Mohon tunggu...
Band
Band Mohon Tunggu... Supir - Let There Be Love

(PPTBG) Pensiunan Penyanyi The Bee Gees

Selanjutnya

Tutup

Cerpen Pilihan

Setelah Mati

7 Maret 2023   18:38 Diperbarui: 7 Maret 2023   18:43 119
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Image by pixabay.com

Aku tak bisa menghirup aroma fragrance mu yang gairah, kupikir sekali ini seumur hidupku. Kamu datang diantara langkah orang-orang yang tak terdengar dengan kelotak high heel mu yang nyaring. 

Aku selalu menyenangi irama langkah dari kakimu yang jenjang, ketukan yang konstan di lantai yang bersih sehabis di sapu. Parasmu yang mempesona dan tubuh yang lurus menjulang selalu menyekatku bagai berada di panggung cat walk.

Maaf, aku tak banyak berbuat selayaknya waktu kemarin dan kemarin lampau, dimana aku selalu memuja dan melayani segala rupa keinginanmu bersama cintaku yang membludak kepadamu, meskipun kau merupa biasa-biasa tanpa hal istimewa tercipta, tapi aku begitu girang melayanimu saban waktu. Sumpah! Dan kupikir kamu mengetahuinya dalam, meski kamu berlaku beku bahkan.

Tak mengapa sayang, cinta membutuhkan waktu dan cinta memerlukan korban. Demikian selalu aku temukan di segala rasa di hati terdalam, dan aku bahagia dengan cintaku yang begitu gahar kepadamu, kebahagiaanku hanya berada di sisimu itu amat cukup, itu adalah segalanya, kupikir kau mengetahuinya, kan sayang!

Mendengar beberapa orang yang duduk dalam ruang sekitar yang mengagumi kehadiranmu kali ini. Decak takjub telontar dari bibir mereka, betapa mereka menatap lenggang dan bahasa tubuhmu yang menawan, sepertinya aku mau menjeritkan. Hei, itulah kekasihku, dialah segala hidupku! Tapi aku menahan diri meski gemuruh dalam dada tak sanggup memungkiri.

Betapa eloknya nona? Kata mereka.
Mengapa pula kami baru mengetahuinya? Demikian langkanya kah nona berkunjung kemari? Timpal yang lainnya.

Tapi kamu tetap berlaku, hadapi dengan senyuman seperti lagu Dewa19. Gestur yang anggun membuat para tetamu tak lekang berkedip menatapmu jadi membuatku amat tersanjung dan salah tingkah sendiri.

Mamaku sendiri segra berlari menjelangmu dari dapur belakang dengan wajah memohon yang panjang.
Lady, apakah ada kekurangan kami, sampai nona demikian lampau tidak berkunjung? Tanya mama santun. 

Namun kamu tidak serta merta menyambut mama penuh, hanya jemarimu menyentuh lengan mama sembari senyum menawan seperti berucap. It is okay, mama. Nothing's happenned! Jelas kamu memendam hati. 

Kamu berlaku tenang seperti danau, sebaliknya mama terlihat canggung dan serba salah.  Tentu saja aku mengerti situasi ini, mama demikian hebat menyayangiku dan aku demikian mortal mencintaimu, sehingga kami seakan berada di dalam suatu perangkap cinta yang berputar sedang kamu berada di luarnya.

Kini rumahku yang penuh tetamu dengan lantai yang tersapu dan kamu hadir sehingga orang-orang terhisap pesona melupakan rosemary yang tertabur dengan terburu-buru. 

Sementara memang sejak mentari pecah di fajar aku harus berbaring di atas tempat tidur beralas tebal dimana melalui kisi-kisi tanaman merambat, bayangan-bayangan terlihat merayap, namun mereka belum menarik hak-hak milikku yang masih dalam peralihan.

 Barangkali aku masih teramat mencintaimu begitu berat dan bebal, sehingga hanya dunia adalah kamu seorang, perempuan cinta sepanjang abadi. Cinta yang tak seimbang tak pernah mebikin aku surut dan patah, memikirkanmu saja aku sudah menderu di dalam perangkap cintaku kepada kamu. 

Ah, sayang aku akan menjadi apapun, walaupun aku tahu kamu tidak mencintaiku, apapun, sayang. Dan kini kau benar-benar hadir di sini seperti mimpi menahun, yang aku idam-idamkan, meski aku hanya bisa menatapmu dengan rasa yang kering dan haus.

Dan akhirnya kamu melangkah, mendekati lalu membungkuk di atasku, kamu pasti mengira aku sedang tidur dan tidak bisa mendengar ucapanmu, tapi aku mendengar kamu berkata.

"Lelaki malang, lelaki malang'

Lalu kamu segera berpaling, mendatangkan keheningan diam yang dalam, dan aku tau kamu menangis. Kamu tidak menyentuh kafan itu, atau mengangkat lipatannya, atau pula kamu tidak juga mengusap tanganku atau bahkan membelai bantal halus untuk kepalaku. Ketika asa-asa terakhir itu tak juga bisa menggoyahkan cinta butaku kepadamu aku tetap seperti akumu sayang.

Meski kamu tidak mencintaiku hidup, tapi sekali mati, kamu telah mengasihani aku dan itu sangat manis, walaupun kamu tetap hangat sedang aku sendiri kedinginan.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Cerpen Selengkapnya
Lihat Cerpen Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun