Mohon tunggu...
Bang Casman
Bang Casman Mohon Tunggu... Lainnya - Anak betawi yang belajar menulis

Akun ini digunakan untuk saling berbagi apapun yang bermanfaat dan untuk peningkatan kompetensi bersama.

Selanjutnya

Tutup

Cerpen

Tak Kenal Maka... Ta'aruf

1 Januari 2021   09:35 Diperbarui: 1 Januari 2021   09:46 398
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Cerpen. Sumber ilustrasi: Unsplash

Keteduhan masjid ini memayungiku sedari tadi, membersamai kelembutan suara tilawah lirih yang berpadu dengan hembusan angin yang malu hingga mencipta sebuah melodius yang begitu religius. Lantai yang dingin menghancurkan segala amarah, gundah serta rasa menyerah dan menggantikannya dengan sikap pasrah pada yang Maha Indah.  Aku memilih bersandar di salah satu tiang masjid bagian luar, menikmati kesegaran angin yang bercanda dan mengembalikan tulang-tulangku pada posisinya.

Sebuah kumpulan cerpen dengan cover warna biru menemaniku. Entah mengapa aku selalu suka warna ini, sesekali pandangku menyapu sekitar masjid ini. Pepohonan yang ceria bergoyang tak kuasa menahan godaan angin, berdiri kokoh diantara rerumputan yang menghijau. Para pedagang yang berbaris rapi di gerbang masuk tempat ini dan… Mereka.

Mereka yang selalu membuat hatiku berdebar tak menentu. Dua insan muda yang selalu menampakan kebahagiaan dan keceriaan di wajahnya, senyuman bahagia yang menambah keindahan tiap kali kehadirannya mewarnai tempat ini. Bahkan kadang ada beberapa pasangan muda lainnya yang menggandeng seorang anak kecil dengan wajah polos tanpa dosa, tanpa beban, dan tanpa guratan rasa takut. Suasana yang mampu membuat jiwaku bergolak, hatiku tak bisa menolak bahwa aku ingin seperti mereka. Melukis sebuah rasa yang bernama cinta, menyatukan dua hati dalam ikatan keluarga. Beeuuh.. Kalau sudah seperti ini kadang aku hanya bisa tersenyum sendiri sambil membayangkan bagaimana kisah cintaku nanti.

Seketika lagu “Galau” dari Tim Nasyid Suara Persaudaraan mencandai hayalku yang sedang terbang tinggi. Itulah mengapa aku sangat suka sekali duduk berlama di masjid ini, masjid yang penuh ketenangan, masjid yang sejak aku SMU menjadi tempat persinggahan utamaku, masjid yang mulai memberikanku rasa cinta. Di Masjid Ukhuwah Islamiyah Kampus UI Depok hatiku tertambat.

30 menit sudah berlalu sejak jamaáh menyelesaikan sholat dzuhur. Hari ini aku berjanji bertemu dengan temanku, Wahyudin. Amplop warna coklat berukuran besar masih tersembunyi rapi di dalam tas punggungku. Aku harus menyerahkannya pada Wahyudin hari ini. Dua minggu lalu aku bercengkrama dengan dia, berbicara seputar masalah bisnis yang akan kami jalani sampai akhirnya masuk ke ranah pembahasan masa depan. Aku hanya bisa tersenyum bila mengingat pertemuan terakhirku dengannya di masjid ini. Senyumku mengantarkan hayalku kembali ke hari itu.

---o0o---

“ Bro, pasangan-pasangan muda itu bahagia banget yaa..” Ucapku memecah keheningan yang ada.

“ Iya lah bro.. Mereka kan sudah mengenapkan agamanya. Dengan menikah mereka menjadi lebih kuat dan saling melengkapi satu sama lain” jawab Wahyudin singkat.

Aku tak begitu memperhatikan jawaban Wahyudin karena bagiku pandangan di depanku sudah menjawab semuanya. Tiba-tiba aku berkata lirih

“ Bro.. kayaknya gw dah siap” kalimatku terhenti di situ.

“Siap apa.. eeehmm?” balasnya diakhiri suara yang membuatku agak ragu memberikan jawaban selanjutnya.

“ Yaa siap seperti mereka” tukasku.

“Menikah?” godanya lagi.

“ Iya lah apalagi “ kali ini jawabku pasti.

“ Yaa udah loe lamar aja “ katanya.

“Siapa” kali ini dahiku berkontribusi membuat beberapa garis sejajar.

“ Pacar loe lah.. Calon istri “ Wahyudin memperjelas kata-katanya. Hampir aku jitak si Wahyudin ini, posisi jari-jariku sudah mengincar sasaran dengan pas. Wahyudin adalah sahabatku sejak SMU dan dia tahu bahwa aku tak mau pacaran. Pernah sih waktu SMP demen-demenan yang orang bilang Cinta Monyet, akhirnya cinta gak jelas jadilah kita monyetnya. Hehehe.

“ Loe tau gw gak pacaran bro.. “ jawabku.

“ Terus gimana?? Mau gw cariin?  Cepe duuluuu Den“ godanya dengan  gaya Pak Ogah.

Aku hanya tertawa, tidak jadi menjitak kepalanya.

“ Iya lah saudaraku yang kereeen. Temanmu ini Insya Alloh sudah siap. Kita sama-sama tahu kah, kalau sudah siap hukumnya menjadi wajib. Kalau loe gak mau membantu maka loe ikut berdosa” jawabku menahan senyum tapi dengan tatapan serius.

“ Insya Alloh gw bantu bro. Dua minggu lagi kita ketemu di sini lagi yaa. Minggu depan gw ujian” jawabnya.

“Siap kumendan.. terus apa yang perlu gw siapkan??”

“Biodata loe aja nanti contohnya gw kasih. Sama foto loe yang kereen setengah badan dan seluruh badan. Jangan pakai kamera 360 yaa.. hehehe. Nanti kasih ke gw aja, selebihnya gw yang melanjutkan tugasnya. By the way  loe ada permintaan khusus kriteria gak calon loe seperti apa yang dinginkan ” tanyanya.

“Gak bro.. tapi gw sih dari dulu pingin punya pasangan mahasiswi UI kayaknya adem banget kayak masjid ini”

“lebay loe ah.. tapi gw catat dan gw sampaikan keinginan loe.”

“Jazakallohu khoyron katsiroo brother “ ucapan terima kasihku padanya dengan sumringah.

“wa anta fajazakallohu khoyron katsiroo bro”

---o0o---

“Assalamuálaikum bro” tetiba Wahyudin hadir menarikku kembali ke dunia nyata setelah beberapa saat terbuai dalam dunia hayal.

“Waálaikumussalaam warohmatullohi wa barokaatuh”

“Ahlan wa sahlan yaa akhi Wahyudin “ sapaku sambil menggodanya.

“Ahlan bika, mulai deh kalau ada maunya lembuut banget menyapa gw. Udah bawa Biodatanya?” langsung aja Wahyudin bertanya ke pokok pembicaraan.

“Bawa lah bro, lengkap beserta foto kerennya. Tolong dijaga baik-baik foto-foto gw yaa” jawabku sambil mengeluarkan amplop coklat besar berisi biodata kepada Wahyudin.

Wahyudin meneliti satu persatu berkas tersebut bagai notaris yang akan menyiapkan surat untuk pembagian waris.

“Gimana lengkap kan?” tanyaku memastikan

“Iya lengkap. Yaa udah ini gw bawa dulu nanti gw titip ke bidang keputrian. Gw ada ujian dadakan jadi gak bisa lama-lama. Kalau mau traktir nanti aja“ katanya sambil memasukan biodataku ke dalam tas ranselnya dan bersiap pergi.

“Bro.. kapan jawabannya gw terima ?” tanyaku.

“Tunggu aja. Belum tentu juga ada yang minat sama loe.. hehehe. Assalaamuálaikum” katanya sambil nyengir dan bersegara beranjak dari masjid menuju fakultas tehnik tempat kuliahnya.

“Waálaikumussalaam warohmatullohi wa barokaatuh” jawabku lirih ditinggalkan sendiri oleh Wahyudin.

Kembali hayalku berhasil menarikku kealam maya dan bercanda disana. Pikirku mencoba membayangkan seperti apa bidadari syurga yang Alloh siapkan sebagai pendampingku nanti. Akhirnya kembali aku hanya bisa tersenyum sendiri dan berdoa memohon yang terbaik pada Alloh.

---o0o---

Detik demi detik berlalu penantianku di ujung waktu, menunggu sebuah jawaban adakah dia kan hadir untuk mengisi hari-hariku. Bermanja dalam kebahagiaan, saling menguatkan dalam perjuangan, dan melangkah bersama menuju Jannah. Hari ke-10 sebuah pesan singkat masuk ke gawaiku.

“Bro kita ketemu sore ini di masjid UI yaa, jangan lupa bawa cemilan buat gw”

Akupun merapat sesuai waktu yang di janjikan. Kami sholat ashar bersama dan selanjutnya duduk berbincang di pelataran masjid bagian utara.

“Bro, nih udah ada jawaban.  Akhirnya ada juga yang mau kenalan sama loe” katanya  dan  menyerahkan sebuah amplop coklat besar berisi biodata seorang akhwat.

“Boleh gw buka bro?” kataku dengan sedikit agak bergetar. Yaa Alloh deg-degan banget gw yaa. Sambil tetap berkomat kamit memohon yang terbaik pada Alloh.

“Sesuai harapan lw tuh. Anak UI,  tapi bukan UI Depok yaa” tegasnya.

“Maksud loe??” lanjutku bertanya sambal mengernyitkan dahi.

“ Dia dari Fakultas Kedokteran UI Salemba. Kan UI juga bro ” Wahyudin menjelaskan.

“Ooooo..”Cuma itu responku dan kembali fokus pada biodata di depanku.

Hatiku luar biasa gembira mendapat jawaban ini, segera aku bertanya pada sahabat di depanku ini.

“ What is the next step brother ?”

“Taáruf” jawabnya singkat.

“Taáruf ??” tanyaku

“Iya perkenalan dan pendalaman data sehingga bisa ditentukan apakah perkenalan ini dilanjutkan ke langkah selanjutnya atau tidak. Yakin dah siap kan Bro?” godanya.

“Insya Alloh siap Brother” jawabku mantap.

“Kapan??” tanyaku lagi.

“Nanti gw atur dengan pihak akhwatnya dulu” jawab Wahyudin lugas.

“Siap kumendan” 

---o0o---

Hari yang di tentukanpun tiba. Waktu pertemuan telah di tentukan hari dan jamnya. Motorku berkejaran dengan waktu agar tidak terlambat. Maklum Jakarta Selatan terkenal macet dan tempat pertemuan kami adalah di rumah salah satu rekannya yang sudah berkeluarga.  

Untuk hari ini aku memakai baju biru terbaikku, maklum berharap mendapat yang terbaik juga. Taáruf pun dimulai. Pertanyaan seputar diri, keluarga, kegiatan, dan hal lain yang di anggap penting. Salah satu informasi penting yang aku dapat saat taáruf itu adalah ternyata dia tinggal tidak jauh dari rumahku, satu kelurahan tetapi hanya beda RW. Gubraak.. Kemana aja aku selama ini.

Kalau diurutkan maka proses yang kujalani sebagai berikut, menyerahkan Biodata di UI depok, mendapat jawaban akhwat dari FKUI Salemba, Taáruf di Jakarta Selatan, dan ternyata dia tetangga. Jodoh itu memang unik, tapi misterinya sungguh asyik. Aku hanya bisa tersenyum mengingatnya bersama serangkaian syukur yang kupanjatkan pada Sang Maha Kuasa atas segala anugerah yang kuterima.

Kuserahkan Cintaku pada Alloh

Dia serahkan Cintanya pada Alloh

Dan Alloh mempertemukan Cinta kami berdua dalam genggamanNya

Hey  Kamu, bidadari syurgaku. Catat yaa..  Aku Mencintaimu karena Alloh 💓

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
  4. 4
  5. 5
  6. 6
Mohon tunggu...

Lihat Konten Cerpen Selengkapnya
Lihat Cerpen Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun