Mohon tunggu...
Ardi Bagus Prasetyo
Ardi Bagus Prasetyo Mohon Tunggu... Guru - Praktisi Pendidikan
Akun Diblokir

Akun ini diblokir karena melanggar Syarat dan Ketentuan Kompasiana.
Untuk informasi lebih lanjut Anda dapat menghubungi kami melalui fitur bantuan.

Seorang Guru Muda, ASN, lulusan Universitas Mulawarman tahun 2020, Pendidikan, Biografi, sepakbola, E-sport, Teknologi, Politik, dan sejarah Indonesia.

Selanjutnya

Tutup

Pendidikan Artikel Utama

Ketika Sekolah dan E-sports Dihadapkan dalam Situasi Dilematis

26 September 2022   08:00 Diperbarui: 28 September 2022   15:45 1117
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Ilustrasi bermain game PC. (Dok. Shutterstock via kompas.com)

Salah satunya adalah tentang arah esport ke depan dibuka di sekolah. Lagi-lagi sekolah perlu mengadakan sosialisasi dan pertemuan kepada seluruh stakeholder guna terciptanya pembinaan esport yang baik dan berkelanjutan.

Sekolah dapat mencoba beberapa kebijakan dengan mengadakan semacam survei terkait antusiasme siswa dan orang tua terkait esport. 

Dengan membuka jalan dialog bersama orang tua peserta didik sekaligus memberikan edukasi terkait esport maka kita akan mendapatkan beberapa hal yang tak hanya negatif tentang esport khususnya bagi peserta didik. 

Pada dasarnya setiap hal yang berkaitan dengan pengembangan minat dan cita-cita anak pasti ada alasan mengapa itu perlu dilakukan. 

Memberikan gambaran jangka panjang, memberikan keluwesan dalam memahami seluk beluk teknologi melalui video game, hingga memfasilitasi anak agar dapat menjalankan minat dan bakat sesuai kemampuannya termasuk dalam ranah esport sekalipun.

Beda Zaman Beda Kebijakan

Kompetisi esports pelajar.  (sumber: radarbali.jawapos.com)
Kompetisi esports pelajar.  (sumber: radarbali.jawapos.com)

Sering kali masalah ketertutupan dalam menerima perkembangan dan kemampuan beradaptasi terhadap kemajuan zaman terjadi dikarenakan kurangnya memelajari dan menganalisis masalah sesuai dengan situasi. 

Tak ada yang menyalahkan jika kita yang lahir di tahun 60-an hingga 70-an hidup dalam keterbatasan. Tak terakomodasinya keinginan dan minat dengan sarana penunjang sering menjadi alasan klasik mengapa kita terbatas dalam rangka adaptasi zaman. 

Beda cerita dengan anak yang hidup di era zillenial, mereka cenderung difasilitasi dan didukung oleh keadaan serta latar belakang keluarga yang mumpuni. 

Akan tetapi belajar tanpa guru dan pembimbing juga dapat membahayakan. Maka dari itu, sudah sepatutnya kita sebagai generasi pendidik maupun orang tua memhami kemauan anak dengan catatan tetap memberikan rambu-rambu sembari mengawasi agar minat dan harapan serta proses dapat berjalan dengan baik.

#SalamLiterasi

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
  4. 4
Mohon tunggu...

Lihat Konten Pendidikan Selengkapnya
Lihat Pendidikan Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun