Mohon tunggu...
Band
Band Mohon Tunggu... Supir - Let There Be Love

(PPTBG) Pensiunan Penyanyi The Bee Gees

Selanjutnya

Tutup

Politik Pilihan

Jalan Satu Putaran Berkedip di Kota Solo?

23 Mei 2023   11:09 Diperbarui: 23 Mei 2023   11:15 161
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Pertemuan Prabowo Subianto, dengan Gibran Rakabuming Raka,di Omah Semar, Solo (19/5/2023)(KOMPAS.COM/Fristin Intan Sulisty)

Walikota Gibran menyambut Prabowo dengan makan malam di rumah Semar. Entah ini keberapa kali Prabowo Subianto masuk ke kota Solo. Malam itu hadir relawan Gibran, kumpulan yang belum pernah saya dengar, atau saya yang updatenya lemot. 

Tapi sependek tahu saya, relawan yang ada adalah relawan Jokowi dengan urat besarnya Projo dan relawan Prabowo Mania,  yang berasal dari relawan GP Mania yang banting setir.
Mungkin saja nanti akan ada relawan Ganjar versi Partai Demokrasi Indonesia Perjuangan dan entah mungkin relawan apa lagi yang bakal muncul kemudian.

Lalu apakah relawan adalah representasi dari suara pemilih (voters)? Tentu saja tidak, suara relawan enggak ada urusan dengan suara pemilih. Relawan ibarat benalu  simbiosis, dia akan hidup di pohon yang subur, di pohon Jokowi, Prabowo, Gibran, Anies. Relawan tidak bisa hidup di orang yang kecil elektabilitas atau disukai.  Mungkin amplifikasi bisa terjadi pada elektabilitas yang bisa mendongkarak suara voters.

Ditilik dari calon presiden dari dua koalisi all president men, yaitu Prabowo Subianto dan Ganjar Pranowo, pemisahan lapis antara relawan Jokowi , relawan Prabowo dan relawan Gibran jadi mengabur atau jika bisa dikatakan dikaburkan.  Sejauh yang saya pikir, Jokowi masih menjadi center of gravity semua relawan-relawan ini.

Wajar jika ada irisan Jokowi dan irisan Prabowo di setiap kelompok relawan, baik itu relawan Gibran, relawan Prabowo Mania bahkan relawan Jokowi sendiri (Projo).
Zona  irisan yang enggak jelas inilah yang mungkin saja menjadi gimmick atau bubbling guna mengangkat pesona, bolding  tokoh yang mungkin memiliki struktur ke depan supaya lebih terbangun.

Bukanlah prejudice, ketika kejadian di malam kota Solo, di hari Mei Kebangkitan, ada makan malam tiga jurus, yaitu Gibran-Prabowo- dan Relawan Gibran.

Susah memaknai lain, selain kok, berani-beraninya walikota Solo bermain di triangle. Setahu saya ini adalah pivotnya Jokowi di tengah segitiga besar relawan, koalisi besar dan PDIP. 

Dalam pikiran linier saya, bahwa akan segera menyusul kegaduhan internal PDIP, dan benar responnya demikian kilat, Gbran di panggil ke Jakarta pusat PDIP oleh Sekjen Hasto Kristijanto di dalam dimensi ruang meja 2-1 yang ber hadap-hadapan.

Sebelum tournya ke PDIP Jakarta, Gibran mengatakan tidak tahu apa maksud PDIP memanggilnya, meskipun dia menyatakan siap untuk dimarahi, dihukum atau disangsi padahal dia belum mengetahui apa maksud dan tujuannya harus menghadap orang kedua PDIP Hasto Kristijanto.

Ditambah orasi  di tanah Sukarno, mantan pak wali FX Rudy, yang dengan gelegar menyatakan orang lahir dari rahim PDIP harus tegak lurus, jika menghianat akan dilaknat , yang ditujukan kepada semua kadernya, jelasnya menyusul.

Hasil pertemuan Hasto-Gibran jternyata uga enggak gimana-gimana amat, seperti  mudah diterka sebelumnya, seperti enggak ada apa-apa, malah bahu mas wali di tepuk-tepuk. Saya tegak lurus kepada pimpinan PDIP, begitu terang Gibran, dan selesai. Apakah ini ngeprank? Saya enggak tahu.

Ada sekilas info dari orang senior PDIP Aria Bima bahwa itu relawan yang dimaksud adalah unsur dari parpol pendukung  walikota Solo saat pilkada yang dulu, yang ada di dalam relawan Gibran. Sementara gestur Gibran di tengah relawannya terlihat hanya berdiri menyamping, tidak duduk di meja besar keliling Prabowo, seperti relawan Gibran pendukung Prabowo, ini seakan mencitrakan bahwa ini adalah urusan Relawan Gibran dengan Prabowo.

Mas wali hanya sebagai tuan rumah dari seorang tamu terhormat Prabowo Subianto yang datang dan santap malam di Solo dan menjadi surprise dengan aspirasi relawan Jokowi-Gibran mendukung Prabowo.

Maka sebenarnya clear tidak ada hal yang mendasar bahwa mas Gibran akan disangsi, jadi yang output di pangung depan adalah Gibran di nasehati oleh pak sekjennya.

Dari momen ini lalu muncul pengulangan terawangan lagi dari pengamat politik bahwa  ini menegaskan Jokowi bermain dua kaki, dengan skenario 2 putaran dari 3 kontestan Ganjar-Prabowo- dan Anies, lalu masuk putaran kedua menjadi 2 kontestan Ganjar-Prabowo, dan berakhir di salah satunya yang diprediksi nyaman untuk meneruskan legacy Jokowi.

Barangkali tidak sehitam putih atau sesimpel itu, seandainya putaran dua benar terjadi akan tersisa Ganjar-Prabowo, lalu pertanyaan yang paling umum adalah dimana koalisi Perubahan akan berlabuh?  

Asumsi jika parpol dari koalisi perubahan tidak berkehendak beroposisi, pilihan yang masuk akal adalah bergabung ke Prabowo, karena sejarah dan faktor antitesa membikin lebih bonding ke jejak Prabowo. Jika ini terjadi bakal seru.

Jika 2 putarana maka yang kritikal dalah putaran kedua, dan langkah inilah yang mungkin sedang dijajaki seperti momen Prabowo mengunjungi SBY di museum Pacitan kemarin jika tidak bisa disebut sebagai sebuah spekulasi pasca skenario putaran pertama.

Artinya dalam hal ini, Prabowo memegang kartu truf diantara koalisi Anies dan koalisi Ganjar. Boleh dikata meski Jokowi yang juga sebagai kepala negara, menjadi dirigen dari orkestrasi koalisi pemerintah,  tetapi dalam kontestasi, Jokowi ibarat memiliki dua tombak kembar yang salah satunya berpotensi bisa merepotkan dirinya sendiri.

Skenario yang paling secure adalah satu putaran, dimana koalisi Anies akan berkompetisi dengan koalisi besar Jokowi, namun menyatukan koalisi memang sudah dirintis, tetapi kendala adalah siapa orang kesatu dan siapa orang kedua di koalisi besar. Apakah Prabowo-Ganjar atau Ganjar-Prabowo.

Mungkin waktu yang akan menetapkan konstelasi politik yang sudah mulai mengental saat ini, semakin dekat deadline pendaftaran capres-cawapres, akan semakin kentara urat kekuatan, dan  apakah diperlukan 1 atau 2 putaran bagi koalisi besar pemerintah, kalo kondisi konstelasi memaksa satu putaran itu artinya sudah jalan diehard sehubungan dengan kesinambungan kebijakan pasca jokowi.

Dan kayaknya Jokowi dan putra sulung sedang  bahu membahu berupaya menguatkan hati Prabowo untuk berada di posisi Prabowo-Ganjar untuk satu putaran di mulai dari Omah Semar, dilanjutkan pesan tersamar ke pusat PDIP di Jakarta oleh mas Gibran. 

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
Mohon tunggu...

Lihat Konten Politik Selengkapnya
Lihat Politik Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun