Mohon tunggu...
T. Astari
T. Astari Mohon Tunggu... Freelancer - -

Seorang bibliophile yang sedang dalam proses menulis, ingin menjelajahi pengalaman, belajar, dan berkembang.

Selanjutnya

Tutup

Worklife Pilihan

Multitasking: Kemampuan yang Dituntut dan Dilematis

22 Maret 2024   10:33 Diperbarui: 26 Maret 2024   11:47 80
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Generated with AI (www.bing.com)

Aku bukan tipe orang yang terlahir multitasking. Dulu, aku selalu fokus pada satu hal, menyelesaikannya dengan tuntas, baru beralih ke hal lain. Tapi, perjalanan hidupku perlahan mengubah kebiasaan itu. Tuntutan pekerjaan yang bertumpuk, deadline yang mepet, dan berbagai tanggung jawab lainnya memaksaku untuk belajar multitasking. Awalnya, aku merasa kewalahan. Aku seringkali membuat kesalahan dan tidak fokus pada satu hal. Tapi, seiring waktu, aku mulai terbiasa. Aku belajar bagaimana membagi waktu dan perhatianku dengan efektif. Aku juga belajar bahwa multitasking tidak selalu tentang menyelesaikan banyak hal dalam waktu bersamaan. Kadang-kadang, multitasking berarti fokus pada beberapa hal secara bergantian, dengan tetap menjaga kualitas dan ketepatan waktu.

Sebagai perempuan, aku sering mendengar bahwa perempuan memiliki kelebihan dalam multitasking. Katanya, perempuan terlahir dengan kemampuan untuk menyeimbangkan berbagai peran dan tanggung jawab. Aku tidak yakin apakah ini benar secara ilmiah. Tapi, aku merasakan sendiri bahwa aku memiliki kemampuan untuk beradaptasi dengan berbagai situasi dan menyelesaikan berbagai tugas. Aku tidak mengatakan bahwa multitasking selalu mudah. Ada kalanya aku merasa lelah dan frustrasi. Tapi, aku belajar bahwa multitasking adalah sebuah keterampilan yang bisa dipelajari dan dilatih.

Benarkah Perempuan Lebih Jago Multitasking?
Sebuah studi menunjukkan bahwa ada pandangan umum yang menyatakan bahwa perempuan lebih unggul dalam multitasking. Studi sebelumnya menggunakan paradigma multitasking konkuren (melakukan beberapa tugas secara bersamaan) atau berurutan (melakukan beberapa tugas secara bergantian) dengan hasil yang beragam. Salah satu studi meneliti apakah laki-laki lebih baik dalam multitasking konkuren dan perempuan lebih baik dalam beralih tugas. Hasil menunjukkan bahwa laki-laki memiliki biaya multitasking konkuren yang lebih kecil (lebih efisien) dan tidak ada perbedaan gender dalam biaya multitasking berurutan. Studi lain menunjukkan bahwa laki-laki lebih berpengalaman dalam multitasking video game, sementara perempuan lebih berpengalaman dalam multitasking musik, pesan instan, dan berselancar di web. Perbedaan gender dalam kinerja multitasking konkuren sepenuhnya dijelaskan oleh perbedaan kecepatan pemrosesan.

Dilema Multitasking
Meskipun multitasking umum di tempat kerja dan rumah, sebuah studi menunjukkan bahwa itu tidak efektif untuk produktivitas. Multitasking dapat menyebabkan penurunan fokus dan konsentrasi, peningkatan kesalahan, peningkatan stres dan kelelahan dan penurunan kualitas kerja. Namun, karena tuntutan tempat kerja dan rumah, multitasking menjadi penting terutama bagi perempuan dengan tanggung jawab profesional dan domestik. Meskipun perempuan melakukan multitasking lebih banyak dan dianggap lebih baik, multitasking dapat menurunkan produktivitas dan meningkatkan kesalahan.

Menemukan Keseimbangan
Sebagai perempuan yang dituntut untuk multitasking, aku terus belajar untuk menemukan keseimbangan. Aku berusaha untuk:

  • Menetapkan prioritas: Menentukan mana yang paling penting dan fokus menyelesaikannya terlebih dahulu.
  • Membagi waktu dengan efektif: Membuat jadwal dan mematuhinya.
  • Mengurangi gangguan: Mematikan notifikasi ponsel dan email saat fokus pada satu tugas.
  • Istirahat yang cukup: Mengambil jeda untuk menyegarkan pikiran dan tubuh.

Multitasking merupakan sebuah keterampilan yang bisa dipelajari dan dilatih. Namun, penting untuk diingat bahwa multitasking tidak selalu efektif dan dapat berdampak negatif pada produktivitas dan kesehatan. Menemukan keseimbangan antara fokus dan multitasking adalah kunci untuk mencapai kesuksesan dan kebahagiaan.

Referensi:

Guramatunhu-Mudiwa, P., & Cherry, J. B. (2023). Women and Multi-tasking: Strategy or pitfall for Career Advancement? Advancing Women in Leadership Journal, 42, 80–87. https://doi.org/10.21423/awlj-v42.a331

Lui, K. F., Yip, K. H., & Wong, A. C.-N. (2021). Gender differences in multitasking experience and performance. Quarterly Journal of Experimental Psychology, 74(2), 344–362. https://doi.org/10.1177/1747021820960707

Stoet, G., O’Connor, D. B., Conner, M., & Laws, K. R. (2013). Are women better than men at multi-tasking? BMC Psychology, 1(1), 18. https://doi.org/10.1186/2050-7283-1-18

Szameitat, A. J., Hamaida, Y., Tulley, R. S., Saylik, R., & Otermans, P. C. J. (2015). “Women Are Better Than Men”–Public Beliefs on Gender Differences and Other Aspects in Multitasking. PLOS ONE, 10(10), e0140371. https://doi.org/10.1371/journal.pone.0140371

Mohon tunggu...

Lihat Konten Worklife Selengkapnya
Lihat Worklife Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun