Mohon tunggu...
Bambang Setyawan
Bambang Setyawan Mohon Tunggu... Buruh - Bekerja sebagai buruh serabutan yang hidup bersahaja di Kota Salatiga

Bekerja sebagai buruh serabutan, yang hidup bersahaja di Kota Salatiga

Selanjutnya

Tutup

Humaniora Artikel Utama

Nasi Jagung Goreng, Bisnis Kuliner Terbaru di Salatiga

21 Oktober 2016   14:47 Diperbarui: 22 Oktober 2016   19:48 2780
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Nasi jagung goreng ala Waroeng Goenoeng (foto: dok pri)

Nyaris di semua daerah pasti mudah ditemui kuliner berupa nasi goreng, namun, untuk menu nasi jagung goreng, mungkin hanya bisa ditemui di Salatiga dan sekitarnya. Pasalnya, masakan unggulan ini baru naik daun dua tahun belakangan ini. Seperti apa bentuk serta rasanya ? Berikut catatannya.

Bisnis kuliner di kota Salatiga, semakin hari tingkat persaingannya makin tajam. Untuk itu, para pelakunya berupaya berinovasi untuk menjerat konsumen agar tak hengkang dari warung yang dikelolanya. Bila berbagai kuliner instan membanjiri gerai-gerai makanan cepat saji, sebaliknya, di kota sejuk ini mulai dijajakan kuliner tradisional, yakni nasi jagung.

Disebut nasi jagung karena bahan utamanya adalah jagung yang dipipil, selanjutnya direbus. Setelah matang baru ditumbuk halus dan sudah bisa dinikmati berduet lalapan serta sambal kelapa. Jenis makanan ini, di tahun 70 an sangat dikenal sebagai kuliner pedesaan. Sampai sekarang, di pasar- pasar tradisional relatif gampang ditemukan dengan ciri khas pedagangnya simbok- simbok(ibu tua) yang membuka lapak secara lesehan.

Terinspirasi dari nasi jagung yang dijajakan di pasar tradisional itu, akhirnya beberapa pemain kuliner mulai melakukan uji coba membuat nasi jagung goreng. Sebenarnya tidak ada yang berbeda cara memasak nasi goreng biasa dengan nasi jagung goreng, baik bumbu mau pun varian lauknya nyaris sama. Yang membedakan adalah sensasinya. Sebab, nasi jagung goreng di perut lebih awet kenyang. Artinya, sangat cocok bagi orang yang tengah diet.

Setelah berulangkali uji coba menemukan racikan bumbu yang pas, akhirnya menu nasi jagung goreng mulai ditawarkan pada konsumen. Hasilnya, mayoritas pelanggan merespon positif kuliner ini. Pasalnya, untuk kalangan ibu- ibu muda yang tengah melakukan diet, dengan makan seporsi nasi jagung goreng dijamin tidak merasa lapar seharian.

Salah satu pelanggan nasi jagung goreng langganan Warung Juragan yang terletak di jalan Diponegoro, Kota Salatiga, yakni ibu Dewi warga Perumahan Candi Soba mengatakan, nasi jagung merupakan makan sarat manfaat. Pasalnya, butiran jagung yang sudah dimasak mampu mengatasi gangguan pencernaan, mengatasi diare, menjaga kesehatan tulang hingga meningkatkan antioksidan. “ Yang paling penting, untuk menjaga berat badan tetap stabil,” ungkapnya.

Ini juga nasi jagung goreng kelas kaki lima (foto; dok pri)
Ini juga nasi jagung goreng kelas kaki lima (foto; dok pri)
Peluang Usaha yang Mengiurkan

Kendati nasi jagung goreng memiliki penggemar fanatik, khususnya ibu-ibu muda dan orang tua yang kangen dengan kenangan masa lalu, namun, di Salatiga tidak semua warung makan menyediakan menu ini. Meski begitu, bagi pelanggan tak susah menemukan warung makan yang setiap saat sanggup menyiapkan kuliner klangenan tersebut.

“Selain di Waroeng Goenoeng Kopeng, warung Bendonsari punyanya pak Slamet, Warung Juragan, sekarang beberapa hotel juga telah menyediakan menu ini. Harganya bervariasi, tergantung varian campurannya,” kata ibu Dewi yang memang terlihat ramping tubuhnya.

Penggemar nasi jagung di warung pinggir jalan (foto: dok pri)
Penggemar nasi jagung di warung pinggir jalan (foto: dok pri)
Dari beberapa warung makan, biasanya harga yang dipatok berkisar Rp 12.000- Rp15.000 per porsi. Untuk yang paling mahal, nasi jagung goreng dicampur irisan sosis, daging ayam kampung dan sayuran. Sementara yang harga Rp 12.000 varian isi selalu standar yakni daging ayam potong, telur goreng plus sayuran. “Kalau yang di hotel tergantung kita minta campuran apa pun ada, tapi harganya juga menyesuaikan,” jelasnya.

Dengan testimoni pelanggan konsumen setia nasi jagung goreng ini, maka terlihat jelas bahwa makanan pokok tempo dulu, khususnya warga pedesaan, ternyata sekarang mampu naik kelas sehingga jadi menu di hotel-hotel. Sebelumnya, singkong buatan kampung Ngaglik terlebih dahulu telah mendominasi menu wajib bagi tamu-tamu penting saat berkunjung ke Salatiga. Entah nantinya apa lagi yang bakal menyusul, pasalnya kreatifitas warga di kota ini memang tak mengenal kosa kata berhenti.

Warung Juragan yang buka di teras toko (foto: dok pri)
Warung Juragan yang buka di teras toko (foto: dok pri)
Karena penasaran dengan apa yang dipamerkan ibu Dewi, akhirnya Jumat (21/10) siang jadi ingin mencobanya. Kebetulan ada acara ke Getasan sehingga bisa mampir ke Waroeng Goenoeng yang lumayan ramai. Usai memesan, tak butuh waktu lama telah terhidang seporsi nasi jagung goreng bercampur daging ayam kampung. Saat masuk ke mulut, sensasinya memang berbeda. Bila nasi beras harus dikunyah berulangkali, nasi jagung cukup dikunyah sebentar langsung bisa ditelan. Rasanya? Maknyus karena sengaja pesan yang ekstra pedas.

Dari laris manisnya menu nasi jagung goreng ini, lagi-lagi ada perasaan penasaran. Berdasarkan penelusuran, ternyata harga bahan baku nasi jagung yang sudah matang sangat murah di pasaran. Untuk satu kilogram nasi jagung, harganya hanya Rp 12.000 yang mampu dibuat untuk 10 porsi. Bila satu porsi rata- rata dipatok Rp 12.000, setelah dipotong bumbu, daging ayam, sayuran dan telur, pedagang mampu mengantongi keuntungan bersih berkisar Rp 7.000! Kalau sehari laku 50 porsi saja, in come bersih Rp 350.000! Sungguh menggiurkan.

Kesimpulan sementara, nasi jagung memang lebih mudah memasuki pencernaan, membuat perut tahan lapar dan soal rasa, tergantung cara mengolahnya. Bila “asesoris” pelengkapnya komplit, rasanya lezat. Pantesan, Warung Juragan yang menempati emperan toko saban malam selalu penuh pengunjung. Lha wong emang nikmat, ditambah tidak menguras kantong jadi ya bisa dimaklumi kalau penggemarnya berjibun. Tertarik menyoba sendiri? Silahkan, siapa tahu nantinya mampu menjadi peluang bisnis. Alasannya, lezat rasanya juga lezat keuntungannya. (*)

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Humaniora Selengkapnya
Lihat Humaniora Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun