(seribu bulannya purnama semua)
seribu bulan bergelantungan selintang bentangan kabel listrik
seperti tusuk-tusuk sate yang nusuki seribu mata biru menitik
sebagai kancing-kancing baju di lembab dada sepi gerimis rintik
sesudah mengejar apa yang tadi telah terusik dari pecahan titik
cinta bila direntangbumikan bila dieramtetaskan pada sari putik
tak kan lagi perlukan rindu tak kan lagi risaukan pilu buruk-baik
maka tunggui saja sampai seribu bulan itu jatuhi jantung bilik
lanjutkanlah perjalanan jangan jauhi ombak-ombak yang berisik
karena di tanjung pantai sana
saat listrik kehabisan nyala
seribu bulan nya
purnama semua!