Mohon tunggu...
Bameswara
Bameswara Mohon Tunggu... Arsitek - Nativus

Dari semua hal-hal yang ada di dunia ini, sesuatu yang paling saya sukai adalah buku. Sesuatu yang paling sering dipelajari adalah Sains dan Teknologi.

Selanjutnya

Tutup

Kebijakan

Rakyat Lebih Cerdas dari Wakil Rakyat

6 Mei 2020   15:18 Diperbarui: 6 Mei 2020   15:34 90
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
behance.net, tulisan olah pribadi

Berbicara soal wakil Rakyat tentu tidak akan jauh dengan Rakyat, sebagai wakilnya para Rakyat mereka dipilih oleh Rakyat, supaya bekerja untuk Rakyat. 

Pemilu ujung tombak penambangan suara Rakyat oleh para calon legislatif (Caleg) ke pelosok-pelosok dengan cara belusukan meskipun hati mereka sebenarnya sedikit sungkan apalagi jika harus meninjau saudara-saudara yang berada di hutan, cara belusukan tersebut mungkin menjadi sebuah metode lama yang dulu digunakan para perompak untuk menarik simpati masyarakat untuk membentuk kekuatan dari bawah, namun dimasa modern perompak menjelma menjadi para wakil-wakil Rakyat yang tugas utamanya menyalurkan suara-suara Rakyat, bukan hanya mau menambang suara Rakyat menjelang pemilu, lalu lupa tugas utama mereka sebenarnya juru bicara (Jubir) Rakyat.

Terkadang saya sebagai Rakyat berpikir, Apakah pernah wakil-wakil Rakyat itu memikirkan Rakyat. Pertanyaan-pertanyaan tersebut selalu muncul mungkin disebagian kecil Rakyat, jika benar memikirkan nasib Rakyat solusi kebijakan apa yang dibuat untuk mensejahterahkan kehidupan Rakyat, bukankah pendiri bangsa ini merumuskan suatu Undang-Undang memiliki cita-cita mulia diantaranya mewujudkan kesejahteraan Rakyat, mencerdaskan Rakyat, itu baru sebagian poin-poin kecil. Rumusan yang lebih terarah dan sistematis yaitu pada dasar Negara Indonesia yakni PANCASILA. 

Sila ke-1, Ketuhanan Yang Maha Esa. Kita bangsa Indonesia sudah tahu bahwa ngeri ini Indonesia merupakan negara yang Rakyatnya percaya adanya Tuhan Yang Maha Kuasa, saya sangat bangga dengan hal ini karena sejatinya manusia Indonesia memiliki kepercayaan yang tinggi kepda Tuhan hal ini bukan saja terbentuk sejak dikumandangkannya Proklamsi oleh Ir. Soekarno pada tanggal 17 Agustus 1945. Akan tetapi jauh sejak Nusantara ini masih dalam bentuk kerajaan-kerajaan yang dipimpin oleh para sultan di masing-masing wilayah. 

Namun, berjalannya waktu nilai-nilai Ketuhanan terkikis oleh teory-teory yang muncul, bahkan kita tahu sendiri dari yang konon katanya wakil Rakyat saat membicarakan tentang LGBT atau perkawinan sesama jenis malah ada yang mengajukan dukungan terhadap penerapan LGBT atau perkawinan sesama jenis di Negara yangnotabene Rakyatnya beragama, dan kita saksikan sendiri bahwa semua ajaran agama itu tidak ada yang mendukung perkawinan sesama jenis (LGBT) mengapa kesimpulan itu muncul jika masih kurang percaya silahkan baca kitab semua agama tidak ada yang menganjurkan LGBT karena itu sudah melampau dari kodrat manusia, manamungkin bisa manusia laki-laki dengan laki-laki menikah kemudian memiliki anak, atau perempuan sama perempuan lalu punya anak itu mustahil.

Sila ke-2, Kemanusiaan yang adil dan beradab. Kemanusiaan yang adil dan beradab, itu menujukan bahwa manusia-manusia di Indonesia itu diharapkan memiliki rasa keadilan dan adab-adab dalam berkehidupan sosial, berbudaya, beragama dan bernegara. Nilai-nilai itulah yang seharusnya dimiliki oleh para wakil-wakil Rakyat yang duduk di senayan.

