Mohon tunggu...
Bambang Setyawan
Bambang Setyawan Mohon Tunggu... Bekerja sebagai buruh serabutan yang hidup bersahaja di Kota Salatiga

Bekerja sebagai buruh serabutan, yang hidup bersahaja di Kota Salatiga

Selanjutnya

Tutup

Humaniora Artikel Utama

Menikmati Lukisan Dahsyat Sabar Subadri di Saung Kelir

24 Januari 2016   15:01 Diperbarui: 24 Januari 2016   17:56 164
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

Galeri Terbuka                                                   

Pencapaian sukses yang melewati batas manusia normal, rupanya tak membuat Sabar jumawa. Secara diam-diam, pundi-pundi rupiah miliknya dibongkar dan dibelikan sebidang tanah di Jalan Merak Nomor 56, Kota Salatiga. Perlahan tapi pasti, dibangunlah sebuah bangunan berlantai dua yang difungsikan menjadi galeri lukisan serta Taman Sastra dengan isi sekitar seribuan buku. Saat ini, ia tengah mempersiapkan warung kopi yang menyatu di galerinya.

“Jumat pekan depan mulai dibuka. Konsepnya, tamu yang datang ke Saung Kelir, bisa ngopi sembari menikmati lukisan atau pun membaca buku- buku koleksi pribadi saya,” ungkap Sabar.

Galeri yang diberi nama Saung Kelir atau rumah warna ini, merupakan wujut rasa syukur atas pencapaian yang diperolehnya. Di mana, selain memajang koleksi lukisannya sendiri, Sabar juga menyediakan ruang untuk memajang lukisan hasil karya seniman lukis asal Salatiga. Nantinya Saung Kelir akan dijadikan usaha menuju edukasi yang bersifat non profit. Siapa pun boleh menyambangi gallery tersebut, dibuka mulai pk 10.00 hingga pk 22.00.

[caption caption="Beberapa penghargaan yang diterima Sabar (foto: bamset)"]

[/caption]

Menempati bangunan berukuran 18 x 15 meter dan berlantai dua, Sabar berharap aktifitas seni, budaya  serta sastra di Kota Salatiga bisa terpusat di galeri miliknya. Konon, bangunan yang cukup megah khas seniman tersebut, dibangun menggunakan uang pribadinya. Nilainya, lumayan besar yakni Rp 1,2 miliar! Untuk desain bangunan, sengaja dibuat sendiri olehnya. Begitu pun dengan both kopi yang menggunakan kayu jati Belanda, juga didesainnya.

Sabar Subadri memang fenomenal. Kehidupan masa kecilnya yang sarat dengan keperihatinan, mampu menempa dirinya menjadi pria yang tangguh di semua lini. Hal ini, secara diam-diam tertanam pada benak saya. Muncul pertanyaan sebagai bahan intropeksi diri, apakah kehidupan saya sudah bermanfaat bagi orang lain? Susah menjawabnya, sebab, rasanya sama sekali belum bermanfaat.

Apa yang telah diraih Sabar, sepertinya jauh berada di atas orang-orang normal. Dengan segala keterbatasan yang ia miliki, ia mampu melakukan pencapaian luar biasa. Hampir satu jam saya bertandang ke Saung Kelir, menikmati berbagai lukisan-lukisan cantik yang digoreskan kaki Sabar. Rasanya, Allah memang maha adil, Sabar yang diberikan kekurangan, namun dibuka jalan hidupnya hingga melebihi umat lain yang lebih sempurna. Demikian oleh-oleh saya dari Saung Kelir, milik pria yang sangat luar biasa. (*)

Artikel ini harusnya tayang Sabtu (23/1) sore, sayang gambar pendukung tak bisa diupload hingga baru sore ini mampu ditayangkan.

Follow Instagram @kompasianacom juga Tiktok @kompasiana biar nggak ketinggalan event seru komunitas dan tips dapat cuan dari Kompasiana. Baca juga cerita inspiratif langsung dari smartphone kamu dengan bergabung di WhatsApp Channel Kompasiana di SINI

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Humaniora Selengkapnya
Lihat Humaniora Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun