Serangkai rasa, dari suka hingga sengsara, dihadirkan sengaja atau tidak sengaja. Dari balik jendela pun, ada yang terkesan, alam sedang berpelukan riang. Atau sebaliknya. Kadang juga muncul perasaan bimbang.
Kehadiran bimbang, sering tidak diundang. Ragu, risau, dan kacau malang melintang.Â
Dari balik jendela ini, perasaan batin pun sering masuk perangkap seolah-olah. Seolah benar, ternyata salah. Seolah cinta, ternyata benci.
Alam pun sering tertipu terang-terangan. Saat sedih, senyum dikembangkan. Ketika bergelombang, dibuat seolah-olah tenang. Walau ada kendali, dianggap tidak berarti. Tirai jadi penghalang, disengaja agar terkesan semua gampang.
Dari jendela ini, mestinya kita bisa bersikap fair. Mampu membedakan, mana daerah terbuka, daerah buta, serta daerah gelap. Sejatinya kita sebenarnya tidak mungkin tahu segala.