Sila ke-3, Persatuan Indonesia, persatuan dan kesatuan di Indonesia seharusnya ditegakan diatas kepentingan pribadi dan golongan. Tidak peduli dari kelas sosial mana Rakyat itu berasal baik dari kalangan buruh atau dari para birokrat, mereka berkepentingan untuk menjaga kesatuan dan persatuan bangsa Indonesia, tidak terkecuali para wakil-wakil Rakyat memiliki peranan yang sangat utama dalam menjaga persatuan dan kesatuan bangsa Indonesia, seadnainya ada kelainan pendapat dari anggota legislatif lain maka selesaikanlah secara damai, saya jadi teringan perkataan salah satu tokoh mantan pemimpin Indonesia yakni K.H. Abdurahman Wahid (Gusdur) pernah melontarkan candaan kalau ''Gedung DPR itu seperti taman kanak-kanak dan anggotanya seperti anak TK'' seharusnya hal itu menjadi bahan evaluasi parleman dalam mengambil sikap karena mereka mewakili Rakyat, dalam membuat kebijakan. Kalau pernyataan tersebut masih berlaku sampai sekarang berarti Rakyat jauh lebih pinter ketimbang wakilnya donk!

Sila ke-4, Kerakyatan Yang Dipimpin Oleh Hikmat Kebijaksanaan Dalam Permusyawaratan Perwakilan. Nah sila ini bersinggungan langsung dengan para elit-elit petinggi-petinggi alias para Legislatif dan Eksekutif, seharusnya menyadari bahwa kedudukan jabatan yang diberikan merupakan amanat Rakyat yang harus dijalankan dengan sebaik-baiknya dan seadil-adilnya untuk mewujudkan kesejahteraan Rakyat, mewujudkan keadilan, mewujudkan tercapainya tujuan mencerdaskan kehidupan bangsa, dan melaksankan ketertiban dunia dengan berdasarkan keadilan abadi. Keadilan abadi, disini bukan berarti harus tunduk pada ASENG tapi kita sebagai suatu bangsa yang memiliki kedaulatan sebagai bangsa yang merdeka memiliki hak untuk menjaga marwah bangsa dan Negara.

Sila ke-5, Keadilan Sosial Bagi Seluruh Rakyat Indonesia. Setidaknya dari ke empat sila diatas sila ke lima inilah yang paling disukai oleh Rakyat dalam menyampaikan suara-suara mereka, karena setiap Rakyat memiliki pandangan yang sama tentang keadilan, dimana saat Rakyat merasa di dzolimi itu merupakan bentuk ketidak adilan, dan dimana saat Rakyat merasa terbantu dan terlindungi maka mereka merasa diperlakukan adil. Sederhanannya seperti itu, meskipun jika menjelaskan keadilan dengan sebuah penjelasan singkat karena akan banyak pihak yang terlibat dan memiliki pandangan keadilan yang tidak sama, pekerja memiliki pandangan keadilan yang berbeda dengan pedagang, begitupun petani memiliki pandangan keadilan yang berbeda dari pandangan keadilan nelayan dan penjual koran berbeda pandangan keadilannya dengan pedagang kain dsb.

Ditengah pandemi saat ini lihat nasib mereka, sudah tersentuhkan dengan bantuan yang dapat meringakan penderitaan hidup mereka. Bukankah seharusnya wakil-wakil Rakyat itu memikirkan nasib mereka kerena mereka adalah bagian dari darah juang yang mengharumkan nama para wakil Rakyat, Seharusnya hubungan timbal balik harus terjalin antara keduannya, bukannya malah habis manis sepah dibuang. Lebih-lebih lagi yang memusingkan dan merusak akal waras Rakyat saat masa Pembatasan Sementara wilayah Bersekala Bersar (PSBB) diberlakukan dan dijalankan Rakyat malah pemerintah menyetujui upaya kedatangan WNA Asal Negeri tirai bambu, seharusnya hal itu tidak terjadi dalam keadaan darurat saat ini. Dan Rakyat Indonesia tahu bahwa benih munculnya virus pendemi covid-19 itu berasal dari sana. Persetujuan itu bukan hanya membuat hati Rakyat Indoneisa kecewa, akan tetapi bisa berakibat pada kehilangan kepercayaan Rakyat pada Pemerintah.

Oleh karena itu mohon kiranya agar lebih berhati-hati lagi dalam mengambil kebijakan lihat situasi dan kondisinya seperti apa, jangan malah membuat Rakyat curiga, dan akan timbul saling curiga antara Rakyat dan Pemerintah. Wakil Rakyat seharusnya juga lebih gerak cepat jangan sampai sesuatu yang demikian menjadi suatu yang terus berlanjut, karena sebab  Rakyat sudah cerdas-cerdas bahkan diibaratkan seorang penjual koran sekalipun jauh lebih tahu perkembangan berita dari pada wakil Rakyat maka para wakil Rakyat juga seharusnya berpikir cerdas jangan kalah cerdas dengan Rakyat.

Mohon tunggu...

Lihat Konten Kebijakan Selengkapnya
Lihat Kebijakan Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun