Mohon tunggu...
Band
Band Mohon Tunggu... Supir - Let There Be Love

(PPTBG) Pensiunan Penyanyi The Bee Gees

Selanjutnya

Tutup

Cerpen Pilihan

Kami dan Tante Erni

21 Januari 2022   22:04 Diperbarui: 21 Januari 2022   22:19 1177
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Image dari pixabay.com

Hei! Bos! Lemes badan saya inih! Saya berkata memprotes. Namun kedua kaka ini bagai budeg telinganya, dan yang sempat saya amati, wajah mereka seperti sedang berkhayal disertai nafas mereka yang tersengal berkejaran. 

Dan saya beruntung tak lama akhirnya, tante Erni terlihat bangkit dari kursi santainya, dan anjing peliharaannya yang besar yang luput dari pandangan kami, tiba-tiba sudah berdiri disisinya. Tante Erni membelai hewan jinak besar ini dan tante Erni berjalan menuju pintu untuk mengajak the dog keluar, mungkin kebiasaannya setiap malam mengeluarkan anjingnya saban malam.   

Karena posisi kami bertiga head to head dengan posisi frontal tante Erni and the dog, serentak kami berbalik, bubar, dan berlari sprint, takut ketahuan terpergok oleh tante Erni. Kami berlari kencang melompati teralis pagar rumah tante Erni yang tingginya hampir 2.5 meter. Kami pun berjatuhan bergulingan ke bawah, untuk kemudian bangkit dan berlari lagi menuju jalan keluar, terus berlari melewati beberapa blok rumah sampai kami merasa safe, lalu berhenti dengan nafas tersengal saling bertimpalan.

Setelah kami bisa menguasai keadaan dan lalu mengembalikan keberanian, kami merapat di sebuah kedai minum yang masih open untuk membeli coke sebagai penuang dahaga sekaligus meredakan ketegangan kami.

Teman Udin yang relatif lebih berpunya, mengeluarkan duit dari kantongnya dan membeli hamburger yang kami potong tiga lalu kami melahapnya dengan rakus. Rupanya energi muda kami sangat terkuras.

Heru temen tertua mengatakan kepada saya. Kau hebat Bambang! Aku pikir kau memang sudah cukup dewasa, Bambaaang! Lanjutnya memuji.

Tetapi saya tak begitu hirau akan ucapan mulutnya. Saya lebih banyak berpikir tentang tante Erni.
Dan saya yakin, bahwa tante Erni sama sekali tidak menyadari apa yang telah diperbuat oleh kedua kaki indahnya kepada kami.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
Mohon tunggu...

Lihat Konten Cerpen Selengkapnya
Lihat Cerpen Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun