan nama Apotek Sido Waras, sampai sekarang. Pensiunan Pegawai Negeri Sipil tahun 2003, dengan jabatan terakhir Kepala Dinas Perindustrian Perdagangan dan Koperasi Kabupaten Lampung Timur. Dosen Jurusan Farmasi, Fakultas MIPA Universitas Tulang Bawang Bandar Lampung, Januari 2005 sampai dengan Desember 2015.

Selanjutnya

Tutup

Humaniora Pilihan

Menghindari Berpikir Melampaui Kuasa Allah (2)

13 November 2018   06:33 Diperbarui: 13 November 2018   07:04 408
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Humaniora. Sumber ilustrasi: PEXELS/San Fermin Pamplona

Bangkai. Secara garis besar, binatang baik besar maupun kecil, kandungan utamanya adalah protein dan lemak, disamping mineral dan air. Pada saat binatang masih ketempatan dzat hidup yang artinya binatang tadi masih hidup, dia mempunyai karakteristik bau atau aromanya masing -- masing. Sehingga aroma kambing, berbeda dengan aroma sapi. 

Demikian pula aroma Unta, juga berbeda dengan aroma kuda, dan lain - lain. Kecuali itu, bahan makanan dari daging tersebut, merupakan bahan makanan yang baik dan sangat dibutuhkan bagi kehidupan di alam ini; Bukan saja dibutuhkan bagi kehidupan manusia, tetapi juga dibutuhkan bagi kehidupan bakteri. 

Binatang, meskipun saat hidupnya memiliki bau atau aroma spesifik yang berbeda - beda, tetapi aroma tadi akan menjadi sama manakala binatang tadi sudah ditinggalkan dzat hidupnya alias mati. Binatang yang telah mati, selang beberapa saat saja sudah tercium aroma yang tidak sedap, karena sudah kehilangan daya tangkal untuk melindungi dirinya. 

Sehingga tubuh binatang yang telah mati termasuk manusia tentunya, dengan mudahnya diuraikan oleh bakteri pembusuk menjadi unsur -- unsur pembentuknya. Akibatnya, meskipun binatang saat hidupnya mempunyai aroma yang berbeda-beda, namun setelah mati akan mempunyai aroma yang sama, yaitu aroma atau bau busuk sebagai akibat dari penguraian bangkai binatang tadi oleh bakteri pembusuk.  

Dari uraian tadi, mudah -- mudahan dapat dipahami bahwa di dalam bangkai binatang sudah dihuni oleh bakteri. Di jagat raya ini, bakteri dapat  di kelompokan menjadi 2, yaitu kelompok bakteri tidak jahat atau bakteri apathogen, artinya kelompok bakteri yang tidak menyebabkan penyakit. Dan kelompok bakteri jahat atau bakteri pathogen, artinya kelompok bakteri yang dapat menyebabkan penyakit. Jadi dapat dibayangkan betapa berbahayanya, kalau sampai bangkai binatang tadi dimakan. Sudah pasti dan tidak dapat dipungkiri lagi, bakteri pathogen akan terbawa masuk kedalam tubuh, dan akan dapat menyebabkan sakit bagi yang memakannya.

Oleh karena itu Allah memberi petunjuk dan sekaligus perintah, bahwa memakan bangkai diharamkan. Atau dengan kata lain memakan bangkai dilarang, karena kalau dimakan akan menyebabkan sakit bagi yang memakannya. Ini sebagai bukti bahwa Allah selalu memelihara manusia, yang nota bene manusia adalah kholifah-Nya dimuka bumi.

Betapa elok dan sehatnya bila manusia yang nota bene adalah khalifah Allah dimuka bumi ini, dapat berkiprah atas dasar sifat dan kehendak-Nya. Namun sangat disayangkan, justru kiprah manusia masih banyak yang bertolak belakang dengan sifat dan kehendak-Nya. Betapa tidak, di satu sisi Allah selalu memelihara manusia agar terhindar dari penyakit, dengan mengharamkan memakan bangkai; Disisi lain manusia dengan pongahnya justru menebar penyakit, hanya karena ingin mendapat keuntungan lebih besar. Apakah si manusia tadi, sudah merasa lebih kuasa dari Yang Maha Kuasa?

Hukum pasar mengatakan, manakala pasokan barang melebihi kebutuhan, maka harga barang dimaksud akan turun. Sebaliknya manakala pasokan barang lebih rendah dari kebutuhan, akan berakibat harga barang dimaksud akan naik. Oleh karena itu pada saat harga daging ayam naik, sering terdengar penjualan daging ayam tiren yang artinya ayam mati kemaren.

 Bagi penjualnya akan merasa senang karena memperoleh keuntungan lebih besar, tetapi harus diingat bahwa perbuatan tersebut sama saja dengan menipu diri sendiri dan orang lain, serta menebarkan bibit penyakit. Mengapa? Karena ayam tiren yang maksudnya adalah ayam mati kemaren, sudah termasuk dalam kategori bangkai.

Hendaklah si penjual tidak merasa bangga, dan beranggapan bahwa perbuatannya tidak ada yang tahu. Anggapan yang demikian tadi, sesungguhnya tidak mengandung kebenaran sama sekali, dan justru sangat berat pertanggung-jawaban akhirnya. Karena meski tidak diketahui oleh pembeli dan orang lain, tetapi perbuatan orang tadi tetap ada yang tahu yaitu oleh Allah Tuhan Yang Maha Tahu. Oleh karena itu, hendaklah orang selalu ingat dan waspada terhadap apapun yang akan dikerjakannya, mengingat Allah selalu bersamanya, dimanapun dia berada sebagaimana difirmankan dalam ayat berikut.

Surat Al Hadiid ayat 4.  Dialah yang menciptakan langit dan bumi dalam enam masa: Kemudian Dia bersemayam di atas arsy Dia mengetahui apa yang masuk ke dalam bumi dan apa yang keluar daripadanya dan apa yang turun dari langit dan apa yang naik kepada-Nya. Dan Dia bersama kamu di mana saja kamu berada. Dan Allah Maha Melihat apa yang kamu kerjakan

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
  4. 4
Mohon tunggu...

Lihat Konten Humaniora Selengkapnya
Lihat Humaniora Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun