Komitmen tersebutlah yang banyak ditunjukkan sebagian besar sekolah swasta semisal SMAS Budi Bakti Samarinda yang sekitar dua bulan lalu mampu mewakili Samarinda dalam ajang Playoffs UB-Mabar National Championship.Â
Beberapa sekolah swasta di Indonesia yang berhasil memajukan esport dalam bagian pengembangan pendidikan yakni SMA 1 PSKD, Bina Bangsa, SMA 1 Taman Madya 1 Jakarta, dan masih banyak lagi.Â
Yang lebih mencengangkan lagi, ada beberapa sekolah yang berani mengambil langkah atau kebijakan dengan memasukkan esport dalam sistem kurikulum di sekolah. Namun tentu saja, bukan hanya sekedar memasukkan.Â
Melainkan juga mengadakan pembinaan, seminar, hingga menyediakan sarana bootcamp atau TC bagi para atlet pelajar esport.Â
Alih-alih mengikuti rekam jejak sekolah berbasis swasta, beberapa sekolah berbasis negeri justru mengeluarkan kebijakan yang beragam.Â
Ada yang mulai mengadakan pembinaan intens dan serius kepada para pelajar yang serius ingin menjadi atlet esport, ada pula yang tak menerima hingga sekedar ikut-ikutan tanpa pernah mengetahui apa nilai edukasi serta manfaat dampak buruk serta cara meminimalisasinya.Â
Sekolah berbasis negeri cenderung tak menerima masuknya esport dengan alasan bahwa esport hanya akan menurunkan semangat belajar, menggeser budaya dan lain sebagainya.
Beberapa alasan tersebut memang dapat diterima dan sangat mungkin terjadi, namun kita juga perlu memelajari dan memahami apa yang harusnya menjadi keinginan dan minat anak atau peserta didik sembari sekolah mencoba memfasilitasi dan mengakomodasi apa kebutuhan mereka.Â
Sistem Pembinaan yang Perlu Disosialisasikan
Alasan berikutnya adalah sistem pembinaan yang belum terarah. Sering terjadi sekolah justru mengeksekusi sebuah kebijakan justru tanpa memikirkan dan memperkirakan pertimbangan apa yang nanti akan dihadapi.Â