(karena ia kerap bertanya)
pada pembatas jalan yang berjalan menghadap runtuhan bukit
selembar daun jati merah menampung tumpahan api hijau
dari mata kupu-kupu menetes airmata bintang di rawa hitam
lalu rongsokan masa-lalunya itu dipanjatkannya lagi
dari atas ke bawah akar yang terlanjur merambat ubun
walau sepuluh butir embun pilu itu
tertahan di teralis bulu matanya
walau lenguh lirih dentuman tangisnya
telah memecahkan gendang telinga tuannya
karena ia kerap bertanya:
udara, engkau bersembunyi dimana (?)