Tapi bukan itu nian soal.  Kepin ketakutan di gelap kamarnya kali ini, bersamaan pula dengan kamarnya yang  dirasakan seperti mengecil hingga  seukuran peti. Kasur tidurnya pula terasakan miring tak rata. AC kamar pun serasa mati, tanpa hembusan dari hisapan udara luar. Suara ditelinganya kedap, nyes tanpa bunyi. Kepin begitu jerih, seakan terperangkap selamanya, di tempat yang kecil dan gelap, yang tak lagi tersentuh pagi, tidak jua tersentuh siang. Hanya sempit gelap dan balik lagi gelap sempit begitu seterusnya.
Kepin horor sangat, dia berusaha membangunkan istri lelap disisinya, namun tanpa membuahkan hasil. Aurin malah berpaling meringkuk gulingnya rekat. Ujungnya Kepin enggak kuasa lagi, dia menghambur, meraba raba daun jendela, sekilat terbuka diapun menerjang keluar berlari menjauh hingga ke pekarangan depan, sambil meneriakkan istrinya.
"Aurin sayang. Cepat keluar! Cepat lari..!!!" seketika dilihatnya tengadah.Â
Atap rumahnya dipenuhi bunga tabur.