1
Puasa orang-orang miskin yang lapar, tidak nunggu maghrib
tidak nongkrong di rumah, melainkan menggelinding di jalan
mencungkil kehidupan, didesak kebutuhan. Punya mereka puasa
kebutuhan. Bukan barang suci, bukan untuk cuci hati. Sebab
hati mereka sudah dirampas nasib yang melas.
Akan sanggupkan kita membagi hati jadi milik bersama?
Â
2
Tak kutahu, apa bakal Kau terima puasa kami yang rela.
Sebab telah terdengar tangis bocah kelaparan, telah
tersaksikan gelandangan mencopet di pasar, dan kami cuma diam.
Tak kutahu apa bakal Kau kutuk kami, lantaran kekal dengan
duka sendiri, hingga acuh pada lingkungan, lupa dunia yang malang.
Engkaulah Yang Mahatahu Perhitungan, Engkaulah Yang Maha Memecahkan.
Kepadamu doa-doa latah kami panjatkan.
Ampunkan!
 3
Kami berpuasa abad ini, seperti dulu dikerjakan leluhur
dan nabi. Tapi puasa kami penuh pertikaian, tak sejuk
sebagaimana diwariskan. Di hati, napsu-napsu tak terkendali
mulut memakan daging saudara sendiri.
Kami saling menjatuhkan, lantaran mabuk kemenangan.
Kami berusaha menjatuhkan, sebab takut dijatuhkan.
Tuhan. BagiMu tak ada satupun rahasia.
Dalam kebingungan menentukan kebaikan
Engkaulah cahaya terang.
Kami berpuasa abad ini
dan Kau Maha Ngerti niat kami.