Mohon tunggu...
Abdullah Muzi Marpaung
Abdullah Muzi Marpaung Mohon Tunggu... Dosen - Seorang pejalan kaki

Tak rutin, tapi terus...

Selanjutnya

Tutup

Puisi

Puisi | Puasa

24 Mei 2019   06:16 Diperbarui: 24 Mei 2019   06:30 23
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Puisi. Sumber ilustrasi: PEXELS/icon0.com

tersaksikan gelandangan mencopet di pasar, dan kami cuma diam.

Tak kutahu apa bakal Kau kutuk kami, lantaran kekal dengan

duka sendiri, hingga acuh pada lingkungan, lupa dunia yang malang.

Engkaulah Yang Mahatahu Perhitungan, Engkaulah Yang Maha Memecahkan.

Kepadamu doa-doa latah kami panjatkan.

Ampunkan!

 3

Kami berpuasa abad ini, seperti dulu dikerjakan leluhur

dan nabi. Tapi puasa kami penuh pertikaian, tak sejuk

sebagaimana diwariskan. Di hati, napsu-napsu tak terkendali

mulut memakan daging saudara sendiri.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
Mohon tunggu...

Lihat Konten Puisi Selengkapnya
Lihat Puisi Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun